EIGHT

978 59 0
                                    

"nghh... Tae... "

Setelah satu jam lamanya, akhirnya Jaehyun bangun. Matanya digosok perlahan dengan bibir yang mengerucut lucu.

Jaehyun bingkas bangun saat teringat Taeyong yang menjadi tempat sandarannya.

Ketika Jaehyun mau bangun, Taeyong malah menarik badannya supaya duduk di atas pahanya.

"Tae... Daddy berat- "

"Gak. Daddy diem aja... "

Jaehyun patuh dan mula menyandarkan dirinya pada badan Taeyong. Keduanya saling mendiamkan diri, menikmati angin yang bertiup lembut menyapu tubuh mereka.

Jaehyun mengusap tangan Taeyong yang berada di perutnya sambil mulutnya menggumam nada lagu yang digemarinya.

Taeyong menyukai suara Jaehyun yang terdengar indah di telinganya. Waktu kecil dulu dia sering meminta Jaehyun untuk menyanyikan apa pun lagu yang di sukai namja itu.

Setelah beberapa menit kemudian, Jaehyun berhenti bernyanyi. Kepalanya menoleh ke arah Taeyong yang juga sedang memandangnya.

Jaehyun tersenyum sehingga menampakkan dimplenya. Pipi tirus Taeyong dielus lalu tanpa menunggu lama dia langsung mengecup wajah anaknya itu.

Taeyong menikmatinya. Matanya terpejam merasakan bibir lembut Jaehyun bersentuhan dengan permukaan kulitnya.

"Dad... Bibirku juga mau... "

Jaehyun terkekeh geli melihat Taeyong yang memuncungkan bibirnya. Kedua tangannya di letakkan pada pipi Taeyong lalu bibirnya menempel pada bibir tipis itu.

Mereka saling menyesap, tanpa ada nafsu diantaranya. Hanya ada lumatan yang memabukkan.

"Mmphh ahh... "

Taeyong melepaskan tautan mereka sehingga terlihat jambatan saliva keduanya.

Dahi mereka menyatu dengan mata yang terus memerhati antara satu sama lain. Mereka saling bertukar pandangan, merasakan sesuatu yang membuatkan hati mereka menghangat.

Jaehyun suka mata itu. Mata kelam yang sentiasa terlihat prihatin serta menyayanginya selama ini. Begitu juga dengan Taeyong, matanya tidak bisa lepas dari renungan Jaehyun walau sedetik pun. Mata itu seperti memohon agar dia menjadikan Jaehyun miliknya segera.

"Tae... Maafin daddy ya...? " Ujar Jaehyun. Hujung hidung Taeyong dikecup lama sebelum dia kembali menjauhkan bibirnya.

"Kau tidak salah apa-apa dadd... Aku yang egois... Aku yang terlalu overprotektif sama daddy... Aku - "

"Sssttt... Kesayangan daddy ini ngomong apa hmm~? Daddy gak papa kok kalo kamu overprotektif.... Kan itu bagus untuk daddy... Daddy bisa yakin kalo kamu itu sayang sama daddy sepenuhnya... "

"Justru aku yang merasa bersalah dad... Kau berhak menjalani hidupmu tanpa ada yang mengatur... Aku gak mau jadi pengatur dalam hidupmu....hiks... Dadd... Maafin aku.... Hiks " Pertahanan Taeyong runtuh.

Air matanya yang sudah berbelas tahun ditahan akhirnya mengalir juga dan sosok yang sentiasa menjadi saksi tangisannya hanyalah Jaehyun. Hanya Jaehyun yang melihatnya. Tidak ada yang lain.

"Aigoo... Cup cup cupp.... Kenapa menangis sayang~? Air matamu itu berharga.... Jangan disia-siakan... Simpan untuk masa depan... Kalo-kalo daddy pergi duluan, saat itu kamu bisa menangis sepuasnya... " Ujar Jaehyun sambil tangannya mengusap air mata Taeyong yang semakin mengalir deras.

"Da-daddy jangan hikss.. ngomong kek gitu-!  Taeyong gak suka!  Kalo daddy mau pergi, Taeyong ikut..! Jadi kita gak akan terpisah..." Taeyong menangis sepuasnya di bahu Jaehyun.

PEONIS [YONGJAE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang