ELEVEN

876 53 4
                                    

"daddy kenapa menangis?! " Tanya Taeyong lalu segera berlari mendapatkan Jaehyun.

"Da-daddy juga gak mau semua ini terjadi Tae... Daddy minta maaf..! " Jaehyun menangis semaunya. Dadanya sakit, seperti ditusuk puluhan jarum.

"Ada apa? Cerita sama aku dad... Kenapa daddy menangis? " Taeyong mengusap air mata Jaehyun dengan lembut lalu memeluknya erat. Hatinya sakit melihat orang yang dicintainya menangis seperti ini.

"Kakek kamu... Sudah menjodohkan daddy Tae.. " seperti tersambar petir, Taeyong membeku. Badannya seperti mati rasa. Apa benar yang didengar telinganya? Dia tidak lagi bermimpikan?

"Dijodohkan? Beneran? S-sama siapa dad?! " Taeyong mengguncang bahu Jaehyun. Wajahnya terlihat kecewa. Matanya memerah dengan genangan air mata yang menunggu masa saja untuk jatuh.

"Lucy Kim "

"Apa?! "Taeyong langsung berdiri mendengar nama orang yang tidak disukainya itu keluar dari mulut sang daddy. Bagaimana bisa daddynya dijodohkan sama seseorang yang baru saja dia temui?

"Bukannya kalian baru berteman? "Tanya Taeyong lagi.

"Dia itu, teman waktu kecilnya daddy Tae... Maaf daddy baru ngomong sekarang... Daddy pikir dia gak bakal pulang ke Korea lagi... Daddy juga kaget pas liat dia balik ke sini... Ternyata itu tujuan dia ketemu semula sama daddy.." Taeyong menggeram marah mendengar penjelasan Jaehyun. Berani-beraninya cewek itu mau mengambil Jaehyun setelah meninggalkannya.

"Biar Taeyong yang bicara sama kakek. Daddy tenang aja " setelah itu Taeyong mengecup jidat Jaehyun lama dan langsung pergi meninggalkan Jaehyun berseorangan.

Jaehyun seperti tidak bisa memproses apa yang sedang terjadi sebentar tadi sehinggalah bunyi deruan mobil terdengar di kupingnya. Dengan tenaga yang masih tersisa, Jaehyun bangun dan mengambil kunci mobil lainnya lalu pergi mengikuti Taeyong.

"Tae, jangan buat gila-! "

Taeyong berkendara selama 30 menit untuk sampai ke rumah kakeknya. Sudah tentu dengan kelajuan maksimal, kalau tidak mana mungkin dia bisa sampai dalam masa hanya 30 menit dalam keadaan hujan deras seperti itu.

Taeyong melangkahkan kakinya menuju pintu besar bernuansa emas di hadapannya sambil sesekali dihalang oleh pengawal yang sedang berjaga. Setelah melihat bahwa Taeyonglah yang datang mereka kembali berundur dan membiarkannya masuk.

"KAKEK?!! " Teriak Taeyong dengan sangat kuat sehingga semua yang berada di rumah itu mendatanginya, termasuk kakek dan neneknya.

"Kenapa kamu berteriak Taeyong? Ada apa? " Tanya nenek Jung.

Taeyong menarik nafas dalam bagi meneutralkan emosinya. 'ingat Tae, mereka itu lebih tua, jadi jangan terlalu kurang ajar' ujar Taeyong dalam kepalanya.

"Kenapa daddy dijodohkan? " Taeyong menatap tajam kakek dan neneknya.

"Itu karena kami ingin dia punya istri yang bisa memenuhi kebutuhan tiap harinya Tae... Kamu juga perlukan sosok ibu disampingmu kan? " Jawab nenek Jung dengan lembut.

"Tapi Taeyong gak mau daddy menikah...! " Taeyong mencoba sekuat mungkin untuk meredam api kemarahannya. Nama Jaehyun terus diucap berulang kali agar dia bisa tetap mengontrol emosinya. Jujur, dia sepertinya akan meledak tidak lama lagi.

"Kenapa sayang? Ini semua demi kebahagiaan kalian... " Lagi dan lagi, nenek Jung yang menjawab segala pertanyaan Taeyong. Kalau kakek Jung yang menjawab, sudah pasti rumah itu dipenuhi dengan teriakan mereka.

"Apa kakek sama nenek tidak lihat seberapa bahagianya Taeyong selama ini dengan daddy? Dari Taeyong kecil sampe sekarang, apa kalian pernah liat daddy atau Taeyong murung karena maukan sosok ibu bersama kami? Tidakkan? Apa kalian pernah dengar Taeyong memohon untuk punya seorang ibu selama ini? Dan lagi, apa daddy pernah bilang ke kalian kalo dia kesunyian? " Taeyong menatap terus ke arah wajah kedua orang tua dihadapannya.

PEONIS [YONGJAE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang