Sudah hampir seminggu Biyu berada di Rumah Sakit, saat ini ia cukup senang karena teman-temannya datang untuk menjenguk. Jujur saja, ini adalah kali pertama ia dijenguk ketika sakit.
"Kapan lu keluar dari Rumah Sakit?" Tanya Whiesa.
"Seharusnya sih besok, gue udah sehat. Tapi liat aja nanti."
"Jangan lama-lama. Ga ada lu, berasa sepi banget. Si Alva juga kayak cewek lagi pms, marah-marah mulu." Sambung Raksa, Biyu hanya terkekeh dan mengangguk. Sebenarnya ia sangat ingin terus bersekolah disana dan berteman dengan teman-teman baru yang ia temui, tetapi ia sendiri tidak bisa menolak keinginan sang Ayah.
"Gue denger si Roy sempet dateng jenguk lu? Bener?" Tanya Jefri, Biyu pun mengangguk.
"Ngapain dia?" Tanya Whiesa yang terlihat sangat kesal.
"Ya jenguk gue aja, dan ngajak gue temenan."
"Terus lu mau?" Sambung Raka.
"Iyalah, orang baik-baik ajak temenan, kenapa ga diterima, lagi pula Roy orang baik kok."
"Kayaknya bener deh yang Alva bilang, lu terlalu bego." Ujar Raksa, Biyu sendiri hanya melihat Raksa, bahkan ia melihat beberapa temannya yang menatapnya dengan tidak suka. Jujur, ia merasa takut akan kehilangan segalanya. "Lu terlalu bego, kenapa melepas orang yang jahat sama lu, dan sekarang lu malah menerima pertemanannya, lu jangan terlalu percaya sama siapapun Biy, lu terlalu mempercayai orang, makanya lu diperlakukan begini." Lanjut Raksa, Biyu hanya menghela nafas dan tersenyum.
"Ga semua orang itu begitu. Lagi pula wajar sih anak-anak di Major's ga suka gue, gue kan dikenal pembully, mana ada yang mau temanan dengan pembully, bahkan gue ga tahu kalau aja Gasendra ga kenal gue, apa mungkin kita berteman? Lagi pula sekarang pasti kalian tahu dari Gasendra tentang penyakit gue kan? Roy ga sepenuhnya salah, bahkan yang terlalu bikin parah karena gue yang terlalu lemah dan ga guna. Jika Roy dapat hukuman, bagaimana dengan dia? Semisal kalian, atau Gasendra, keluarga kalian dipandang orang banyak, dan lagi bisa menyuap siapapun, lalu bagaimana dengan Roy? Dia pun harus punya kehidupan setelah ini bukan? Gue ga mau orang sulit karena gue." Jelasnya dan membuat keempat orang disana terdiam sejenak.
"Tau ga, kalau bukan karena Alva, udah gue pacarin lu Biy, ga peduli lu cowok." Ujar Jefri dengan kekehannya. Biyu pun ikut terkekeh.
"Gasendra mana suka gue? Dia selalu emosi kalau sama gue."
"Lu tuh punya daya tarik, ga mungkin dia ga suka sama lu." Jelas Jefri.
"Emang gue magnet? Ahahaha. Rasanya gue pengen cepat-cepat balik ke sekolah. Setelah gue balik, kita ke tempat makan yang dibilang enak yuk, gue pengen nyobain." Ajak Biyu, mereka pun mengangguk dan tersenyum.
"Ngomong-ngomong tumben Alva belum dateng?" Tanya Whiesa, ia pikir Alva sudah datang lebih dulu, rupanya tidak.
"Oh, dia bilang mampir ke market terdekat, tadi gue minta beliin sesuatu." Jelasnya.
Tak lama, pintu pun terbuka. Seseorang datang dengan seragam Pelita harapan. Biyu tersenyum melihatnya.
"Rion, cepet banget. Perasaan tadi lu baru chat gue." Ujar Biyu. Ke empat orang disana hanya menatap seseorang yang baru saja datang, siapa dia?
Orion tersenyum dan memberikan sekantong makanan dan ada es krim pesanan Biyu disana. Orion terlihat cukup canggung mendapat tatapan dari ke empat orang disana.
"Kenalin, dia Orion, teman gue pas di Pelita Harapan." Ujar Biyu dengan tersenyum. Whiesa, Raka, Raksa dan Jefri ingat benar nama itu, Alva pernah bercerita tentang orang ini. Dia bahkan yang pernah hampir membuat Biyu mati. Tetapi, lihat saja. Saat ini Biyu bersikap seolah-olah tak pernah terjadi apapun dengan orang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible✔
FanfictionSeorang pemuda bernama Biyu yang dikenal sebagai Pembully di Sekolah sebelumnya yang sebenarnya fakta mengatakan hal lain, bahwa ia adalah korban pembullyan.