Seperti biasa, Fai bersama kedua sahabatnya berada di kantin setelah menghabiskan waktu bertempur di dalam kelas. Ditemani semangkok bakso ketiganya sangat menikmati waktu istirahatnya.
Tak lama berselang dua pria yang terlihat sedang bergaduh menghampiri mereka. Seketika keduanya membuat suasana kantin yang semula sepi menjadi ramai.
"Temen apaan lo, masa nikung!"
"Dih, salah lo juga. Kenapa jadi gue?" tukas Fathir tak mau kalah. Sepanjang perjalanan menuju kantin, dua pria ini tak henti-hentinya berdebat perihal siapa yang harus disalahkan.
"Lo, Fatiaah! Semua ini salah lo! Pokoknya kita slek aja deh." Angga menggeser tempat duduknya agar sedikit berjarak dari Fathir.
"Bodo amat, dasar baperan!"
"Anak alay!"
Angga tak menghiraukan perkataan Fathir. Pokoknya ia tengah kesal.
"Lo bedua kenapa, sih?" tanya Viona heran.
"Nih kang tikung, gak bespren banget!" tunjuk Angga pada Fathir. Fathir mendegus kesal. "Gue sabet lo lama-lama!"
"Ih koq pada berantem sih."
"Dia duluan, Fai!" ujar Fathir.
"Lo!"
"Lo baperan! Alay! Mamposs gak diterima!"
Angga dibuat semakin kesal oleh perkataan Fathir. Kalo bukan temen, gue pites lo!
"Emang lo bedua kenapa sih? Cerita buru!"
"Nih anak, naksir cewe. Waktu itu si Angga beli bunga tapi nyuruh gue yang ngasihin. Giliran Angga nembak tu cewe dianya nolak, malah bilang kalo dia naksirnya sama gue! Salah gue di mana?"
"Pasti waktu lo ngasih bunga, lo ga bilang kan kalo itu dari gue. Lo bilangnya itu bunga dari lo! Iya kan?! Ngaku lo!"
"Dih, gosah fitnah lo!"
"Ngaku aja lo! Wadepakmen!" ujar Angga menunjukan kedua jari tengahnya.
Fai, Chaira dan Viona kompak menepuk dahi. "Aduh, Angga! Itu mah kamu yang salah. Ngapain kamu nyuruh Fathir yang ngasih coba? Gak gentle huuuu!" ujar Chaira sambil menyoraki Angga.
"Noh, si Chaira aja paham!"
"Apaan sih, Ra. Koq kamu belain Fathir. Lagian bukannya kamu gak pacaran ya? Koq kamu bilang gitu?"
"Ish, memang aku gak pacaran. Tapi kan, jelas tauuk yang salah itu kamu!"
"Noh, dengerin! Wadepakmen!" Fathir berbalik memberi jari tengahnya pada Angga. Ia tertawa puas melihat wajah sebal Angga. Kasian gak ada yang belain.
"Jalan-jalan ke MUA, emang sialan lo semuaa!"
"ANGGA!" sentak ketiga gadis berhijab itu kompak. "Ya mangap weey."
"Cinta tak selamanya indah deck." ledek Fathir.
Angga memilih diam tak memperdulikan apapun yang di katakan sahabatnya itu. Bodo amat Fatiahh, gue bodo amat!
•
• • •
•
Matahari bersinar sangat terik. Berulangkali Fai mengelap keringat yang mengucur di dahinya. Ia harus segera pulang, ini pesan ibunya. Pasti ada tugas lagi untuknya hari ini.
Langkah kaki Fai terhenti saat melihat Kania dan teman-temannya berada di depan gerbang sekolah. Seketika wajah Fai memucat. Namun kemudian matanya menangkap sosok Fathir yang juga sedang berjalan keluar gerbang. Dengan cepat Fai mengejar Fathir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelas Kaca
SpiritualFai tak menyangka, pertemuan dengan seorang kakak kelas akan menjadi awal dari kisah bersejarah di hidupnya. Seseorang yang mampu memberi warna baru di setiap hari-harinya. Meskipun Fai sendiri tak tau, kisahnya akan berakhir dengan warna pelangi at...