ENAM - Sang pendongeng

34 0 0
                                    

Sabtu 21 April - Aula teater

Berbagai riuh suara terdengar ramai di seluruh ruangan, aula teater yang dipadati orang-orang. Beberapa dari mereka terlihat gugup, sebagian yang lain masih sibuk beraktivitas menyiapkan pentas. Semua alat yang dibutuhkan sudah siap dan berada di tempatnya masing-masing, terlihat meriah dengan berbagai jenis lampu menyorot ke arah panggung.

Berbagai macam karakter dan cerita dongeng akan di pertunjukan hari ini, semua orang antusias sekali menyiapkan kesuksesan dongeng yang akan ditampilkan.

"Aku takut Hansel, apa yang akan kita lakukan?"

"Selamat datang anak-anak. Makanlah sebanyak yang kalian inginkan"

Seseorang dengan penampilan bak penyihir jahat berdiri di depan cermin sambil sesekali menghafal dialog.

"Aku akan memasukkan mu ke dalam oven dan memakannya!"

Disusul seseorang dari arah barat membawa satu kantong berwarna putih penuh dengan camilan dari berbagai rasa.

"Wih, konsumsi udah dateng nih"

Bu Asil tersenyum tipis saat banyak dari mereka menyambutnya dengan riang.

"Cemilan dulu nak, walaupun gak banyak" ujarnya menawarkan apa yang dia bawa.

"Baiknya bu guru kita ini" sambut Hellen— pemeran penyihir di dongeng Hansel dan Gretel, ikut duduk di antara yang lain.

Mereka duduk melingkar, menikmati waktu senjang sebelum benar-benar tampil. Disertai tawa-gembira, seolah beban mereka sirna seketika.

"Kuncir kuda Gretel kayanya gak cocok di aku deh, gimana menurut ibu?" Vanya, sebagai Gretel—adik Hansel, bersuara meminta pendapat.

"Bagus kok itu" jawab bu Asil sambil membuka semua bungkus snack agar mudah untuk mereka makan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Fairy TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang