06

4 4 0
                                    

Udara sejuk di pagi hari menyelimuti kota Grandale dengan para penduduknya yang akan memulai aktivitas baru. Beberapa jam yang lalu saat langit masih gelap, Shou, Arno, Claress, Wakuna beserta Aomi berhasil keluar dari perbatasan hutan dan kembali ke kota. Aomi kembali pergi ke tokonya, sedangkan keempat pemburu pulang ke penginapan. Beruntung, kedai makan disana telah dibuka dan sedikit ramai, mengingat ini masih pukul enam pagi. Akhirnya mereka memutuskan untuk sarapan pagi sebelum beranjak pergi menuju kamar masing-masing; hendak berisitirahat setelah perburuan di malam yang terasa singkat.

"Berburu di malam hari?"

Seorang pelayan pria datang dengan dua nampan di tangannya, menghampiri meja keempat pemburu yang baru saja datang dengan wajah orang mengantuk. Jauh berbeda dengan wajah si pelayan yang tampak cerah bersinar dengan senyuman yang menyilaukan khasnya. Ia meletakkan kedua nampan dengan telaten. Empat sup wortel dan empat teh hangat. Mendarat mulus diatas meja tanpa ada yang tumpah barang setetes pun. Raymond namanya, ia adalah pelayan terhebat di kedai ini.

"Benar." Shou menyahut. Ia merasakan kantuk terus menggerogoti tubuhnya, Shou membawa satu mangkuk sup wortel dan memakannya. Berharap setelah ini ia segera tidur sepuasnya.

"Karena kita tidak bisa pergi di siang hari, ini bukan perburuan biasa." Arno menambahkan sembari ikut membawa mangkuk sup dari nampan, lalu menatap Raymond. "Cerah seperti biasa, huh? aku selalu berfikir bagaimana jika kau menjadi orang dingin walau satu menit saja," ujarnya sambil melirik Shou.

Merasa tersinggung, Shou balas menatap sekilas dan kembali menikmati sup wortelnya. "Dan seandainya orang dingin ini menjadi seperti dirimu"—menunjuk Raymond dengan sendok di genggamannya—"aku tidak yakin apakah Shou akan menjadi diri sendiri nantinya," lanjut Arno diiringi senyuman. Setelah itu ia baru memakan sup bagiannya dalam diam.

Raymond terkekeh geli. "Pandai sekali kau berbicara, tuan vampire."

Netranya teralihkan pada Claress dan Wakuna yang menidurkan kepalanya diatas meja. Ia menghela nafas panjang lalu memanggil mereka, "Hey, kalian berdua. Jika memang terlalu lelah, cepat makan sup ini dan kusarankan untuk segera kembali ke kamar masing-masing lalu segera beristirahat."

Suara Raymond yang halus sekaligus terasa mengandung energi dan stamina membuat Claress dan Wakuna segera bangkit lalu menyambar makanan mereka dan makan dengan lahap. Refleks cepat dari dua gadis itu membuat Shou, Arno, bahkan Raymond sendiri dibuat ternganga.

"Ray! pesanan untuk meja nomor tiga belum kau antarkan!"

Itu dia. Suara dari sang pemilik penginapan ini. Tuan Darwin. Mendengarnya marah membuat Raymond terkesiap.

"Ba-baik! akan kuantarkan segera!"

Lalu tanpa sepatah katapun ia segera pergi mengantarkan pesanan pada meja yang lain. Shou yang melihatnya menggeleng pelan. Alhasil, supnya ia tandaskan.

"Urusanku sudah selesai, aku akan berisitirahat. Sampai jumpa."

Shou meminum tehnya. Saat hendak beranjak pergi, Arno mencegahnya.

"Tunggu, semua uang hasil penjualan hydra ada padamu!" ujar Arno setelah menandaskan sup wortelnya.

Shou menepuk jidat. Tepat sebelum mereka kembali ke penginapan, Arno dan Shou pergi ke serikat dagang. Sedangkan Claress dan Wakuna pergi terlebih dahulu—ke penginapan. Benar-benar uang yang begitu banyak. Mereka berdua memperoleh sepuluh kantung koin emas penuh! Meskipun nanti akan dibagi dua, tetap saja lima kantung koin emas penuh adalah banyak. Itu merupakan hasil dari penjualan seluruh bagian-bagian hydra: sisik, kulit, daging yang tersisa, ekor, mata, kepala—atau sekalian saja ingusnya (barangkali hydra itu memilikinya) dianggap sangat bernilai, apalagi kristal murni dan kristal hijau sebagai bonus.

Magical PhantasmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang