1.5 Kau yang gila atau aku yang jadi gila?

1K 81 28
                                    

Kaveh langsung berdiri tepat di ambang pintu dengan menyilangkan tangan di kedua dadanya,

"Aku gak bisa pacaran denganmu, Alhaitam," ucapnya tegas ketika matanya menatap lurus kearah teman sekamarnya.

Alhaitam yang baru saja mencuci mukanya langsung menoleh setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya nyaris sudah gak bisa lagi disembunyikan dari kaget yang membuatnya termenung. Namun tak lama dia langsung menarik kembali ke ekspresi seperti biasanya.

"Kau yakin?" Balasnya sambil melangkah keluar kamar mandi.

Kaveh mengangguk dan membalikkan badan hendak kembali ke kasur dimana dia berada sebelumnya. Kakinya mulai melangkah dan tanpa diduga langsung terhenti saat itu juga. Lengan kirinya terasa digenggam dan langsung ditarik paksa hingga membuatnya tertarik dan membalikkan badan kembali. Badannya tepat menghadap ke tubuh Alhaitam seiring dia merasakan pinggangnya didekap oleh tangan lain. Tangan kiri haitam semakin menarik pinggang kaveh membuat mereka sudah tak berjarak lagi. Kaveh merasa panik ketika wajah kesal Alhaitam semakin mendekat kearahnya bahkan dia sampai bisa mendengar suara nafas teman sekamarnya itu dijarak yang sangat dekat,

Alhaitam bertanya sekali lagi,

"Kau yakin?" Dan kaveh spontan mangangguk bukti penolakan untuk dirinya menjadi pacar alhaitam.

Kedua tangan kaveh spontan mendorong bahu haitam tapi usaha itu sia-sia ketika tangan Alhaitam sudah memegang erat kedua tangan mungilnya. Haitam langsung menarik keatas kedua tangan yang sudah menolaknya dan semakin menarik tubuh kaveh hingga tubuh mereka sudah menempel satu sama lain.

Wajah si lelaki blonde itu sudah memerah padam. Perasaannya sudah kacau bahkan dia mulai berhalusinasi mendengar suara detak jantung entah itu di dirinya atau punya orang yang mendekapnya. Tak hanya disitu, disaat kaveh masih sibuk melarikan diri yang tau itu gak berguna, Alhaitam memposisikan wajahnya di bahu kaveh. Dagunya dia sandarkan di bahu yang dari tadi sudah ingin melepaskan tangannya dari genggaman haitam. Suara nafas berat haitam terasa begitu tepat di telinga sampai akhirnya dia berbisik,

"Kutanya sekali lagi, kaveh. Kau benar-benar tidak menginginkanku?" Tanyanya perlahan dari kata demi kata dan diakhirnya mengigit ujung kuping si blonde.

"Aahn-!"

Kaveh tanpa sengaja spontan mendesah setelah menerima serangan demi serangan. Haitam langsung melirik dan tak segan langsung melanjutkan aksinya. Setelah menggigit, sekarang haitam mencium kuping sekaligus menjilat dan juga melumat hingga makin kemerahan.

"H-haitam... Ahn-! H-hentikan!!!" Rintihnya sambil mendorong mundur teman sekamarnya.

Dia akhirnya terbebas dari dekapan yang sangat berbahaya bagi kesehatan mentalnya. Tangannya langsung menutup telinga yang sudah menjadi korban dari nafsu haitam. Wajahnya sudah sampai di puncak merah ranum dan dari mulutnya sudah tak bisa berkata-kata lagi. Dirinya sudah mati kutu ketika matanya menatap tajam lelaki bersurai abu-abu yang lagi mengelap ujung bibirnya dengan ibu jari.

Alhaitam memejamkan matanya sejenak ketika akhirnya kembali dia buka hanya untuk mengalihkan pandangan ke arah lain. Alisnya mengkerut tanda ada perasaan yang tak tersampaikan saat itu,

"Lupakan yang sudah kulakukan," ucapnya sambil berjalan ke arah ruang ganti bajunya.

Kata-kata sederhana itu langsung membawa amarah kesumat yang sangat membuatnya ingin meledak.

"A-APA-APAAN ITU HAH?! KAU UDAH GILA APA HAH, HAITAM?! " jeritnya sambil lari ke kasur dan melemparkan bantal ke arah haitam.

Tanpa melihat, lelaki yang sudah berdiri tepat di depan lemarinya itu menangkap bantal putih yang melayang tepat kearahnya.

Di Bawah Atap yang Sama (Al-Haitam x Kaveh) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang