Bagian 3

1.1K 171 21
                                    

Cerita ini mengandung bahasa kasar, jadi mohon jangan diikuti.

Major's School, sekolah yang cukup terkenal akan kesuksesaan anak didik mereka. Sekolah ini memang sangat populer, Keziro yang tak lain adalah Kakak kandung Biyu pun alumni dari Major's School. Ia adalah lulusan terbaik pada saat itu. Sejak awal, Biyu ingin sekali bersekolah disana, tetapi sang Ayah tak mengizinkannya dengan alasan sekolah itu terlalu bagus untuk Biyu. Well, Biyu mengakui bahwa ia tak secerdas Ziro, Biyu bahkan sangat lemah dan banyak menyusahkan orang lain.

Kedatangan Biyu sebagai murid pindahan pun sepertinya tidak disambut baik oleh murid-murid disana, bagaimana tidak? Nama Biyu sudah tercoreng karena ia adalah pelaku pembully. Biyu tahu ia tak pernah melakukannya, tetapi buat apa memberitahu mereka? Ketidaksukaan murid-murid disana bahkan bertambah semenjak Biyu akrab dengan 'Mars', bagaimana bisa orang seperti Biyu diterima oleh mereka? Bahkan, lebih mengejutkannya lagi jika Alva sangat terpengaruh dengan Biyu. Mereka membenci Biyu, bagi mereka bahkan Biyu adalah sosok yang tak pantas bersekolah di Sekolah ternama ini.

Pagi ini, Biyu hanya menatap berita akan dirinya di papan mading. Ia hanya menghela nafas beratnya.

"Bagaimana bisa nama gue salah penulisan, jelas-jelas nama gue Keivan Biyu Sandyakala, mengapa jadi Kelvan?" Biyu hanya berdecak.

"Waspada akan anak ini, dia adalah pembully. Dia dikeluarkan karena kasus bullying." Biyu pun melihat seseorang yang baru saja datang dan berada dibelakangnya, dia adalah Alva.

"Berita apaan nih? Siapa yang nyampah di mading sekolah sih!" Kesal Alva, bahkan beberapa anak melirik Alva dan membuat Biyu merasa tidak enak. Mereka bahkan lirik Biyu tak suka, apa yang sudah Biyu lakukan sampai Alva saja selalu membelanya? Benar-benar anak nakal yang membahayakan!

Biyu segera menarik tangan Alva untuk pergi, ia tak ingin menjadi pusat perhatian, mereka bukanlah Idol yang terbiasa menjadi pusat perhatian bukan?

"Gila lu Gas! Kalau ngomong ga usah pake toak, lu pikir mau demo?" Wajah Biyu terlihat sangat merah, bagaimana tidak, ia menanggung malu karena Alva  bahkan bagaimana bisa ia menyembunyikan wajah merahnya dikulitnya yang putih?

"Apaan sih, lagi pula ngapain lu tarik gue? Gue baru mau robek dan cari siapa yang nyampah."

"Udah sih biarin aja."

"Eh dungu! Lu mau diemin ada orang gila yang nyampah di mading kayak gitu tentang lu?"

"Dia gila, kalau lu ngeladenin, lu yang gila!"

"Tau ah! Bukannya terima kasih sama gue, ini malah bela mereka." Biyu hanya menghela nafasnya, bahkan ia melipat kedua tangan pada dadanya. Alva sendiri masih merasa tidak puas, bahkan ia mengambil ponsel miliknya dan terlihat menghubungi seseorang disana.

"Sa, lu kan kenal beberapa pengurus Mading sekolah, cari tau dong siapa yang nyampah di Mading."

"Oh, yang berita tentang Biyu? Okelah nanti gue cari tau."

"Oke." Alva segera mengakhiri komunikasinya, bahkan Biyu hanya mampu menggelengkan kepala.

"Psycho lu." Ujar Biyu dan segera pergi meninggalkan Alva.

"Gila lu! Eh Biyu! Mau kemana woy bego?!" Teriak Alva yang kesal akan Biyu yang pergi begitu saja. Biyu tak menanggapinya, bahkan ia terus berjalan.

"BIY?!" Teriak Alva sekali lagi dan membuat Biyu menghentikan langkahnya, Biyu pun membalikkan tubuhnya dan mengacungkan jari tengah kepada Alva.

"Berisik tau ga?! Gue mau ke toilet, kenapa lu mau ikut?" Alva terdiam beberapa detik, gila ya. Ia mengkhawatirkan Biyu, ternyata bocah itu hanya ingin ke toilet. Tak ada tanggapan, Biyu kembali melanjutkan perjalanannya, sementara Alva setelah diam beberapa saat, ia pun kembali menuju kelasnya.

Impossible✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang