Harvian menolehkan kepalanya kearah jam dinding yang ada di kelasnya. Yaampun! Bahkan jam pelajaran matematika baru mulai 10 menit yang lalu, kenapa ia merasa bahwa itu sudah 1 jam?
Tuk
Baru saja Harvian ingin menjatuhkan kepalanya diatas lipatan tangannya, ada sebuah pesawat kertas yang jatuh tepat diatas mejanya.
Asalnya dari belakang, jadi ia segera menolehkan kepalanya, menatap Jordan penuh tanya.
Sementara yang ditatap hanya mengulas senyumnya.Harvian yang melihat itu hanya menaikan bahunya acuh tak acuh, ia kembali menghadap depan dan mengambil pesawat kertas tadi.
Oh? Ada tulisannya?
"Taman belakang sekolah, jam istirahat"
Harvian mengerutkan dahinya lalu memilih untuk meremas pesawat kertas itu. Namun, sepertinya ia tak sadar jika Juanda juga ikut melihat tulisan yang ada di pesawat kertas itu.
"Itu dari siapa?" Juanda berbisik, kepalanya ia dekatkan dengan telinga Harvian.
Harvian kaget, ia tak mengira Juanda akan ikut membacanya. Sebenarnya itu juga salah Harvian sih, ia membuka pesawat kertas itu benar benar diatas meja keduanya, wajar jika Juanda bisa membaca tulisan yang ada disana.
"Dari siapa, Yan?" Juanda mengulang pertanyaannya, dahinya berkerut kebingungan
Harvian diam, seperti berpikir namun setelah itu ia hanya menggelengkan kepalanya, tanda tak tau.
"Gue temenin mau gak?" Khawatir, Juanda nampaknya khawatir dengan Harvian. Wajahnya nampak cemas, takut jika orang yang mengirim pesawat kertas itu berniat macam macam kepada Harvian. Tak sadarkah ia jika Harvian jelas lebih besar dari dirinya?
"Gak usah." Harvian menolak, ia malas ditanyai macam macam oleh Juanda jika Juanda ikut untuk bertemu Jordan nanti. Hmmm entahlah apakah itu alasan utamanya atau Harvian hanya ingin berdua dengan Jordan
Juanda membuka mulutnya, hendak menjawab namun mau tak mau suaranya tertahan, guru di depan sana ternyata tengah melihat kearahnya dan Harvian.
"Juanda, Harvian, ini bukan waktunya bicara jika ingin bicara silakan keluar."
Dua lelaki tadi hanya tersenyum sopan dan menunduk pelan, tanda meminta maaf kepada gurunya tersebut.
◇◇◇
"Lo beneran gak mau gue temenin?"
Bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, siswa siswi berbondong bondong menuju kantin. Kecuali Harvian dan Juanda, keduanya masih di kelas dengan Juanda yang tak berhenti bertanya memastikan kepada Harvian.
"Gak usah, Ju. Gue bisa sendiri kok." Harvian menjawab, suaranya penuh dengan keyakinan.
"Yaudah deh... mau nitip gak?" Walaupun ragu, Juanda tetap menghormati keputusan sang sahabat.
"Boleh deh, roti sama susu aja." Jawab Harvian lalu meraih selembar uang yang ada di saku celananya
"Okay, gue ke kantin dulu ya." Juanda melambaikan tangannya, berjalan ke arah kiri untuk ke kantin sekolahnya.
Harvian balas melambai, ia berjalan lurus hendak ke taman belakang sekolah, menghampiri Jordan yang mungkin sudah berada disana.
Taman belakang sekolah terlihat sepi, entah kenapa Harvian pun tak tau. Ia bisa melihat sosok Jordan yang tengah duduk tenang disalah satu bangku panjang yang ada disana.
"Jordan." Harvian mendekat menuju Jordan, bisa ia lihat Jordan langsung membalikan tubuhnya.
"Hei." Jordan menyapa, kedua tangannya menepuk nepuk ruang kosong yang ada disampingnya.
Harvian cukup peka, ia duduk tepat disamping Jordan. "Ada apa?" Tanya Harvian setelah beberapa detik ia duduk.
"Ini." Jordan menyodorkan sebuah kantong kresek berwarna hitam. "Makasih ya udah minjamin bajunya, itu udah gue cuci sampai wangi kok."
Harvian mengulurkan tanganya, guna mengambil kantong kresek berwarna hitam yang diberikan Jordan. "Kenapa gak ngasi dikelas aja? Gue capek anjir kalau datang kesini cuma buat ngambil baju."
"Emangnya lo mau anak kelas nyebarin gosip?" Jordan menolehkan kepalanya menghadap kearah Harvian.
"Enggak sih..."
Hening setelah itu, mereka berdua tak ingin mengeluarkan suara namun tak ingin juga meninggalkan salah satunya di taman belakang sekolah.
"Jo, lo udah punya pacar?" Pertanyaan itu keluar bebas dari mulut Harvian. Harvian mati matian menurunkan ego nya, ia terpikirkan oleh pertanyaan dari ayahnya tadi pagi.
Jordan kebingungan, setelah itu ia menggelengkan kepalanya. "Gue gak ada pacar."
Harvian kembali teringat perkataan ayahnya pagi tadi, Jordan memiliki banyak kelebihan, bagaimana bisa ia tak memiliki tambatan hati.
"Kenapa?" Lagi, Harvian memilih untuk menurunkan ego nya, ia kelewat penasaran dengan sang mantan.
"Ya karena gue masih sayang sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
EX - JeongHaru
Fanfiction◇ katanya sih mantan tapi kok masih sayang? ☆ Semua ide cerita murni berdasarkan imajinasiku. Jika ada kesamaan dengan cerita lain, itu tidaklah disengaja. [🪶tꫀrtαndα : persephonext 2O22