10

3.2K 238 20
                                    

"Udah malam, pulang yuk."

Adalah kalimat pertama yang diucapkan Harvian setelah 15 menit ia terdiam mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Jordan.

Sang pemilik mata bak serigala dihadapan Harvian hanya menghela napas. Mencoba untuk tersenyum adalah hal yang pertama Jordan lakukan setelah itu.

"Yuk."

Keduanya lekas membereskan sisa sisa makanan yang tak sempat dimakan, juga dengan cepat menggulung tikar kecil yang menjadi alas duduk mereka.

Hari semakin gelap, yang tadinya di langit masih berwarna merah muda kini hanya tersisa warna biru tua. Pinggiran danau ini juga terlihat semakin sepi.

Jordan berjalan lebih dahulu menuju mobilnya sembari membawa tikar kecil yang sudah digulung di tangan kiri dan keranjang makanan di tangan kanan.

Bahu Jordan terlihat agak turun dari belakang sini, ia juga melangkah dengan langkah kaki yang gontai. Harvian dapat melihatnya dari belakang, namun Harvian memilih diam, tak menanyakan apapun terhadap sang pemilik bahu.

Setelah memasuki mobil milik Jordan, hanya lantunan musik yang menemani mereka. Tak ada sepatah kata yang keluar dari masing masing insan. 10 menit perjalanan terasa hampa. Entah apakah Harvian masih meragu ataukah Jordan sudah terlanjur kecewa.

"Arvi, mau singgah makan dulu gak?"

Hingga akhirnya, si pemuda berkulit tan itu mengeluarkan suaranya. Ia bertanya kepada pemuda disampingnya.

"Boleh?"

Kepala Harvian yang tadinya menunduk kini terangkat, ia sebenarnya agak kaget ketika Jordan membuka suara, namun tak bisa dipungkiri ia juga merasa sedikit senang.

"Iya, boleh. Mau makan apa?"

Jordan bertanya sembari menoleh kearah pemuda manis di sebelahnya, tak lupa dengan tatapan hangat yang juga ia tujukan kepada Harvian. Membuat pemuda yang ditanyai malah bingung setengah mampus. Memangnya siapa yang kuat di tatap sedemikian rupa oleh Jordan?

"Hei jangan melamun, kamu mau makan apa, Arvi?" Jordan terkekeh kecil melihat Harvian yang sepertinya baru sadar dari lamunannya.

Wajah si manis terlihat dihiasi rona merah muda di pipi dan kedua telinganya. Sebegitu malu kah ia?

"Eh? Maaf." Cicit Harvian.

Jordan hanya tersenyum kemudian menggeleng maklum.

"Aku kepengen bakso deh, Jo." Harvian kembali berbicara, kali ini matanya nampak berbinar melihat kedai bakso pinggir jalan yang jaraknya tak jauh dari mobil Jordan saat ini.

"Oke, siap." Si pemilik mata bak serigala itu mengangguk singkat kemudian menghentikan kendaraan miliknya tepat di depan kedai bakso.

Tak butuh waktu lama, Harvian dan Jordan sudah berada di dalam kedai. Menunggu pesanan masing masing.

"Ramai juga ya." Jordan berceletuk

Harvian lekas menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri. Ia kemudian mengangguk, membenarkan kalimat Jordan.

"Berarti harusnya enak kan?"

Jordan yang mendengar itu hanya mengangkat bahunya, tanda tak tahu menahu perihal itu.

"Silakan, Kak."

Seorang wanita berambut pendek datang menuju meja mereka sembari menyodorkan dua mangkuk bergambar ayam yang berisi bakso pesanan mereka dan juga dua gelas teh es.

"Makasih ya, Mbak." Harvian membalas ucapan wanita itu sembari tersenyum sopan.

Wanita itu mengangguk singkat seraya membalas senyuman Harvian, ia kemudian pamit undur diri.

Setelah itu, Harvian dan Jordan sibuk menikmati semangkuk bakso yang ada di hadapan mereka.

Oh! Sepertinya hanya Harvian yang sibuk dengan semangkuk bakso miliknya karena Jordan ternyata sibuk memperhatikan Harvian.

Setiap ada mie yang tersisa di ujung bibir Harvian, Jordan dengan sigap mengelapnya. Jordan pun dengan senang hati membantu memisahkan sayuran yang ada di bakso milik Harvian ke mangkuknya. Terkadang Jordan juga menegur Harvian untuk tidak terburu buru saat makan.

Hingga 10 menit kemudian, semangkuk bakso milik Harvian ludes termakan. Harvian saat ini sedang meminum segelas teh es miliknya hingga habis.

Sementara Jordan masih sibuk menghabiskan semangkuk bakso miliknya. Kali ini dengan fokus penuh, tak seperti tadi yang sesekali melihat kearah Harvian.

"Jo."

"Mm?"

Jordan yang tengah mengunyah hanya berdehem ketika Harvian tiba tiba memanggil dirinya. Kemudian ia mempercepat gerakan mengunyah nya.

"Kenapa? Mau lagi?" Setelah selesai mengunyah, Jordan dengan cepat memindahkan fokusnya kepada Harvian.

"Bukan.."

Sebelah alis Jordan terangkat, seakan akan bertanya 'terus apa?' kepada Harvian.

"Tentang yang tadi sore, aku mau." Tutur Harvian dengan percaya diri, netra nya menghadap lurus kedalam mata Jordan.

"Mau? Mau apa?" Dengan raut wajah yang kebingungan, Jordan bertanya kepada Harvian.

"Ihh, aku mau kasi kamu kesempatan kedua, Jordan." Kali ini Harvian berucap dengan nada yang agak kesal. Sepertinya otak Harvian yang lemot kini pindah ke Jordan.

"Ohh, HAH?"

Jordan melotot kaget, mulutnya masih setia terbuka sambil melihat kearah Harvian, seakan akan berkata 'ini beneran?'

Si manis yang ditatap seperti itu mengangguk, ia juga mengeluarkan tawa kecilnya.

Maka setelah itu dengan tak tau malunya, Jordan berdiri dan langsung memeluk Harvian dengan erat. Masa bodoh dengan orang orang yang kaget karena pergerakan spontan nya itu menimbulkan suara derit yang lumayan nyaring.

"I love you." Bisik Jordan di telinga Harvian berkali kali, raut bahagia tak bisa Jordan sembunyikan dari wajahnya. Akhirnya Harvian bisa kembali kedalam dekapannya setelah dua tahun ia merana.

"I love you too."

🎬 - END!
⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘

Guys, cerita ini resmi tamat yaaa. Tapi aku bakal siapin bonus chapter buat kalian yang penasaran dengan keseharian JoVian selama mereka pacaran.

Aku ucapkan terima kasih banyak kepada kalian yang udah mau membaca dan memberi vote buat book aku. Maaf kalau book ini gak sesuai dengan ekspektasi kalian, aku juga masih dalam tahap belajar untuk menulis agar bisa jadi lebih baik lagi.

Boleh dong ceritain menurut pandangan kalian gimana keseluruhan book ini, hehehe.

- with love, Yaya ♡

EX - JeongHaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang