09

4 4 0
                                    

Leinet adalah tempatnya berbagai jenis tumbuhan kelas spesial tumbuh. Harganya memang tidak merakyat, namun kualitas dan keefektifan dari tanaman obat-obatan yang ada disana tak perlu diragukan lagi. Hewan-hewan buruan di hutan Leinet pun tak kalah spesial, meski hanya ada beberapa kelas spesial, namun dikatakan bahwa ciri khas mereka terlihat dari penampilannya yang cerah dan menarik.

Setelah berkunjung ke toko Aomi, Shou mulai menimbang-nimbang apakah ia hendak mencari tanaman Veneora atau tidak. Karena jika dipikir-pikir lebih lanjut, mungkin ia harus membayar pajak karena telah menginjakkan kaki di pulai Brisborg. Duke Maximilian terkenal serakah dan begitu kikir jika soal uang, cerita Aomi. Tentu ini akan sulit. Apalagi, karena ia hanya pengunjung—tanpa hak istimewa—yang ingin pergi ke hutan Leinet, dapat dipastikan Shou akan menguras seluruh isi dompetnya dalam setengah hari. Tapi jika tidak pergi, ia akan terus dihantui oleh mimpi buruk yang seolah tak berujung.

"Hah...."

Helaan nafas lelah lolos dari bibirnya. Shou masih berbaring di atas kasur, menunggu untuk segera terlelap dan pergi menuju alam gelap yang akan membuat kepalanya sakit ketika terbangun. Mungkin tak perlu terburu-buru, pikir Shou menutup wacana pergi ke Brisborg. Ia akan kembali mempertimbangkannya lagi di esok hari.

Sfx: Tok tok tok

"Shou, apa kau didalam? Ada sesuatu yang ingin kukatakan, sebentar saja."

Baru saja hendak tertidur, ketukan pintu terdengar. Shou hanya melirik, lalu menghela nafas dan memejamkan mata.

Sfx: Tok tok tok tok

"Shou, kau dengar aku tidak?"

Pintu kembali diketuk. Shou masih mengabaikannya. Ia hanya ingin tidur saat itu juga, kenapa orang-orang senang sekali mengacaukan waktu tidurnya?

"Ini sangat penting, dasar kau bodoh!"

Sfx: BRAK! BRAK!

Ketukan pintu menjadi lebih agresif, membuat Shou mau tak mau segera bangun dan pergi membuka pintu. Wajahnya yang datar dan lelah ia tunjukkan pada Claress yang terlihat kesal sambil melipat tangan.

"... Dasar tidak sopan," celetuk Shou. "Hal penting apa yang membuatmu mengganggu ketenanganku di malam-malam begini?"

"Seharusnya kau segera membuka pintu agar tak membuang-buang waktu. Yah, lupakan." Claress mengerling, lalu kembali menatap Shou. "Jika ingin pergi ke Brisborg, malam adalah waktu yang tepat. Kita akan menumpang kapal pengangkut barang ilegal yang akan di ekspor kesana. Penjagaannya tidak terlalu ketat, mereka hanya bandit yang terlalu mudah untuk ditipu, heh. Kalau begitu, cepat berkemas."

Shou terdiam, berusaha mencerna perkataan Claress yang tiba-tiba. "Tunggu ... apa maksudnya?"

"Kita akan pergi malam ini. Bukankah kau ingin mencari tanaman Veneora?"

"Uh ... kau benar." Shou menggaruk tengkuknya, ragu. "Tapi, kau yakin, malam ini? Lalu, kau juga ikut?"

"Tentu. Aku akan menjadi guide tour sementara untukmu," jawab Claress.

Keberadaan Claress membuatnya bingung. Kenapa pula gadis itu harus repot-repot membantu? Meskipun begitu, Shou memang membutuhkan bantuan orang lain. Berkunjung ke pulau asing tak pernah ia lakukan sendiri. Apalagi, ia hanya menghabiskan waktu di pulau tempatnya kini tinggal. Grimehall adalah tempat ternyaman dan penuh misteri.

"Kau tahu tanaman itu?" tanya Shou.

"Ya. Aku juga ingin mencari sesuatu di sana. Mungkin, kita bisa menjual obat-obatan Leinet disini, dengan harga standar. Pasti akan sangat bernilai bagi mereka yang membutuhkan," jawab Claress, senyumnya merekah indah. "Aku sudah menunggu saat-saat ini, cepatlah berkemas!"

"Ah, baiklah."

Pria itu berbalik, memakai hoodie dan membawa tas uangnya, lalu kembali berjalan menghampiri Claress yang masih berdiri di tempat. Gadis itu terhenyak.

"Begini saja?" ujarnya ragu.

"Haruskah aku memakai armor? Bukankah itu akan terlihat mencolok untuk rencana penyelundupan kita?" celetuk Shou.

"Ukh ... ya, lebih baik begitu."

***

Kira-kira pukul sepuluh malam, Shou dan Claress pergi meninggalkan penginapan yang terlihat ramai pengunjung. Entah mengapa, rasanya tak ada yang memperhatikan ketika mereka berjalan turun menuju lantai utama, bahkan si bartender Daniel pun sibuk melayani beberapa pelanggan yang memesan. Mungkin, semesta sedang berbak hati hari ini. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas yang mungkin akan hilang tanpa sepengetahuan, Shou dan Claress segera meneguhkan hati dan pergi melalui pintu belakang, pergi menuju pelabuhan.

Hingga setibanya disana, kapal layar pembawa barang ilegal yang akan diekspor ke pulau Brisborg masih terlihat jelas. Orang-orang berpenampilan selayak prajurit dengan tudung hitam terlihat berjalan mondar-mandir mengangkut kotak kayu keatas kapal. Shou dan Claress bersembunyi diantara tenda-tenda yang berdiri, menatap agak jauh dari mereka.

"Mereka adalah prajurit bayangan dari Brisborg, kuyakin dalangnya pastilah Duke Maximilian," bisik Claress.

"Duke Maximilian?" tanya Shou.

"Ya. Dialah pemegang pulau Brisborg, namanya cukup terkenal, apalagi Maximilian adalah keluarga diktator paling kejam pada masanya. Kau tidak tahu itu?"

"Oh ... aku baru tahu sekarang. Terimakasih atas informasinya yang berharga."

"Sungguh?!" Claress memekik terkejut. "Apa kau tidak masuk akademi sebelumnya? Ketika berumur 7 sampai 18 tahun, semua penduduk Göetia diwajibkan menuntut ilmu. Dan Maximilian adalah kata yang paling sering diucap dalam ilmu sejarah."

"Yah...." Shou tak bisa berkata-kata, karena sebelumnya ia tak ingat dirinya siapa. Entah sejak kapan, ia hanya ingat bahwa dirinya sudah menjadi dewasa, dan menjadi seorang pemburu di pulau Grimehall. Shou tak tahu jika dirinya pernah belajar di akademi atau bahkan memiliki orangtua. Jika dipikir-pikir lebih lanjut, dimanakah orangtuanya kini berada? Mengapa Shou tak pernah berniat untuk mencarinya?

Claress terus menatap dengan wajah menuntut penjelasan. Ia bingung dengan Shou yang tak jelas asal-usulnya. Dan pria itu juga merasakan hal yang sama. Sebenarnya, siapa dia?

"... Mungkin aku lupa," jawab Shou.

"Lupa ingatan?"

"Sepertinya begitu."

Helaan nafas panjang terdengar, mungkin Claress sudah mulai lelah. Akan tetapi, ia pantang menyerah untuk mengetahui seluk beluk Shou. Karena itu, membantunya untuk mencari veneora mungkin akan memberi Claress beberapa jawaban yang selama ini belum terpecahkan.

"Angkat jangkarnya!"

Seseorang terdengar berteriak, membuat Shou dan Claress tersentak dan segera mengintip kearah kapal yang hendak berlayar. Satu-persatu prajurit bayangan berjalan di atas kapal, jangkar segera dinaikkan oleh mereka. Tak lama setelah itu, kapal pun mulai berlayar.

"Gawat! Kita tertinggal!" Claress memekik kaget. Ia merasa bersalah karena telah banyak berbicara pada Shou. Padahal, masih ada banyak hal yang ingin ditanyakan, rencananya akan dikatakan setelah sampai di Brisborg, namun Claress tak cukup sabar untuk menunggu.

"Kita masih sempat," celetuk Shou. Ia pun merangkul bahu Claress, sedangkan tatapannya terfokus kearah beranda kapal tempat kotak-kotak kayu diletakkan. Lalu, kolam hitam muncul dibawah mereka, menelan mereka dan kembali mengeluarkan kedua insan itu di tempat berbeda. Menatap sekeliling, Shou berhasil berteleportasi ke tempat yang ia tuju.

Claress hendak memekik, Shou dengan sigap menutup mulutnya. Ia mengacungkan telunjuknya. "Jangan berisik. Mereka ada disekeliling kita," bisik Shou pelan. Claress mengangguk, bukannya apa, ia senang karena akhirnya bisa pergi ke Brisborg.[]

Magical PhantasmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang