13| Penyelesaian

67 36 137
                                    

🍃

Bias cahaya oranye di langit senja ditutupi guratan awan sirus, memberikan latar estetik pada makhluk yang sedang terbang di udara. Sayap gelapnya terentang lebar, mengibas pelan untuk terbang rendah secara vertikal. Peri itu pasti Adrian.

Sayapnya terlipat sedikit, lalu beberapa saat kemudian, kakinya menyentuh tanah. Pendaratannya sangat mulus dibandingkan Tauriel. Bahkan tidak ada empasan tanah yang berhamburan di saat peri di hadapanku ini mendarat. Tubuh Adrian bahkan tampak tegap, dengan ekspresi wajah yang terlihat datar... nyaris bosan apabila bisa kuartikan. Jika aku ingat-ingat, Tauriel menekuk lututnya, seolah ia akan tertelungkup ke depan.

Dari jarak tiga meter yang memisahkanku dengan si peri, aku bisa memperhatikan detail sayap yang masih terentang. Sayap itu tidak segelap Tauriel. Warna perunggu mendominasi bagian luar sayap, dengan semburat warna emas di bagian penutup sayap bagian tengah.

Jika saja aku dapat dengan bebas berekspresi, aku akan mendekat untuk memperhatikan sayap indah itu. Masalahnya, aku tidak mungkin bersikap norak! Lagian... dia seorang pria. Andai itu sayap Tauriel, mungkin aku mau saja menggodanya.

Adrian menatapku tajam, lalu melirik Denzel yang berdiri di samping kiriku. Sorot matanya menyisir keadaan di sekeliling. Sudut bibirnya sedikit berkedut saat menatap ke arah belakangku. "Mereka memang merepotkan," ucap Adrian datar.

Aku melirik ke samping kanan, pada deretan batang bunga matahari yang menjulang sekitar dua meter. Aku merasakan energi yang sama seperti saat pertama kali aku datang ke ladang bunga ini. Namun ada yang berbeda! Energi para Peri Pekerja yang mengintip dari balik batang bunga bertambah banyak. Lebih banyak dari yang sebelumnya.

Adrian berjalan ke arahku, saat ia berjarak tiga langkah, peri itu mengulurkan tangannya. "Adrian Hawthorn, Earl dari Faelynn." Matanya sedikit berkedut, dengan senyum tipis yang sama sekali tak terlihat ramah.

Aku menjabat tangannya. "Regen Callan..." aku terdiam sejenak. Adrian menyebutkan gelarnya, sedangkan aku tidak memiliki apa pun gelar yang dapat dibanggakan.

Adrian kembali menarik tangannya. Ia mengembuskan napas tajam sebelum berujar, "Aku tidak menyangka mereka melanggar peraturan dengan pihak Peri Penjaga." Wajah itu kembali berpaling. Kali ini, mata tajamnya menatap intens ke arah kananku.

Tapi, siapa yang Adrian maksud dengan 'mereka?' Peraturan apa yang dilanggar? Siapa Peri Penjaga yang dimaksud Adrian? Satu kalimatnya memberikan tiga pertanyaan yang semakin membuatku merasa resah saat berada di dekat peri ini.

Adrian jelas memiliki kekuatan yang berbeda di antara peri-peri di sekeliling kami. Aku tidak akan memandang remeh kekuatannya, dia jelas sepuluh kali di atas para Peri Pekerja.

"Regen baru berada di Sweven sekitar enam jam. Dia tidak tahu apa pun mengenai perisai di hutan Kyresel." Suara itu terdengar kian dekat saat Chloe menyelesaikan kalimatnya. "Tidak ada kerusakan yang berarti. Aku sudah meregenerasi rumput-rumput dan tanaman semak yang tumbuh di lapangan sekeliling perisai. Aku harap, kejadian ini tidak dibesar-besarkan. Kita bisa menyelesaikannya dengan cara kekeluargaan." Chloe sudah berdiri di sisi kananku.

"Kekeluargaan?!" ujar Ash geram. Peri tengil itu terbang rendah di samping Chloe. Lirikan matanya menatap tajam ke arah Denzel yang berdiri kaku di samping kiriku. "Dia mencampakkan Freya!" geram Ash sambil menunjuk ke arah pemuda teleport. "Dia...."

"Mereka berdua. Sedangkan ada dua puluh tiga kalian di sini!" potong Adrian, suaranya terdengar tenang. Namun ketenangan dalam suara itu tidak tergambar dari sorot matanya yang tampak berang. "Kalian yang lemah! Dan tidak seharusnya kalian menyerang mereka terlebih dahulu."

Clandestine Regen PoV~editedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang