4| Hυƚαɳ Kabut

103 40 90
                                    

🍃

Hutan berubah hidup. Maksudku, pohon-pohon bergerak, membentangkan jalan baru untuk dilalui. Semakin aku melangkahkan kaki, semakin aku merasakan energi kuat yang terbentang di udara. Para makhluk pohon memberi jarak sekitar dua meter dari kami bertiga yang melangkah ringan, seperti tidak takut dengan ancaman di sekitar. 

Mereka semua jelas kaum Nimfa, lebih tepatnya mereka para driad yang hidup di hutan dan menjelma dalam batang pohon. Beberapa juga berubah menjadi wanita cantik, yang akan menjebak pria dungu yang tidak tahu apa-apa. Untuk apa pria dungu itu dijebak? Hm, aku pikir hanya untuk bersenang-senang.

"Kenapa dia mengikuti kita?" Denzel merendahkan suaranya.

Aku lebih tinggi dari Denzel. Jadi aku bisa melihat Autumn yang berhenti di jalanan bercabang, sekitar tiga meter di depan sana. "Dia hanya penasaran," jawabku.

Serigala besar itu berubah menjadi sosok gadis manis. Terlihat kilatan jingga di matanya, sebelum Autumn meringis pelan. "Banyak makhluk aneh di sini." Ia mengangkat tangan, mencabut duri yang tertancap di sana, lalu melemparkannya ke tanah dengan kesal. "Jika saja aku berdarah, aku bisa berpura-pura sedang berjalan di museum Makhluk Alam yang terletak di Rohal."

Museum yang Autumn maksud menampilkan makhluk-makhluk pindahan lintas dimensi. Ada sekitar seratus dua puluh dua makhluk yang diawetkan di sana. Kebanyakan dari mereka memiliki bentuk campuran, setengah manusia, setengah hewan atau tumbuhan.

Autumn melangkah ke arah Driad. "Apa mereka bisa berbicara?" tanyanya tanpa berpaling dari makhluk itu. "Hei!" Autumn sedikit berteriak, sambil melambaikan tangannya.

Aku melihat makhluk itu sembunyi di balik pohon oak besar, tubuh kayunya tidak tampak. Namun daun coklat kemerahan itu masih terlihat di balik celah dahan pohon hijau tempat ia bersembunyi. Aku melirik hutan di sekelilingku. Tidak ada pohon maple di sini.

Autumn menoleh, menatapku, lalu mengangkat bahunya. "Sepertinya yang satu itu tukang gosip!" komentar gadis serigala. "Di antara pohon hijau di sini, hanya dia satu-satunya yang berwarna coklat."

Denzel tertawa pelan. "Mungkin saja dia sedang pacaran. Lihat..." pemuda itu menunjuk pohon hijau tempat si coklat bersembunyi, "dia sepertinya melindungi si perempuan dari bentakan manusia serigala."

Autumn terkekeh pelan, "tapi sepertinya mereka bodoh! Mungkin mereka berpikir bisa membuat kita tersesat." Autumn melihat ke arah belakangku. Sudut bibirnya terangkat, seperti mengejek. "Jalan masuk hutan sudah hilang," ujarnya santai, seolah ia tahu hal ini bisa saja terjadi.

Aku jarang berinteraksi dengan manusia serigala. Sekarang aku tahu apa yang distereotipkan oleh orang-orang. Manusia serigala itu frontal.

Aku menoleh dari balik bahu. Rimbun semak belukar menghalangi jalan setapak yang beberapa menit lalu kami pijaki. Pohon-pohon besar dan tua tidak lagi berjejer lurus. Dahan pohon besar dan rimbun dedaunan lebar saling tumpang tindih satu sama lainnya.

Perlahan, kabut kembali mengudara. Bunyi dahan dan ranting saling bergesekan. Aku mengangkat tangan, merasakan aliran deras di sekelilingku bergerak cepat. Sihir alami. Aku mengalihkan pandangan, melihat Denzel menegakkan tubuhnya. Ia melangkah pelan ke arahku. Raut wajahnya terlihat bingung. "Aku merasakan aliran portal di udara."

"Ke mana tujuannya?" tanyaku. Denzel mengernyitkan kening, tampak berpikir.

Autumn menggeram rendah. "Kalian dengar itu?" 

Setelah ia mengucapkan pertanyaan itu, samar aku mendengar gumaman dari bahasa asing. Jika saja ada Medium di antara kami, mungkin dia bisa mengartikan bahasa samar itu.

Clandestine Regen PoV~editedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang