3. Awal Kemenangan

129 29 8
                                    

••• 3. Awal Kemenangan •••

.

.

.

Spesial part for siskamarsela
....

Hee Won yang menyadari bahwa eonni­-nya sedang sangat marah dan bisa meledak sewaktu-waktu akhirnya bertekad untuk tidak membuat masalah lagi dalam waktu dekat. Oleh karena itu, ketika menerima sebuah telepon dari seseorang yang tidak ia kenal pun, ia berusaha mengendalikan dirinya sebaik mungkin. Namun, akhirnya ia menyerah setelah mendengar bujuk rayu yang tanpa henti dan tutur kata yang penuh dengan sopan santun. Tidak, sebenarnya ia hanya tidak bisa menahan rasa penasarannya yang begitu besar. Kalau eonni sudah pernah bertemu dengan lelaki itu, berarti tidak masalah juga kalau aku bertemu dengannya, begitu pikir Hee Won. Meskipun ia merasa bersalah pada kakaknya, sepertinya tidak apa-apa jika ia bertemu sebentar dengan lelaki itu dan mendengar penjelasannya. Ia memiliki prinsip bahwa jika kesempatan yang ada di dunia ini tidak dimulai dan dicoba, maka akan berlalu begitu saja seperti waktu-waktu yang lain.

Akan tetapi, Hee Won sempat tertegun ragu di depan gedung kantor pusat Goryo Grup yang terbuat dari kaca dan menyilaukan matanya.

Jadi, orang yang memasang iklan itu adalah orang dari Goryo Grup.

Mungkin saja ini memang kesempatan baik baginya, pikir Hee Won.

Atau bisa saja ini menjadi jebakan baginya, seperti ucapan kakaknya.

Hee Won berjalan ke meja resepsionis tempat namanya sudah tertera dan ia langsung menaiki lift menuju ke ruang rapat yang berada di lantai 48. Ia memandang ke ruangan bergaya mewah di sekelilingnya dengan kagum. Meskipun pemandangan di sekitarnya menciutkan nyali seorang Im Hee Won yang baru berumur 20 tahun, Hee Won tetap berusaha menegakkan pundaknya. Selalu bersikap tegar. Itu pesan kakaknya. Ia tinggal bertiga saja dengan kakaknya dan Sung Won sejak ia berumur enam tahun. Sejak saat itu, eonni-nya yang menjadi orang tua, koki, dan pelindung mereka. Karena eonni-nya selalu menyuruhnya untuk selalu tegar, ia tidak punya alas an untuk tidak bersikap seperti itu. Seandainya saja ia tidak mengirim CV palsu itu, ia pasti bisa bersikap lebih tegar dan berani lagi. Meskipun demikian, Hee Won berusaha keras untuk tetap tenang dan berani di situasi ini.

Dua orang lelaki kemudian berjalan menghampiri Hee Won yang berdiri menunggu dengan sebuah meja besar terletak di depannya. Di mata Hee Won yang biasanya sangat selektif dalam menilai laki-laki, keduanya terlihat sangat memesona. Seorang laki-laki yang berdiri di salah satu sisi meja itu jelas seorang berdarah campuran dengan wajah yang sangat tampan dan senyum ceria. Sementara, seorang laki-laki berbadan tegap yang berdiri di sisi tengah meja terlihat tanpa ekspresi namun mempunyai karisma tersendiri yang mampu mengalihkan perhatian orang di sekelilingnya. Hee Won bergidik ngeri membayangkan lelaki menyeramkan itu hampir saja menjadi suaminya. Ternyata kali ini pun ucapan kakaknya benar. Lelaki ini memang bukan lelaki sembarangan yang bisa ia tangani.

"Annyeonhaseyo."

"Hee Won-ssi, kau yang mengirimkan dokumen ini, kan?"

Lelaki berdarah campuran yang penampilannya terlihat lembut itu ternyata juga memiliki suara yang enak didengar. Sementara, lelaki satunya lagi yang memperhatikan Hee Won dari ujung kepala sampai ujung kaki, sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kehangatan.

"Benar, tapi maaf sekali, aku tidak bisa menerimanya."

Hee Won menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan pertama salah seorang lelaki yang terlihat lebih tampan itu. Rasa penasarannya kini telah lenyap. Kalau eonni-nya sampai tahu ia datang ke tempat ini saja, pasti ia akan marah besar. Ia tidak bisa membuat masalah lain lagi.

4 Ways To Get A Wife (REMAKE VERSI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang