09

2.3K 252 14
                                    

"Huuuh."

Tarikan napas panjang yang keluar dari bibir Harvian terdengar entah yang keberapa kalinya sore ini.

"Kenapa sih lo gak bilang kalau kita bakalan piknik?" Harvian bertanya dengan raut kesalnya. Hei bagaimana tak kesal? Ia sudah berdandan selama kurang lebih dua jam untuk memilih baju terbaiknya dan bahkan dengan rela hati ia menjadi badut percobaan Angkasa.

"Surprise?" Pemuda dengan mata bak serigala itu menjawab ragu sembari memamerkan deretan giginya.

"Terserah." Walaupun Harvian menunjukkan kekesalannya, ia tetap berjalan membantu Jordan membawa tikar kecil yang akan menjadi alasnya duduk.

"Lo ambil keranjang makanannya aja, Vi." Jordan menahan tangan Harvian yang hendak membantu dirinya menggelar tikar kecil tersebut.

Tanpa mengucapkan sepatah kata, Harvian mengangguk singkat kemudian berlari kecil menuju mobil Jordan.

10 menit kemudian, Harvian kembali menghadap Jordan dengan kedua tangannya yang mengangkat keranjang berisi makanan. Sebenarnya, hanya tangan kiri Harvian saja yang mengangkat keranjang makanan, sementara tangan kanannya memegang setangkai permen kapas.

"Tadi aku liat ada yang jual permen kapas, jadinya aku beli dulu. Hehehe." Harvian menyodorkan keranjang makanannya kepada Jordan. Senyum kekanakan juga terlukis indah diwajahnya. Dan tanpa sadar Harvian menggunakan 'aku-kamu' bukan 'lo-gue' seperti biasanya.

Sembari menerima keranjang makanan yang diberikan Harvian, Jordan menepuk pelan tempat kosong di depannya. Memberi tanda kepada Harvian agar duduk.

"Oh ya? Liat dimana, sayang?" Jordan pun nampak meladeni cerita Harvian. Namun tak lama setelah itu matanya melotot kaget, agaknya Jordan pun tak mengira kata 'sayang' akan keluar dari mulutnya.

"Aku liatnya di dekat mobil kamu. Ada banyaaakk banget orang jualan, sayangnya aku harus bawa keranjang itu jadinya cuma beli ini." Tak mengindahkan kata terakhir yang dikeluarkan Jordan, Harvian membalasnya dengan senyum 1000 watt, tak lupa ia juga mendudukan dirinya di tempat yang Jordan tepuk.

"Tadi juga aku liat banyak anak anak yang lagi main, huhuuu mereka semua lucu lucu. Badannya kecil, cuma segini." Harvian masih dengan dunianya, bahkan ia mengangkat tangannya, mengepalkan seluruh jarinya kecuali jari jempol dan telunjuk kemudian membentuk 🤏🏻.

Jordan ikut tersenyum melihat Harvian yang masih sibuk dengan dunianya. Ia sesekali mengeluarkan kalimat seru seperi 'wah, iya kah?, keren' saat mendengar celotehan yang keluar dari mulut Harvian.

"Udah ah, aku capek ngomong terus. Mau minum."
Setelah sekitar 20 menit, Harvian berhenti berceloteh dan mulai membuka sebotol minuman berisi jus jeruk.

"Eh, ini bekalnya kamu yang buat?" Tanya Harvian setelah meminum jus jeruk miliknya, tangannya ia gunakan untuk menunjuk kearah keranjang makanan berisi beberapa potong sandwich buah buahan, salad sayur dan jus yang ada diantara ia dan Jordan.

"Iya, aku lagi bosan tadi jadinya nyoba buat ini semua" tutur Jordan kemudian memasukan potongan besar sandwich ke dalam mulutnya. Agaknya Jordan juga tak sadar jika ia menggunakan 'aku-kamu' persis seperti Harvian.

"Keren!" Puji Harvian sembari mengangkat jempol tangannya.

Hening sesaat, tampaknya Harvian dan Jordan sibuk menikmati semilir angin yang menerpa wajah masing masing.

"Aku baru sadar kalau pemandangan pinggir danau begini bagus juga." Tutur Harvian sesaat setelah menghabiskan sebotol jus jeruk ditangannya.

"Iya, apalagi kalau liatnya sama kamu." Jordan membalas ucapan sang pujaan hati dengan sedikit gombalan.

"Huekk." Harvian langsung memperagakan gerakan orang yang sedang muntah sepersekian detik setelah mendengar ucapan Jordan.

"Idih sok sokan muntah padahal pipinya merah." Jordan tertawa mengejek sembari menunjuk pipi pemuda yang ada dihadapannya.

"Diem ah!" Harvian berseru galak. Matanya ia buat melotot dan alisnya ia tekuk. Sayangnya, bukannya terlihat seram, Harvian malah terlihat sangat menggemaskan.

"Duh lucu banget sih." Ungkap Jordan, tangannya terangkat untuk mencubit gemas pipi kekasih hatinya.

"Sakiit." Harvian merengek sepersekian detik setelah tangan Jordan mendarat di pipinya.

"Ya habisnya gemes banget."

Setelah percakapan itu, keduanya kembali menatap langit. Tak terasa sudah satu jam kira kira mereka tiba di taman ini. Saat ini, warna jingga bertemu merah muda nampak sangat indah terhampar diatas mereka.

Senja.

Salah satu waktu yang memiliki banyak cerita di kisah mereka yang sebelumnya.

Mereka jatuh cinta untuk yang pertama kalinya saat senja dan berpisah dikala senja. Maka saat ini, mungkinkah mereka kembali bersama di waktu senja?

"Aku gak pernah selingkuh, sama sekali gak pernah." Jordan membuka suara, membuat Harvian menoleh kearah Jordan.

"Terus?"

Tarikan napas panjang dari Jordan terdengar agak keras. Harvian pun kembali meluruskan pandangannya menuju langit yang semakin di dominasi warna merah muda.

"Aku ingat banget, hari pertama aku sekolah di Surabaya berjalan dengan sangat sangat baik. Banyak orang yang pengen temenan sama aku, cewek cowok pokoknya banyak lah. Aku sering diajak main bareng, belajar bareng pokoknya apa apa bareng"

"Sampai hari itu, ketika mereka tau kalau aku punya pacar cowok. Aku ingat gimana mereka natap aku aneh, aku ingat gimana mereka mulai ngejauhin aku"

"Waktu itu aku bingung banget. Aku tau beberapa dari mereka juga penyuka sesama. Tapi kenapa cuma aku yang mereka jauhi? Kenapa cuma aku yang dianggap aneh?"

"Ditambah lagi, dari hari ke hari komunikasi kita berdua juga mulai renggang. Aku gak tau waktu itu entah kamu yang makin cuek apa aku yang berlebihan"

"Sampai akhirnya temenku beneran tinggal Hanin aja, dia dengarin semua keluh kesah aku dengan senang hati, dia menghibur aku waktu aku lagi sedih banget. Tapi jujur, aku sama sekali gak pernah suka sama dia. Waktu itu justru aku merasa punya teman yang bener bener tulus dan apa adanya.

"Waktu itu aku ingat gimana bedanya respon kamu dan Hanin ketika aku cerita. Aku mulai ngerasa gak dianggap sama kamu, setiap kita telfonan kamu pasti milih buat ceritain betapa hebatnya kak Jehian atau capeknya kamu dihari itu. Pelan pelan aku mulai ngerasa capek.."

"Sore itu, waktu kamu tiba tiba muncul di hadapanku. Aku emang lagi berdua sama Hanin, tapi aku gak lagi ngedate sama dia. Aku gak tau kamu dapat info dari mana sampai akhirnya kamu bisa nuduh aku selingkuh."

"Aku juga salah banget karena cuma diam ketika kamu ngelontarin pertanyaan pertanyaan yang mempertanyakan hubungan kita. Aku salah karena gak nyoba buat jelaskan semuanya ke kamu. Saat itu bahkan aku juga ikut bingung dengan hubungan kita"

"Kamu yang keliatan gak peduli tiba tiba ada di depan aku sambil nangis dan nuduh yang enggak enggak. Baik aku atau Hanin, kamu maki maki. Sampai akhirnya kata putus keluar dari bibir kamu."

Jordan diam sejenak, menghirup napas panjang. Kemudian menolehkan kepalanya, melihat wajah Harvian yang entah dari kapan sudah dihiasi air mata.

"Dua tahun, dua tahun aku gak ketemu sama kamu. Dua tahun aku gak kontakan sama kamu, dua tahun kita gak saling tukar cerita. Tapi kamu masih jadi bagian penting di hidupku."

"Ditambah dengan fakta bahwa kita putus karena kesalahpahaman ngebuat aku makin susah ngelupain kamu dan akhirnya milih buat gak ngelupain kamu."

"Semesta benar-benar baik sekali sama aku. Ketika pindah lagi ke sini, aku dipertemukan kembali sama kamu. Dari hari pertama aku disini, aku makin yakin kalau hatiku masih punya kamu kayak dulu, tanpa berubah sedikitpun."
 
Semilir angin yang menerpa Jordan dan Harvian tak membuat mereka merasa dingin, justru sebaliknya masing masing dari mereka merasakan kehangatan.

Kedua netra itu bertabrakan, entah dari kapan. Keduanya memandang satu sama lain dengan penuh puja, tak mengindahkan langit yang semakin lama semakin menggelap.

"Apa kamu mau ngasi kesempatan kedua buat aku, Arvi?"

EX - JeongHaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang