04. Masalah baru

9 1 0
                                    

Terik matahari tak mengurungkan seorang gadis mengehentikan aktivitasnya. Ia masih semangat berlatih bola basket, meskipun pada kenyataannya ia selalu gagal memasukkan bola ke ring.  Fai tak menyerah ia terus mencoba dan mencoba. Hingga akhirnya berhenti mendribel bolanya. Fai menatap ring di depannya dengan ragu-ragu. Apakah akan berhasil? Fai menarik nafas panjang.
Seseorang tiba-tiba memegang tangan Fai dari belakang. "Semuanya butuh perhitungan," ucapnya lembut.

Tangan orang itu seakan mengkoordinir pegangan Fai pada bola basket. Mereka mengambil ancang-ancang melempar bola. Fai menoleh ke arah orang itu.

"Pandangan lurus ke arah ring, bukan ke yang lain," ucapnya. Fai langsung mengalihkan pandangannya.

"Sekarang lempar." Benar saja bola itu masuk tepat ke dalam ring. Fai bersorak kegirangan. Akhirnya ia bisa memasukkan bola ke dalam ring itu. "Makasih, Kak," ucap Fai dengan mata berbinar. "Kak ....”
Siapa? Fai barusan ingin menyebut nama orang itu, tapi ia kan lupa siapa namanya. Haduh!

"Reyhan," sahutnya lembut. Fai menunduk malu. Ah iya, namanya ternyata Reyhan.

"Makasih, Kak Reyhan," ucap Fai gugup. Reyhan tersenyum tipis. Ia bergerak mengambil bola basket.

"Suka basket?" tanya Reyhan. Fai menggeleng dengan cepat.

"Fai cuman latihan aja, karena tadi prakteknya gagal, Kak. Ya, semoga minggu depan Fai bisa dapat nilai."
Reyhan mengangguk paham.

"Mau kakak ajarin?" Fai terkejut mendengar penawaran Reyhan. Ingin sekali mulutnya berkata 'iya' tapi Fai merasa malu. Alhasil Fai menolak. "Gak usah, Kak. Gapapa koq, Fai belajar sendiri aja."

"Beneran? Gapapa kalo mau diajarin, mumpung kakak senggang." Hati Fai semakin bimbang. Tak ada alasan lagi baginya untuk menolak. Fai pun setuju di ajari oleh Reyhan.

Hampir 30 menit berlalu, Fai memutuskan untuk berehat sejenak. Kakinya terasa pegal. Karena selama ini ia belum pernah latihan basket.
Ia duduk berselonjor di tepi lapangan.  Fai tersenyum melihat ke tengah lapangan di mna seorang pria masih dengan semangat mendribel bola lalu melemparkannya, dan hap  bola itu tepat sasaran masuk ke dalam ring. Fai bertepuk tangan sebagai tanda takjub. Tak heran jika Reyhan pintar bermain basket, ia kan dulunya kapten basket.

Waktu menunjukkan pukul 2 siang. Seorang gadis berseragam putih abu-abu masih setia termenung di tepi danau. Tempat yang biasa dijadikan para remaja seusianya memadu kasih. Hehe
Tapi tidak dengan Fai, gadis berjilbab putih itu duduk seorang diri di sana. Hatinya terasa gelisah. Semenjak kejadian kemarin, Kania-kakak kelas yang menghampirinya kemarin-selalu  menatapnya dengan tatapan tak senang. Misalnya tadi, saat di kantin Fai duduk tak jauh dari Kania dan teman-temannya berada. Fai dapat melihat mereka berbisik sambil menatap ke arahnya. Fai harap, semoga saja ini takkan jadi masalah yang rumit.

Fai mengambil sebotol air minum di dalam tasnya lalu meminumnya. Matanya kemudian memandang jernihnya air danau yang menyegarkan itu.

Fai menoleh ke kanan dan ke kiri. Indra pendengarannya seperti menangkap sebuah alunan lagu. Fai berdiri dan mencoba mencari sumber bunyi itu. Akhirnya Fai menemukan sosok yang dikenalnya. Fai mengambil tasnya dan berjalan menuju orang itu.

"Assalamualaikum Rafa." Rafa yang terkejut melihat kehadiran Fai lantas menghentikan lagu yang diputar di ponselnya.

"Loh, ngapain di sini Kak?" tanya Rafa.

"Gapapa, duduk-duduk aja sih." Fai mendudukkan bokongnya di dekat Rafa.

"Rafa di sini ngapain?"

Gelas KacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang