2| Sweven

116 39 131
                                    

🍃

Cantik tidak hanya menggambarkan parasnya. Ia tampak berbeda. Dari mata cerdas yang menatapku tanpa berkedip, hingga senyum simpul yang terulas di sudut bibir penuhnya. Bahkan, dia mengatur langkah dengan hati-hati. Seolah-olah ingin menjaga jarak aman dariku.

Dia membuatku ikut menarik senyum, karena betapa mudahnya ia membuatku terpesona.

Wanita manis itu tiba-tiba menghentikan langkah. Ia memalingkan wajah ke samping, memutus kontak mata denganku. Selintas, aku melihat senyum kecil terukir pada wajah mempesona itu.

Aku menggelengkan kepala dengan cepat. Mencoba menghilangkan rasa terpesona di dalam pikiranku. Dia membuatku lengah. Membuatku lupa di mana aku berada sekarang! Aku bahkan hampir melupakan apa yang terjadi padaku di ruang Mr. Astor!

Kedua mataku melirik pada hamparan salju dan pohon cemara di sekelilingku. Keningku mengernyit dalam saat merasakan tubuhku bergerak ringan. Bahkan aku bisa merasakan setiap derap langkah kakiku.

Aku kembali melirik wanita di hadapanku. Ini aneh. Bertemu dengan wanita cantik di tempat antah berantah, seharusnya membuatku meningkatkan kewaspadaan. Siapa tahu wanita itu merupakan jelmaan dari makhluk jadi-jadian. Ia sebenarnya memiliki wajah asli yang menyeramkan.

"Namaku Miriam. Dan aku bukan makhluk jadi-jadian. Aku akan mengatakan apa yang terjadi denganmu." Suaranya terdengar lembut. Aksennya tidak terlalu kaku. Setidaknya tidak terdengar datar seperti Annette. Seolah dia sudah terbiasa menggunakan bahasa itu dalam percakapan sehari-hari.

Tunggu, apa Miriam membaca pikiranku?

Wajah polos itu membuatnya tampak tak berdosa. Ia menunjuk ke balik bahu, dengan gerakan tangan itu terlihat canggung. "Aku akan menjawab apa pun pertanyaanmu. Rumahku ke arah sana." Usai dengan kalimat itu, ia menengadah, melihat ke atas langit.

Aku melakukan hal yang sama.

Tepat pada saat itu, aku melihat sesuatu terbang melintas di udara. Mulutku terbuka, begitu juga dengan kedua mataku yang terkejut melihat sosok yang berada di atas sana. Jarak kami cukup jauh, namun sudah cukup bagiku untuk melihat tubuh makhluk bersayap gelap itu.

Aku kembali menatap Miriam.

Apa ini jebakan? Wanita cantik seperti peri es mengajakku ke rumahnya. Apa yang dia inginkan dariku? Belum lagi... .

Aku menyadari satu hal, aku tidak lagi berada di Dominic. "Di mana ini?" tanyaku penasaran.

Miriam mengusap tengkuknya. "Ini semua akan terdengar aneh, Regen. Tapi aku akan membawa yang lainnya..."

Aku membulatkan mata, menatapnya dengan sorot tegang. Secepat ia mengucapkan kalimat, secepat itu pula aku melapisi pikiranku dengan perisai mental.

Wajah Miriam yang cantik membuatku lupa merasakan seberapa besar aliran dari energi kekuatannya! Dia bisa membaca pikiranku. Bahkan dia sudah mengetahui namaku. Bukan tidak mungkin Miriam sudah mengakses memori yang ada di pikiranku.

Ini menyebalkan!

Dari lima kekuatan psikis, yang paling aku hindari adalah Telepath. Bahkan seorang telepati yang terkuat dapat mencuri pikiran tanpa menimbulkan berkas. Jika saja energiku lebih kuat dari Miriam, aku pasti akan merasakan dorongan dari aliran energi sihirnya saat masuk ke dalam pikiranku. Kenyataan meruntuhkan kepercayaan diriku. Aku harus mengakui, wanita cantik di hadapanku ini memiliki energi yang kuat!

Aku mengingat hal terakhir yang Miriam ucapkan. "Yang lainnya? Siapa maksudmu?"

"Korban dari Of," jawabnya pelan.

Clandestine Regen PoV~editedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang