Tiga Puluh Delapan Minggu (Lanjutan) 💙.
Rumah Kang Hanna adalah study menuju kekacauan. Tumpukan surat kabar lama dan majalah belum lagi kertas- kertas yang berserakan ditambah memo- memo yang ditempel sembarangan di dinding mengarah langsung pada pintu kaca besar yang terbuka menuju teras kecil. Kain penutup berenda kecil tersampir di hampir semua perabotan bersama cahaya yang tersaring lewat kaca patri. Menebar bayangan warna - warni di atas mesin cetak dan mesin kopi otomatis.
Bae Suzy mengamati jendela terdekat dimana kupu- kupu plastik ungu bergantungan di atas tanaman sansivera.
" Aku membuatnya sendiri..." Ujar Hanna bersama senyum cerah saat dia kembali ke ruang tamu. Tangannya sibuk membawa dua cangkir teh lalu menyerahkan satunya pada Suzy. " Apakah kau ingin kubuatkan juga? Bayi akan menyukainya..."
Apakah Hanna menyarankan agar memasang jendela kaca patri dengan kupu- kupu raksasa di kamar bayinya? Suzy menyembunyikan tawanya dengan senyuman. " Aku sebenarnya baru pindah, jadi belum melakukan apapun. Aku juga tidak yakin apa yang ingin kulakukan pada nursery room..."
Sejak pagi emosional itu, dia telah memindahkan barang- barangnya dari flatnya ke Pyeongchang-dong Cottage. Dengan bantuan teman- temannya butuh hanya separuh waktu untuk mengosongkan flatnya dibanding dirinya mencoba melakukan sendiri.
Mengangkat secangkir teh yang diberikan Hanna, dia menghirup aromanya, baunya manis. " Lemon?"
" Hhhmmm..." Hanna menyesap sendiri begitu dia duduk di seberang Suzy, kursi biru cerah. " Ini bagus untuk menenangkan perut. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana keadaanmu akhir- akhir ini, begitu dekat dengan hari persalinan dan sebagainya. Apakah kau akan segera pergi ke rumah sakit?"
Bisa dibilang, Suzy telah merasakan hal- hal yang cukup mengganggunya belakangan ini. Kramnya semakin parah ditambah rasa sakit menusuk yang mulai menjalar di punggungnya dengan frekuensi yang semakin meningkat. Mustahil untuk merasa nyaman di malam hari, bila kaki dan pergelangan kaki sangat bengkak menyebabkan dia kesulitan untuk berjalan. Dia tidak yakin bagaimana menjalankan dua minggu lagi sebelum HPL.
" Aku masih punya waktu, sayangnya..."
" Apa kau yakin?" Hanna memiringkan kepalanya, berkedip seperti burung hantu.
Apakah Suzy yakin dengan garis waktu kehamilannya sendiri? Gagasan itu menggelikan. Dia memiliki kalender yang melacak minggu per minggu juga catatan gejala untuk memastikan semua berjalan sesuai rencana.
" Ya, tinggal dua minggu lagi..." Untungnya tidak ada tanda- tanda ketegangan dalam suaranya. Mungkin mereka bisa melanjutkan dan sampai ke -
Kram memutar perutnya, sehingga dia harus mencengkeram sandaran tangan sofa pada prosesnya. Itu terasa semakin parah, dan pada tingkat ini akan sangat menyedihkan menunggu sampai persalinan dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope And Other Punch Line
RomanceTangan melayang turun ke perutnya, Suzy tahu. Sejak remaja dia tahu dia terlalu perasa dan peka melebihi kebanyakan gadis lain. Dia bahkan memiliki firasat sebelum ayahnya pergi untuk selama- lamanya. Dia tahu sekarang ada sesuatu yang berbeda dalam...