7| Rυɱαԋ ԃι Hυƚαɳ Sαʅʝυ

76 30 108
                                    

🍃

Aku mengangkat jari telunjuk, menyingkap batang bunga yang menghalangi penglihatan. Sayap sehitam langit malam tanpa rembulan, membentang lebar, menopang tubuh kekar. Jarak peri itu lebih dari empat puluh meter di udara. "Peri lainnya," ucapku setengah berbisik.

"Bagaimana bisa kamu melihatnya?" lirih Denzel pelan. Aku menoleh ke samping kanan. Denzel memicingkan mata, mencoba fokus melihat makhluk yang terbang di atas sana.

Aku hanya diam, enggan menjawab pertanyaannya.

"Oh... dia menuju hutan," imbuh Denzel.

Aku mengikuti arah pandang pemuda itu. Memalingkan tubuh seutuhnya ke arah bukit bunga, kedua netraku terus terpaku pada makhluk bersayap yang semakin mengecil ditelan jarak. "Apa kebetulan, dia menuju hutan tempat kita tadi bertemu dengan driad dan Tauriel?"

"Apa kamu bisa melawan makhluk itu?" Bukannya menjawab, Denzel malah balik bertanya padaku. Ia menatapku dengan mata lebar, hampir terlihat berbinar.

Aku menggaruk tengkuk, memikirkan jawaban dari pertanyaannya. "Well, dia kuat. Aku tidak tahu seberapa kuat dirinya," ujarku sambil mengangkat sebelah bahu. "Menyentuh energinya dengan aliran telekinesisku akan membuat dia waspada."

Aku sebenarnya tidak mau menyeret pemeran lainnya dalam pertarungan hari ini. Energiku juga tidak terlalu optimal. Aku butuh istirahat. Volna terakhir yang aku gunakan untuk membekukan pergerakan Joel, menguras energiku dua kali lipat.

"Ah... benar juga. Sekarang kita harus bagaimana?"

Aku bergumam pelan. Teringat tadi, aku merasakan energi Medium dan Teleportasi di hutan, Denzel pasti tahu siapa itu. "Kamu bilang, ada temanmu di sini? Apa dia juga dari sekolah yang sama dengan...."

"Tidak," potong Denzel. "Dia bersekolah di Rohal."

Rohal merupakan kota kecil, di luar perbatasan Kapital, yang masuk dalam administrasi Old Dominic. Presentasi full magic di kota itu masih tergolong tinggi, dibandingkan kota-kota Old Dominic lainnya yang didominasi dengan tingkat half magic.

Denzel mendecih pelan, ia menggaruk kasar kepalanya. Gerakannya tampak canggung. "Setelah kami berpikir bahwa kemungkinan kita terjebak di dalam dimensi paralel, Aura pergi begitu saja. Setiap kali aku mencoba untuk bicara dengannya, dia hanya menggerutu tak jelas padaku. Mungkin dia kesal, karena aku mengajaknya pergi dengan Joel." Wajah Denzel tertunduk lesu.

Aku mendengus malas, "kalau dia tidak mau denganmu, banyak gadis di sekolah kita yang bersedia menjadi pacarmu."

Pemuda itu menatapku dengan sorot kesal. "Masalahnya, aku tidak mau dengan mereka!" Aku melambaikan tangan di depan wajah. Merasa topik romansa bukan hal yang pas untuk dibicarakan dengan Denzel. Senyum tersungging di sudut bibirnya, "bagaimana denganmu? Aku dengar, kamu dan Annette sangat dekat. Aku yakin, kalian punya hubungan kan? Apa, istilahnya... backstreet?"

"Tidak ada apa-apa antara aku dengannya!"

Denzel meringis. Ia mendecih pelan sebelum berujar, "Benar kata Annette, 'Regen itu tidak peka!' Percuma saja dia memberimu jus buah setiap hari, karena kamu hanya menganggap itu bentuk kepeduliannya sebagai teman kelasmu."

Giliranku menatap Denzel dengan sorot kesal. Aku memang tidak pernah menganggap Annette lebih dari teman sekelasku. Karena sejujurnya, pikiranku tertuju pada perempuan lain. Dia gadis manis yang kutemui ketika sedang menunggu bus. Aku bisa merasakan aura pengubah bentuk di sekelilingnya. Aku tidak tahu pasti, dia bisa berubah menjadi makhluk apa, yang jelas bukan serigala. Karena aku tahu sekali aliran energi serigala seperti apa. Uniknya, energi changeling berbaur dengan energi lainnya yang membuatku merasa kagum, sekaligus penasaran. Aku ingin mengenal gadis itu lebih banyak.

Clandestine Regen PoV~editedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang