0.6

14 11 0
                                    

Suara bel sekolah membuat para siswa yang masih berjalan santai di luar gerbang menjadi berjalan lebih cepat. Ada yang membenarkan dasi, rok, dan kancing seragam.

Lain dari teman-temannya, Rayyan sudah dulu duduk di kelas dengan beberapa buku pelajaran di atas mejanya. Sebelumnya, ia melihat ke mading sekolah, dan ada bekas pengumuman nilai ujian semester dua bulan lalu. Benar saja, Reyghan peringkat 78 dari siswa angkatannya yang berjumlah 81.

"Lo sehat?"

Rayyan mendongak ketika melihat Vano  yang kini duduk di depannya seraya menutup bukunya.

"Maksud lo apa?" desis Rayyan tak senang ketika diganggu di waktu belajar.

"Sorry, nggak kaya biasanya lo belajar. Biasanya jam segini kita masih sarapan di base camp." Vano kembali membuka buku pelajaran Rayyan tatkala melihat raut temannya itu marah.

Rayyan mengalihkan pandangannya. "Gue lagi mood belajar. Nggak usah ganggu gue dulu!"

"Baiklah, ntar kalau udah nusul aja."

"Siap!"

Semua mata di kelas kini mencuri-curi pandang ke arah Rayyan dengan mulut berbisik ke teman di sebelahnya. Bahkan ketika Rayyan bangkit untuk meminjam penghapus beberapa siswa laki-laki langsung menutup muka seakan menghindari pukulan.

"Apa Reyghan sejahat itu?" gumam Rayyan.

Rayyan bangkit kembali dari duduknya setelah melihat Moana yang baru sampai di kelas.

"Hai," sapa Rayyan setelah berada di samping gadis itu.

Moana tersenyum hendak menyapa laki-laki yang mirip dengan Reyghan itu. Namun, langkahnya ia hentikan. Ia sudah berjanji ke ayah Reyghan untuk terlihat biasa saja tanpa menimbulkan kecurigaan. Selama ini ia tidak pernah dekat dengan Reyghan, bahkan laki-laki itu hanya mengenal Jasmin dan beberapa guru wanita saja. Jika ia terlihat akrab, semua orang akan curiga.

Moana mengabaikan Rayyan dan duduk di kursinya. Beberapa waktu lalu ia sempat merasa senang ketika Reyghan mulai sadar. Namun, ternyata itu hanya reaksi obat saja. Setelah Dokter Sean datang dan memberikan suntikan obat, Reyghan tertidur lagi. Melihat kembaran laki-laki itu di kelasnya menyamar sebagai saudaranya membuat Moana merasa bingung akan senang atau khawatir. Ia khawatir jika Reyghan tidak akan sadar lagi, dan posisinya tergantikan oleh Rayyan selamanya tanpa ada yang tahu.

"Kalau ada waktu, bisa kita bicara," ucap Rayyan. "Gue sedikit amnesia saat kejadian hari Sabtu. Apa lo tau sesuatu saat itu?"

"Hari Sabtu?"

Rayyan mengangguk. "Kata Vano lo yang bunyiin sirene polisi sampai keadaan di sana kacau."

Moana menatap ke atas seakan tengah memikirkan sesuatu. "Emm ... Gue langsung pulang, dan gue nggak tau apa pun."

"Baiklah," ujar Rayyan. Ia kembali ke tempat duduknya, memainkan pulpennya dengan mata yang terus menatap gerak gerik Moana. Seperti ada yang di sembunyikan.

Rayyan hanya ingin tahu di mana kakaknya, dan apa yang terjadi kepada laki-laki itu hingga ia diharuskan menjadi orang lain seperti ini. Apa keadaannya separah itu?

Rayyan menghela napas, lalu menenggelamkan wajahnya pada lengan tangan yang ditekuk di atas meja. Ia merindukan ibunya, sampai kapan ia harus seperti ini?

"Sayang!" panggil seorang gadis seraya memegang pelan punggung Rayyan.

Merasa ada yang mengganggunya, Rayyan segera mendongak dan melihat Jasmin di sana. "Mau apa lo ke sini?"

Mengingat video yang diperlihatkan Bian membuat Rayyan jengkel. Pasalnya, karena mengikuti gadis itu kakaknya terluka dan sekarang ia harus menggantikannya.

Jasmin mengerucutkan bibirnya. "Kenapa kamu kasar sama aku?"

Rayyan memutar bola matanya. Seumur hidup, belum pernah ada gadis yang berani merajuk manja kepadanya. Lebih tepatnya, ia tidak pernah membuat seorang gadis seperti itu kepadanya. Sebelum merajuk, mungkin ia sudah membalasnya dengan omongan pedas.

"Mikir sendiri apa yang lo lakuin sama om-om waktu itu."

"Ssst ... sayang, pelan-pelan ngomongnya. Aku bisa jelasin semuanya," ujar Jasmin untuk membela dirinya sendiri.

"Apa yang perlu dijelasin dari sesuatu yang udah jelas?" sela Rayyan. Ia tidak habis pikir mengapa kakaknya bisa memacari gadis tidak bermoral seperti Jasmin. Meskipun ia tahu kakaknya juga mungkin tidak bermoral.

Mata Jasmin berkaca-kaca. "Kamu nggak pernah kasar sama aku meskipun aku berbuat salah. Kenapa sekarang kamu kayak gini?"

Suara keras Jasmin membuat seisi kelas terdiam, dan menonton drama berantemnya seorang yang kasmaran di depannya. Ada yang membela Jasmin, ada juga yang membela Rayyan.

"Lo ngaca dulu, koreksi kesalahan lo, baru ngomong gitu."

Jasmin semakin menjadi. "Harusnya yang ngaca itu kamu, aku ngelakuin kaya kemarin karna kamu duluan yang bawa cewe ke hotel. Aku cemburu! Jadi aku berniat balas perlakuan kamu ke aku."

Rayyan menutup mulutnya yang hendak membalas ucapan Jasmin setelah mencerna kalimat gadis itu. "Gue? Bawa cewe ke hotel? Kapan?!"

"Kamu pura-pura amnesia? Dahlah, selama ini aku udah makan ati terus pacaran sama cowo yang ngga pernah mikir kesalahan sendiri. Kita udahan!"

Semua orang terkejut, bahkan Moana. Ia tidak terima kembaran Reyghan itu merusak hubungan Reyghan dengan pacarnya. Mereka sudah berpacaran lama, bahkan Reyghan terlihat bucin dan posesife meskipun dengan cara yang berbeda.

Rayyan acuh dengan ucapan Jasmin dan kembali membaca pelajaran. Lagi pula, jika saudaranya kembali pulih, laki-laki itu pasti akan langsung memutuskan gadis yang berhianat.

Namun, jika dipikirkan, apa sifat Reyghan selama ini kepada Jasmin seburuk itu? Apa pria ini tidak tahu caranya menghargai seorang gadis?

Rayyan hanya bisa menggelengkan kepalanya. Baru tiga hari ia menjadi Reyghan, tapi ia sudah terkejut hampir setiap jamnya mendengar sifat asli laki-laki itu. Dari kata terima kasih, ketakutan teman sekelas, sampai membawa gadis ke hotel di usia 17 tahun. Hal mengejutkan apa lagi yang akan Rayyan ketahui selanjutnya?

"Baiklah, nanti sepulang sekolah kita bicara," ucap Moana pelan setelah berdiri di samping Rayyan.

Rayyan melirik. Apa lagi ini? Tiba-tiba gadis itu ingin berbicara kepadanya setelah jawaban angkuh sebelumnya.

Rayyan hanya mendengus lalu mengangguk. Tenaganya seakan habis setelah sedikit berdebat dengan Jasmin.

TBC.

REYGHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang