6| Portal Benda

65 27 75
                                    

🍃

Gelombang Volna perlahan mulai kehilangan kekuatannya. Aku bisa merasakan energi sihir dari peri berambut merah. Matanya kembali bersinar putih, mengingatkanku pada mata Clair yang juga berubah putih di saat mereka berada dalam mode vision. Aku menambah energi. Volna kembali melilit tubuh si peri dengan erat. Aku bisa merasakan, energinya perlahan kembali melemah.

Dengungan panjang di telingaku datang tiba-tiba. Lalu serangan migrain mendera. "Lepaskan dia, Regen!" perintah Miriam. Suara lembutnya terdengar jelas di dalam pikiranku. Apa dia sengaja mengirimkan pesan telepati? Untuk menunjukkan seberapa kuat sihir yang ia miliki!

"Kamu mungkin kuat, namun kita berada di wilayah Nimfa! Peri itu penjaga hutan. Jika kamu membunuhnya, mereka tak akan terima begitu saja. Dan ya, mungkin kamu bisa mencoba menghancurkan sebagian besar dari bangsa driad. Saat kamu kehabisan energi, peri lainnya yang telah mereka hubungi akan datang ke sini. Dia lebih kuat dari Tauriel!"

Ah, jadi nama peri berambut merah itu Tauriel. "Aku tidak membunuhnya. Aku hanya membela diri, karena tadi dia yang menyerang duluan!"

"Dilihat dari posisi Tauriel sekarang, sepertinya dia sedang sekarat!"

Aku masih bisa merasakan energi Tauriel. Dia memang tampak lemah. Namun aliran Volna yang aku keluarkan tidak memiliki unsur indigo gelap di sana, karena serangan itu hanya untuk melumpuhkan pergerakan, bukan untuk merusak sistem sarafnya.

Sakit kepalaku perlahan memudar. Efek dari perisai mental yang Miriam rusak sepenuhnya sudah hilang. Aku kembali membentuk perisai mental yang baru. Sekarang aku tahu, perisai mentalku tidak bisa menghalau Miriam untuk masuk ke dalam kepalaku. Itu artinya, dia wanita yang berbahaya.

Mungkin sihirku yang masih lemah dibandingkan dengan energi Miriam. Namun satu hal yang pasti, orang yang mengirim Miriam masuk ke Sweven, jelas dia lebih berbahaya lagi. Atau dugaanku benar, jika Miriam bukan korban di sini. Miriam bagian dari tim yang mengeksekusi eksperimen Of di Sweven!

Aku menarik energi Volna. Tauriel masih berdiri, namun tungkai kakinya tak bisa menahan bobot tubuhnya. Porphan, si driad malang yang aku hancurkan sebagian lengannya, merentangkan lengan yang masih utuh. Sayap gelap Tauriel terangkat, saat lengan Porphan memanjang, menahan tubuh si peri.

Aku menoleh, menatap Denzel yang berdiri kaku di samping Autumn. "Ayo kita pergi dari sini!"

Denzel tercengang. Netra biru itu menatap dunia di sekelilingnya. Dari driad dan Tauriel yang berpose romantis, lalu Miriam yang tampak menahan geram. Dan Joel yang berdiri dengan ekspresi tak acuh di samping gadis telepath.

"Aku tidak suka dengan kekacauan ini!" ujar Miriam dengan nada dingin.

"Dengan siapa kamu berbicara?" ujarku menyamai kedinginan nada suaranya. Aku tidak menoleh ke arah Miriam. Seolah aku kesal melihat wajah itu. Perlahan, emosi yang coba aku tahan, meluap memenuhi relung dada. Aku menutup mata, meredamkan aliran panas yang kembali menginvasi kepala. Jika sedikit saja, aku menunjukkan identitas, bisa saja Miriam akan lebih memanfaatkan tubuhku di Dominic.

Mungkin, aku hanya menduga jika Miriam memainkan peran antagonis. Namun saat ini, aku sedang pesimis. Aku tidak memiliki orang lain untuk disalahkan atas situasi yang seketika membuat hidupku ironis. Bagaimana bisa makhluk sihir hitam itu bisa masuk ke tubuhku, jika bukan adanya konspirasi dari orang-orang mencurigakan seperti Miriam. Apa ada semacam kualifikasi, di mana mereka memilihku?

"Jangan mengacaukan kehidupan orang lain! Apa arogansi membuatmu ingin menghancurkan hutan ini?" Bentakan dalam nada bicaranya terdengar kesal. "Apa pernah...."

Clandestine Regen PoV~editedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang