12. Jawaban

11 12 8
                                    

Tak terasa sudah seminggu sejak kejadian Azka bersama Shalia saat di lapangan yang membuat seisi sekolah heboh. Sudah seminggu pula, Shalia mulai menjaga jarak dengan Azka walau hatinya meronta saat ia melakukannya. Azka yang melihat perilaku Shalia berubah, merasa bingung dan khawatir. Ia takut penyebab berubahnya sikap Shalia adalah karena Azka yang terlalu cepat untuk mengungkapkan isi hatinya.

"Sialan! Harusnya gue harus nahan dulu. Arghhh!!" gerutu Azka setelah melihat Shalia menghindari kontak mata dengannya saat berpapasan di kantin tadi.

Dibelakang Azka berada, terdapat seseorang dengan senyum yang lebar saat melihat kejadian tersebut.

"Az, makan bakso bareng yuk." ajak seorang gadis dengan senyumnya yang sangat manis.

"Hm." Azka pun berjalan menuju meja kantin tanpa mempedulikan gadis yang tengah mengikuti langkahnya sekarang.

Azka sengaja memilih meja yang berada tepat di samping meja Shalia dan teman-temannya. Ia duduk dengan suasana hati yang kacau bahkan Adit yang baru saja datang dengan dua mangkok bakso, Azka tidak menyadari kehadirannya.

"Kalau ada masalah tuh, harus diselesaikan jangan malah diem kek patung." ucap Adit santai seraya memakan baksonya tanpa peduli raut wajah Azka yang telah berubah.

Disisi lain...

"Hahaha... lo lucu banget sih, Sha." ucap Andrian dengan tawa yang menggelar.

"Iya dong, gue mah imut nan lucu sejak dini." balas Shalia dengan angkuh.

Amel dan Julio hanya bisa menonton adegan di depan dengan wajah sinis. Bagaimana tidak kesal? Mereka seperti menjadi nyamuk disini, dan mereka tidak boleh pergi kemana-mana karena larangan Shalia entah kenapa.

Julio yang mulai bosan pun memandangi seluruh isi kantin berharap bertemu dengan sang pujaan hati. "Sayang! Sini deh." teriak Julio nyaring kepada salah satu siswi yang tampak kebingungan.

"Sini, duduk di samping aku." kata Julio dengan manis dan memberikan tempat duduk bagi siswi itu.

"Makasih, Lio." balas Adel dengan senyum yang amat manis menurut Julio.

"Huekkkk... kenapa cuman gue yang jomblo disini?"

"Heh, Adel! Coba buka mata lo itu, kenapa lo bisa suka sih sama makhluk kek gini? Herman gue." cerocos Amel kesal seraya memakan kerupuk seblak miliknya.

Dengan mantap dan percaya diri, Adel berkata, "Itu karena gue tulus mencintai Lio dan ga ada alasan khusus lainnya, cukup itu aja." Jawaban Adel sukses membuat Julio terharu dan membuat Amel semakin kesal.

Ia marah entah kenapa. Hatinya merasa tak senang saat Adel menyebutkan nama Julio dengan panggilan lain. Ia dengan segera berlari menuju taman dengan air mata yang entah kenapa jatuh begitu saja. Untung saja di lorong sekolah lumayan sepi jadi tidak ada yang melihatnya menangis.

Shalia, Azka, Julio, dan Adel yang melihat Amel pergi secara tiba-tiba diliputi dengan rasa bingung. Mereka terdiam satu sama lain, bingung untuk melakukan sesuatu.

Setelah setibanya di taman, Amel langsung berlari menghampiri sesuatu di taman tersebut.

"Hiks. Lo jahat tau ga?! Hati gue sakit, shit!" Amel memukul pohon besar di taman dengan amarah yang meluap.

Amel memukul pohon itu berulang kali sampai tangannya berdarah. Ia merasa bodoh karena terlalu berharap pada sahabatnya itu. Sudah lama ia memendam Perasaan ini sendirian, dan sekarang ia tidak kuat lagi untuk menahannya.

"Lio. Itu nama panggilan lo dari gue, kenapa cewek sialan itu dengan beraninya nyebut lo dengan nama itu."ucap Amel tak suka dengan tangan yang telah terkepal kuat dengan pandangan lurus kedepan.

SHALIA MAEZZURA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang