'Jika aku jatuh hati lagi kepadamu, tolong jangan salahkan aku, Lean,' Ucapku melihat rumah Lean yang berada tepat didepan rumahku sambil sedikit tersenyum.
.
'Drea!' Vincent memanggilku setelah baru saja masuk ke kelas.
'Apa?' tanyaku kepada Vincent.
'Kemarin memang bener kamu gak mau balik sama kita?' aku sudah dapat menebak pertanyaan Vincent sebelum dia bertanya.
Emosiku tiba-tiba memuncak dan berkata 'Tuh sono tanya ama Gina.' Vincent terlihat bingung dengan jawaban yang aku beri tetapi dia terlihat tidak peduli dan pergi begitu saja.
Setelah melalui beberapa pelajaran yang tidak masuk ke dalam otakku sama sekali, bell istirahat pertama pun berbunyi. Aku segera membereskan barangku dan pergi ke kantin karena kemarin malam aku dan Lean membuat janji untuk makan dikantin bersama.
Sama seperti kemarin, masih banyak murid yang melihatku jijik. Aku rasa hari ini semakin banyak. Aku berusaha tidak mendengarkannya tetapi tidak bisa karena aku punya telinga untuk mendengar bukan? ingin sekali rasanya telinga ini aku hancurkan saja.
'Drea sini duduk!' Lean memanggilku dan aku segera pergi ke arah Keenan. Aku menduduki tempat yang disiapkan olehnya dan berkata 'Kamu gak papa makan bareng aku?'Lean yang ingin melahap baksonya pun terhenti.
'Udah jangan bahas kayak gitu lagi.' Lean langsung melahap baksonya yang sebelumnya terhenti.
'Kamu makan aja tu bakso, udah sesuai dengan kesukaanmu. Sambel 1 sendok, ga pake daun bawang, ga pake kecap, pake mie putih yang banyak,' kata Lean sambil menunjuk mangkuk berisikan bakso yang berada didepanku menggunakan sendoknya.
Aku memakan bakso tersebut dengan lambat karena bayang-bayang gosipan masih terlintas dipikiranku. Setelah kami berdua selesai makan, kami langsung kembali ke kelas masing-masing. Kami tidak berbincang terlalu lama karena kami sama-sama tidak suka telat masuk kekelas.
.
Hari-hari aku lalui seperti itu terus menerus. Makin banyak yang bergosip bahkan tak segan untuk membuliku secara terang-terangan hingga ujian kenaikan kelas pun telah usai. Jujur saja aku merasa tidak bisa mengerjakan soal-soal ujian itu dan benar saja sekarang aku berada di ruang guru karena masalah nilaiku yang turun secara tiba-tiba.
'Ibu ga mau tau pokoknya kamu harus naikin lagi nilaimu ini. Kamu tu makin hari makin jadi aja. Mulai dari nyontek tugas Gina dan sampe sekarang malah nilai kamu yang turun. Untung aja sekolah masih bolehin kamu naik kelas!' wakil kelas 11 IPS-4 memarahiku bertubi-tubi. Aku sudah mulai capek mendengarkan ocehannya.
'Baik bu, Maaf.'
'Maaf terus! ibu muak dengernya. Tolong kamu minta maaf ke ibu dengan perubahan nilai kamu selanjutnya!'
Aku keluar dari ruang guru lalu berjalan menuju toilet.
'Habis dimarahi ya? kasian banget deh,' ucap salah satu siswi yang berada di dalam toilet juga. Sekarang tidak peduli dia seangkatan atau tidak, semuanya akan bergosip ketika aku melewati mereka. Aku tidak peduli dengan perkataannya dan masuk kedalam salah satu pintu yang terbuka.
'Eh sorry yah,' siswi tersebut dengan sengaja menumpahkan sabun cuci tangan yang disediakan oleh sekolah ke bajuku sebelum aku benar-benar masuk ke salah satu toilet yang tersedia. Untung saja aku memakai baju berwarna hitam.
Aku mengabaikan semua yang baru saja terjadi dan menutup pintu toilet. Samar-samar aku mendengar siswi-siswi berbicara tentangku.
'Bajunya item, kayak masa depan yah? sadar diri ternyata' mereka bercanda dan tertawa bersama-sama.
'Sabar Andrea, semoga mereka yang gosipin aku nanti pulang kecebur got, Amin,' bicaraku dalam hati.
Aku berjalan menaiki tangga sekolah menuju rooftop. Rooftop menjadi tempat pelarianku saat aku 'lelah'. Sebelumnya hanya aku sendiri yang selalu berada di sini sebelum Lean mengikutiku dari belakang. Kini rooftop dimiliki oleh 2 murid yaitu aku dan Isaac Leander. Biasanya dia selalu menemaniku disaat seperti ini, namun hari ini tidak. Mungkin dia sedang sibuk dengan rapor miliknya. Sebetulnya rapor ini wajib diambil oleh orang tua, tetapi kali ini orang tuaku benar-benar sibuk bekerja, tidak masalah, mereka sudah meminta maaf kepadaku.
.
Liburan kenaikan kelas kali ini terasa berbeda. Aku harus mengejar ketertinggalanku. Beberapa hari ini aku lewati dengan berdiam diri belajar di dalam kamar. Terkadang aku lupa untuk melakukan kewajibanku sebagai manusia seperti bersosialisasi, berbicara, bahkan makan.
'tok tok tok. Drea!' seseorang mengetuk jendela kamarku. Siapa yang berani memanjat pagar dan ngetok jendelaku?
Aku berjalan menuju jendela dan membukanya.
'Lean? ngapain kamu ngetok pintu sampe manjat segala? kan bisa lewat depan, gimana sih kamu ini.' Lean tidak menjawab pertanyaanku malah tersenyum kikuk.
'Yaudah sono lewat depan, ga bakal bisa kamu lewat jendela, yang ada jendelaku jebol!' Lean tidak menjawab langsung berlari kecil untuk masuk lewat pintu depan.
'Permisi tante! om! Lean masuk ya!'
'Masuk aja nak Lean!' sahut Ibu dari dapur.
Lean langsung masuk dan menuju kamarku.
'Nih, aku udah bawain catetan,' ucapnya sembari mengeluarkan tumpukan buku yang dibawanya. Satu pertanyaan langsung terlintas di kepalaku, bagaimana caranya dia membawa semua ini?
'Mulai hari ini, aku jadi tutor kamu! silahkan bertanya kepada Guru Isaac Leander, dijamin langsung peringkat 1!' Lean berucap dengan senyum manisnya. Belum sempat aku berbicara, dia mengambil alih terlebih dahulu.
'Sstt, udah ga usah banyak ngomong, tiap hari jam 7 saat libur dan jam 5 sore setelah pulang sekolah kamu harus sudah siap mental untuk belajar! ayo sekarang mulai!' Lean langsung membuka catatannya dan buku pelajaran milikku.
Terkadang aku curi pandang, dia terlihat lucu ketika menjelaskan pelajaran untukku. Dia menjelaskan sangat rinci dan sabar ketika aku berkata 'hah? gimana-gimana?' yah walaupun beberapa kali dia ingin menjadikanku chicken smackdown.
______
KAMU SEDANG MEMBACA
Beranjak
NouvellesSebenernya cerpen ini untuk tugas sekolah, tp pingin aja dipublish di sini hehe ° ° ° Orang yang aku benci, orang yang aku cinta, orang yang aku rindukan sekarang berada tepat didepan mataku. ° ° ° Rank terbaik: #13 - SMP✨ #1 - cerpen remaja✨ #24...