O3.

3.1K 367 4
                                    

Dingin

Jordan terbangun ketika merasakan dingin di seluruh tubuhnya. Netra gelapnya menatap ke sisi disebelahnya yang kosong.

Kemana? Kemana Harvian pergi?

Jordan sempat terdiam, kemudian melihat pintu balkon yang terbuka.
Penasaran, Jordan membawa tubuhnya berjalan kearah balkon.

Setelah beberapa langkah, Jordan melihat Harvian yang duduk tenang di kursi yang ada. Jordan bisa melihat mata Harvian menatap kearah langit malam yang cerah.

Hujan berhenti pukul sepuluh malam tadi. Sementara sekarang sudah pukul dua dini hari.

"Ngapain, Vi?" Jordan mengambil tempat di kursi sebelah Harvian.

"Mm? Kenapa bangun?" Bukannya menjawab, Harvian justru kembali bertanya kepada Jordan.

"Dingin, Vi. Lo ngapain disini?"

Hening sesaat setelah Jordan kembali bertanya. Harvian nampaknya lebih menikmati dinginnya suhu udara dibanding menjawab pertanyaan Jordan.

"Bulannya... cantik ya?" Harvian angkat suara, matanya tak henti menatap bulan purnama yang terlihat di depannya.

Jordan melilih diam, tak tau apa maksud Harvian bertanya seperti itu. Takut jika ia salah menangkap pertanyaan Harvian.

"Bintangnya juga cantik.." lanjut Harvian bahkan tanpa menoleh kearah Jordan.

Lagi lagi hening kembali menyapa, kedua anak adam itu sama sama memilih untuk diam dan menatap langit dari pada menatap wajah satu sama lain.

"Iya, tapi ada yang lebih cantik dari pada bulan sama bintang." Jordan akhirnya angkat suara, membuat Harvian menoleh kearah Jordan.

Netra mereka bertubrukan, Jordan menatap wajah Harvian dengan penuh puja sementara Harvian menatap Jordan meminta penjelasan.

"Apa? Apa yang lebih cantik dari bulan dan bintang?"

"Harvian Wicaksana, lebih cantik dari bulan dan seluruh bintang." Setelah menjawab, Jordan menunjukkan senyum tulusnya, matanya masih menatap Harvian penuh puja.

"Lo sadar gak? Mata lo itu selalu penuh dengan binar, cantik. Gue suka liatnya." Lanjut Jordan

Harvian hanya diam, pipinya bersemu merah, bibirnya berkedut menahan senyuman dan perutnya geli, seakan banyak kupu kupu beterbangan di dalamnya. Dan setelah bebetapa detik, tubuhnya gerah bahkan disaat angin bertiup bagaikan alunan musik.

Dengan segera Harvian memutuskan kontak mata antara ia dan Jordan. Memilih kembali melihat langit walaupun pikiran dan hatinya acak acakan.

Jordan hanya tersenyum kecil melihatnya, ah.. Harvian ternyata tidak berubah ya?

EX - JeongHaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang