1.2 Efek Samping Eksperimen

1.1K 106 10
                                    

*Kaveh's POV

Tanpa kusadari tubuhku terjatuh dengan sendirinya. Jika kurasa lagi memang mulai dari kaki baru terasa semua kekuatanku hilang dengan cepat. Tanganku masih menyangga badanku yang terdududuk di lantai.

Haitam menghampiriku setelah dia mengunci pintu kamar,

"Kau kenapa??" Tanyanya yang langsung menarik bahuku dan membantuku berjalan ke arah kasur.

Aku menggelengkan kepala,

"Mungkin ini hasil dari eksperimen si tighnari sih," balasku yang masih tertatih-tatih ke arah kasur.

Aku duduk di pinggir kasur dan rasanya kepalaku sedikit pusing nyaris membuatku muntah.

"Nih,minumlah," ucapnya yang entah datang darimana dan kapan sudah membawa segelas air kepadaku.

Tanganku cukup lemas dan tak berdaya mengangkat gelas itu seolah aku lagi mengangkat kamus tebal bahasa dengan 1 jari.

"Makasih sih... Kalo gak ada kamu mungkin aku sudah tewas setelah masuk kamar sih ahaha," balasnya sambil tertawa memaksa.

Wajah datarnya itu masih tak berubah. Dia tanpa berbicara lagi langsung beranjak ke pantry dan balik ke kasurnya. Dia duduk di ujung dan berhadapan denganku ini. Rambutnya menyibak rambut abu-abunya,

"Cepatlah istirahat," ucapnya yang langsung naik ke kasur dan menarik selimut tanpa memperdulikan aku lagi.

Memang rasanya tidak karuan kalo dipikir-pikir. Aku terlalu lelah bahkan untuk berganti pakaian juga malam ini. Aku segera menaiki kasur dan tidur, berharap esok hari sudah lebih baik. Baju seragam ini sangat tidak nyaman untukku tidur tapi mau gimana lagi.

.

Suara gemeletuk dari kisi-kisi kayu jendela itu mulai memecah mimpiku yang hanya hitam saja malam ini. Kesadaran mulai kuraih dan dengan rasa kantuk aku membuka mata berlahan. Rasanya sih entah kenapa cahaya matahari terlalu silau untuk pagi ini. Cahayanya yang masuk melalui sela kisi-kisi jendela itu benar-benar membuatku penasaran dan melihat jam tangan,

"Jam... Jam... Jam 10.19 pagi,"

Sudah jam segini? Aku sontak mengubah ke posisi duduk dan menoleh ke ranjang sebelah yang ternyata kosong. Haitam sudah pergi sekolah tanpa membangunkan ku.

"Aduduh-" aku merintih Karna gerakan berusan membuat pandanganku berkunang-kunang.

Rasanya aku kena darah rendah tapi gak terlalu parah sih. Cuma lemes aja, mungkin aja efek semalem itu deh. Bener-bener parah sih. Untung ada dia yang bukain pintu kalo gak mungkin aku udah tepar di depan pintu tanpa dibukain sih.

Kakiku kugeser ke bagian pinggir kasur dan tangan ini menopang untuk berdiri. Sambil garuk-garuk kepala aku melihat ke sekeliling kamar yang selalu rapi dan bersih. Kasur Haitam juga selalu rapi sebelum dia meninggalkan kasur.

"Aduduh. Laper dah, makan apa ya??"

Langkahku mengantarkan ke pantry dan aku melihat sepiring roti bakar dengan selai sudah tersedia diatas counter.

"Hm? Haitam lupa bawa sarapannya ke sekolah gitu?" Kataku sambil mendekatinya lebih lagi.

Ada sepucuk surat disebelah piring. Kuambil dan kubaca.

-makan dan minumlah obat,
Haitam-

Kaget bercampur emosi melihat betapa menyebalkan dia kalo nulis surat. Kasih basa basi dikit kek kalo gituan.

"Hap! Nyam nyam nyam.. hmm? Selai stroberi? "

Mulutku sibuk menguyah sambil aku melihat sebuah pil obat disebelah piring itu. Obat Paracetamol. Sebuah obat untuk menurunkan demam dan rasa sakit biasa. Benar-benar kadang cara dia kasih perhatian cukup aneh. Aku udah cukup berteman lama tapi kadang-kadang dia gini amat sih.

Di Bawah Atap yang Sama (Al-Haitam x Kaveh) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang