[Noted: Nama lengkap Biyu, Keivan Biyu Sandyakala. Biyu adalah panggilan teman-temannya, sementara Kei adalah panggilannya dengan keluarganya.]
Whiesa hanya menatap kedatangan seseorang yang memiliki wajah sedikit mirip dengan Biyu, ia bahkan menghampiri Whiesa kini.
"Alva bilang Kei terluka? Bagaimana bisa?" Tanyanya, sudah dapat dipastikan bahwa ini adalah keluarga Biyu.
"Belum tahu jelasnya, tapi yang jelas Biyu dihajar sama salah satu siswa."
"Sial! Udah gue bilang jangan sekolah umum masih aja! Terus apa kata dokter?" Tanya Keziro kembali, Whiesa hanya menggelengkan kepalanya.
"Dokter belum keluar, tapi tadi sempat dengar kata perawat Biyu banyak kehilangan darah." Keziro hanya mampu mengusap kasar wajahnya. Lagi dan lagi! Mengapa tidak sedetik pun ia melihat adiknya dapat berkawan dengan tenang? Sebenarnya Whiesa sendiri tidak tahu apa yang dialami Biyu, tetapi seharusnya tidak akan separah ini. Ia pernah berkelahi dan dihajar, tetapi ia hanya luka lebam dan tidak separah Biyu, tetapi mengapa Biyu dapat pendarahan sehebat itu?
Tak berapa lama Alva dan teman-temannya datang, Alva pun segera menghampiri Keziro disana. Wajahnya bahkan terlihat sangat penuh dengan kecemasan.
"Bang Ziro udah ada kabar dari Biyu?" Tanya Alva, Keziro hanya menggelengkan kepalanya.
"Bagaimana ceritanya sampai Kei dihajar orang? Lu tahu sendiri 'kan kondisi dia?" Alva hanya diam sejenak dan membuat keempat temannya menatap Alva dengan penuh tanda tanya, apa yang terjadi dengan Biyu?
"Seharusnya emang gue bareng dia, tapi dia suruh gue masuk ke kelas lebih dulu, gue ga tau apa yang terjadi, gue cuma tahu pas dia kabarin dia lagi kesakitan, dia cuma bilang sama gue dia ke pentok pintu toilet, tapi taunya ada orang yang mukul dia." Jelas Alva, terlihat wajah kekesalan dari wajah Keziro, bagaimana tidak? Mengapa sekolah yang memiliki attitude yang baik, ternyata tetap saja buruk untuk adiknya.
"Bokap gue lagi dalam perjalanan ke sini, gue ga tau apa yang bakal dia lakukan, tapi Kei sama bokap ada perjanjian, jika di sekolah ini Kei tetap ada masalah, dia akan berhentikan Kei, dan memilih mendatangkan guru private buatnya. Bokap lu tahu ini? gimana pun ini atas nama sekolah lu."
"Gue rasa udah tahu, baru aja dia hubungin gue. Orang yang udah mukul Biyu pun udah dibawa sama pihak sekolah." Ujar Alva.
"Yaudahlah, gue juga ga tahu apa lagi setelah ini. Gue pikir karena Kei satu sekolah sama lu, dia bakal aman, tetapi ya gue ga bisa salahin lu, kerena emang adek gue aja yang bermasalah."
Alva ingin mengatakan bahwa bukan Biyu yang bermasalah, tetapi ia tak dapat melanjutkannya. Tak lama dokter pun keluar, Keziro segera menghampiri dokter tersebut disusul dengan Alva dan teman-temannya.
"Bagaimana kondisi adik saya?" Tanya Keziro tak sabar.
"Tidak begitu baik, tetapi pendarahannya sudah dapat diatasi. Untuk saat ini ia butuh istirahat, kondisinya cukup lemah karena ia banyak kehilangan darah. Seharusnya lebih berhati-hati pada pasien penderita penyakit ini." Jelas sang dokter, Keziro hanya mampu mengangguk paham.
"Sekarang, biarkan dia beristirahat."
Setelahnya sang dokter pun pergi, keziro sendiri meminta Alva untuk pulang, bahkan ia berterima kasih karena Alva sudah membawa Biyu cepat ke Rumah Sakit. Alva tak dapat menolaknya walau ia masih ingin bersama Biyu.
Sepanjang perjalanan Alva lebih banyak diam, beberapa kali ia menghela nafas dan membuat keempat temannya tak tahu harus bagaimana.
"Sebenarnya Biyu kenapa? Gue tahu dia hanya dihajar dari rekaman CCTV, tapi bagaimana bisa sampai begitu? Darahnya bahkan ga mau berhenti loh, wajar tuh anak banyak kehilangan darah." Tanya Whiesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible✔
FanfictionSeorang pemuda bernama Biyu yang dikenal sebagai Pembully di Sekolah sebelumnya yang sebenarnya fakta mengatakan hal lain, bahwa ia adalah korban pembullyan.