04

4 6 0
                                    

Suara percikan api yang melalap kayu bakar memecah keheningan diantara empat pemburu yang tengah menikmati makananan mereka—daging bakar hydra. Gigitan pertama rasanya terlalu lezat hingga membisukan mulut mereka untuk berbicara walau hanya sepatah katapun. Bumbu rempah-rempah begitu terasa bersama dengan daging hydra yang gurih. Terimakasih pada Claress dan Wakuna untuk makanan malam ini. Bahkan Shou tak bisa menahan wajah cerahnya.

"... Jujur saja, ini sangat enak." Akhirnya, setelah menelan kunyahan beberapa potong daging Shou mengeluarkan suara. Ia lalu kembali menggigit daging bakar bagiannya.

"Benar, ini luar biasa! aku tak bisa menahan diriku untuk menambah, kita makan saja semua dagingnya!" timbal Arno.

"Aku setuju! aku setuju!" Wakuna bersorak kegirangan ketika tahu ia bisa menambah daging bakarnya.

Shou lalu menatap Claress, tatapannya seperti bertanya "bagaimana denganmu?", sedangkan si gadis hanya menikmati dagingnya, lalu dalam sekejap satu tusuk daging bakar hydra—yang bisa disamakan dengan ayam bakar ukuran jumbo—ludes. Lagi-lagi Shou terkejut dengan keanehan yang lain dari gadis ini.

Apa-apaan...?

Tatapan mereka kembali beradu, lalu terlihat Claress menatap kearah daging bakar milik Shou yang masih tersisa satu-per-tiga, lalu tersenyum dengan kedua tangan menopang pipi.

"Mau kubantu habiskan?"

"Tidak."

"Kau lambat sekali."

Lalu Claress terkekeh. Arno dan Wakuna juga ikut terkekeh, padahal daging bakar mereka juga masih tersisa. Membuat Shou tertegun seketika. Ingin ia mengatakan "selera humor kalian payah". Tahu hanya akan menghancurkan suasana yang sedang dibangun gadis itu, akhirnya Shou memilih diam dan kembali memakan daging bakarnya yang tinggal beberapa gigitan lagi. Lagipula, Shou cukup tahu diri.

Hari yang buruk.

Tak ingin tenggelam lebih jauh pada asumsi hari buruk yang sedang dialami, Shou kembali angkat bicara.

"Hey, Arno. Jadi dia benar anakmu?" tanya Shou sambil menunjuk wajah Wakuna yang duduk di samping kanannya dengan tusuk daging berupa kayu. "Kalian sama sekali tidak mirip," lanjutnya.

Wakuna merasa kesal karena ucapan Shou terdengar seperti tuduhan. Ia lalu menjauhkan tangan Shou yang menggenggam tusuk daging seakan ingin mencolok matanya. "Apa urusannya denganmu?!" serunya dengan ketus.

Shou menoleh, "Hanya ingin memastikan. Karena selama ini aku tak pernah mendengar Arno memiliki seorang istri."

Tidak ada perubahan setelah itu, Wakuna masih terlihat kesal. Terdengar Arno lagi-lagi terkekeh, ia lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"Kita hanya teman, sesama pemburu. Kau tahu, aku bisa berteman dengan siapa saja. Semua pemburu di serikat pemburu kota Grandale tak ada yang tak mengenalku, cukup mengejutkan, bukan?" sahut Arno dengan bangga.

Sedangkan Wakuna yang mendengarnya hanya memutar bola mata malas, begitu juga Claress. Dan Shou hanya memasang wajah datar. Karena mereka tahu, itu adalah lelucon berdasarkan fakta.

"Ya, ya. Tuan vampire yang luar biasa. Lalu bagaimana dengan gadis penyihir dengan ramuan hebatnya itu?" desis Wakuna. Tampaknya kekesalannya bertambah dua kali lipat. Sedang datang bulan?

Mata Arno menyipit dengan ekspresinya seolah tak suka, "Mengapa kau membahas seseorang yang tidak ada hubungannya dengan percakapan ini?"

"Oh, benarkah?"

"Astaga, ada apa denganmu?"

"Sudahlah, jangan berdebat seperti ini. Kalian tahu itu hanya akan merusak hubungan baik diantara kita? sama ketika aku dan kakakku–"

Magical PhantasmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang