Bagian 7

384 30 12
                                    

Dua puluh tujuh minggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua puluh tujuh minggu. 💙

.

Es krim... hanya itu yang bisa dipikirkan Suzy sementara atasannya mengoceh dalam pertemuan akhir harian mereka. Memperkuat tenggat waktu penyelesaian kasus kriminal berat yang telah didengar seluruh tim untuk keempat kalinya minggu ini.

" Pastikan hasil otopsinya dilengkapi dengan bagan yang benar kali ini, Rye Wook sshi, bukan hasil otopsi kasus yang sudah kadaluarsa_"

Coklat... Mulut Suzy berair memikirkan itu. Atau vanila? Stroberi? Oh mungkin ketiganya? Wanita hamil ini bisa membayangkan dengan sempurna. Mangkuk terbesar dari kafe es krim langganannya, diisi sampai penuh dengan es krim beku yang lembut, beberapa taburan buah segar, whipped cream yang banyak, hazelnut... hmmm ... perfecto... Perutnya terasa lapar sehingga dia meletakkan tangannya di atas perut besarnya. Oke, ganti topik.

" Sekarang mengenai permintaan kunjungan keluarga tersangka, itu terlalu beresiko sebab..."

Mata Suzy berkaca- kaca, tidak fokus sebelum dia bisa menghentikan dirinya sendiri. Hasil laporannya sudah selesai, diperiksa tiga kali dan sudah disegel tersimpan di lemari besinya. Hanya menunggu untuk dikirim.

Atasannya - pak Kwon melanjutkan, seolah- olah belum menyadari seberapa cepat dia kehilangan orang- orang di ruangan itu. Dia terus mengoceh bahkan kalimatnya dibuat sepanjang mungkin sebelum dia menghirup nafas cepat. Mata pak Kwon tak pernah diam untuk melacak satu- persatu bawahannya termasuk Suzy, sehingga wanita ini harus tetap menegakkan tubuhnya yang terasa semakin layu.

Sekarang mata Suzy mulai terkulai, bukan salahnya sungguh bahwa dia tidak bisa memperhatikan. Ruang konferensi yang biasanya terlalu dingin bagi tubuhnya yang tidak hamil, sekarang menjadi suhu yang sempurna untuk bersantai. Untuk sekali ini dia tidak berkeringat dengan setiap minggu tubuhnya protes bahwa semakin lelah. Tubuhnya berjuang untuk mengikuti meskipun terlihat jelas dia hamil besar. Itu sangat tampak dalam jas kebesaran dan gaun longgarnya. Mungkin teman sejawatnya belum ada yang berani bertanya, namun setelah kecelakaan di dekat kafe akibat buronan Han, ada banyak kontak mata yang aneh dari banyak rekan kerjanya.

Itu semua benar- benar membuat frustasi, jika Suzy benar- benar jujur pada dirinya sendiri. Bahkan atasannya memperlakukan dirinya seperti kelinci yang lucu, memberinya tugas meja yang membuat Suzy tak perlu pergi ke bagian arsip, naik turun dari lantai ke lantai, ataupun bolak- balik kantor ke pengadilan. Juga dorongan senada seperti, " Segera pulang lebih awal. Tidak ada yang bisa dikerjakan sampai harus lembur larut malam. Dan tinggalkan pekerjaan hanya di kantor, beristirahatlah dengan nyaman di rumah."

Dari semua penelitian yang telah dia lakukan, pasti telah terlihat perubahan yang signifikan pada tubuhnya, bahkan sampai batas tertentu, pikirnya. Suzy bisa menangani kaki bengkak, atau perubahan suasana hati. Juga mulas tengah malam dan episode menangis ketika dia melewati pet -shop dengan anak kucing berbulu abu- abu bermata biru yang menggemaskan, menginginkan untuk mengadopsinya. Apa yang tidak bisa ia tangani adalah semua orang. Memperlakukan dia lembut atau seolah- olah terbuat dari kaca karena sudah menjadi rahasia umum, Suzy hamil. Dia sudah mendengar lebih banyak bisikan di sekitar aula gedung kantornya. Merupakan indikasi bahwa dia tak bisa lagi, atau sangat tidak mungkin menyembunyikan kehamilan maupun berbohong dengan mengatakan dia hanya bertambah gemuk. Ditambah gosip terbaru yang sering dia dengar akhir- akhir ini adalah siapa ayah bayinya. Dan Suzy hanya bisa sedikit bersyukur belum ada yang secara frontal menanyakan langsung padanya.

Hope And Other Punch LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang