Pagi menjelang dan memang bukanlah mitos jika daerah gurun akan sangat dingin bahkan ketika masih fajar sekalipun. Semua tim ekspedisi sudah bersiap-siap di rumah kepala desa yang sebenernya seperti balai desa itu.
Profesor Faruzan membungkukkan badan tanda terima kasih kepada Candace dan Faatin yang sudah merawat dan menyambut mereka disini,
"Baiklah kalau begitu, kami berangkat dulu ke Khaj Nissut. Sampai ketemu lain waktu semuanya!" Ucapnya sambil melambaikan tangan dan pergi menyebrangi jembatan kayu desa.
Alhaitam dan rekannya juga langsung ikut dibelakang sang profesor itu seiring mereka menganggukkan kepala sebagai salam perpisahan.
"Hati-hati di jalan ya semuanya!!" Ucap Candace melambaikan tangan.
Para rombongan mulai melewati jalur gurun yang benar-benar mulai terasa hangat seiring matahari pagi mulai nampak di ujung timur. Terasa lelah dan terkadang mereka beristirahat sebentar dibalik bayang-bayang cerukan gunung yang sudah terkikis oleh terpaan angin.
Profesor Faruzan berdiri sejenak setelah duduk sebentar sambil menepuk-nepuk rok putih yang sedikit ternoda,
"Anak-anak.. ini nanti kalau bisa kita sudah sampai di khaj nissut sebelum sore ya dan kita akan dirikan tenda Disana," ucapnya dan tentu diikuti anggukan setuju dari semua timnya.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan langkah demi langkah ditengah panas siang matahari. Keringat mulai terasa membasahi tubuh hingga akhirnya salah seorang tim Disana bertanya,
"Alhaitam.. kau nampak lebih berkeringat deh, mau minum?" Tawarnya sambil memberikan sebotol air
Alhaitam segera menyeka keringat yang terus menetes dari dagunya seiring dia mengambil botol air itu. Meneguknya beberapa kali hingga setidaknya dia merasakan tubuhnya lebih dingin dari panasnya gurun.
"Makasih," ucapnya memberikan kembali botol minum pada temannya.
Salah satu temannya haitam, Adam, segera menepuk pundak haitam sambil tersenyum. Lelaki berambut abu-abu merasa kebingungan melihat tingkah temannya,
"Ada apa? Ada sesuatu yang lucu, Adam?" Tanyanya penasaran
Lelaki berambut hitam itu makin memanjangkan senyumnya melihat reaksi polos Alhaitam,
"Ehehe.. kau sadarkan kalo gadis Desa Aaru itu menyukaimu?" Tanyanya tanpa basa-basi.
Haitam melirik sejenak dan kembali melihat ke arah jalan yang harus mereka tempuh.
"Benarkah? Aku rasa dia hanya bersikap ramah kepada kita mengingat dia sebagai tuan rumah kemaren," balasnya tanpa pikir panjang lagi.
Adam yang mendengar pernyataan itu langsung tertawa terbahak-bahak sambil menampar pundak temannya,
"Ahahha.. bisa-bisanya kau berpikir seperti itu, Alhaitam!! Dia jelas-jelas keliatan banget suka Ama dirimu!!" Ucapnya masih diselingi tawa yang tak henti-hentinya terdengar.
Alhaitam hanya memutar bola matanya tanpa menghiraukan lagi apa yang temannya bahas. Mata hijaunya terus memandang ke arah bayang-bayang reruntuhan kuno yang sudah mulai nampak seiring mereka terus berjalan.
Gapura yang nampak masih berdiri kokoh langsung menyambut para tim ekspedisi akademiya yang sudah kelelahan. Merasa hari masih terlalu terik , mereka segera menaruh segala beban dipundak dan beristirahat Disana. Gerah dan keringat terasa membuat badan mereka tak nyaman namun namanya juga ekspedisi juga mau gimana lagi.
Sang profesor juga menarik-narik kerah bajunya yang membuat badannya sedikit sejuk karena itu. Mata toskanya melihat keadaan timnya yang sudah kelelahan saat itu. Dia segera berdiri dan mendekati anak buahnya yang masih duduk istirahat,
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bawah Atap yang Sama (Al-Haitam x Kaveh)
Fanfiction"aku pikir.. rasanya semalam aku memimpikanmu deh, Haitam," ucap lelaki pirang itu sambil tertawa geli membahas betapa konyolnya apa yang sedang ia ucapkan. entah perasaan seperti apa yang akan mereka jalani setelah cukup lama menjadi teman belajar...