P R O L O G

374 23 0
                                    

Tanpa Naruto sadari jika kehadiran Sasuke di dalam hidupnya amatlah berarti.

Dengan menghabiskan banyak waktu bersama dan saling mengenal, tidak ada lagi kata ‘tidak suka’ seperti pertama kali bertemu. Justru Naruto merasa jika saat ini ia tidak bisa hidup tanpa mendengar deru napas, teriakan dan suara merdu Sasuke saat bernyanyi. Semua tentang Sasuke saat ini amat ia suka.

Seberapa keras Naruto menyangkal—terlambat—ia sudah jatuh hati pada sesosok lelaki sempurna, sang pusat perhatian; Sasuke Uchiha. Lelaki tampan mempesona yang selalu berhasil menggoda siapapun yang melihatnya, ialah seorang model yang telah terjun dunia super model selama lebih dari 20 tahun lamanya sehingga sudah tidak diragukan lagi impact yang ia torehkan pada dunia fashion dan para penggemarnya.

Sementara Naruto hanyalah seorang guru honorer di sekolah negeri yang sama sekali bukan sekolah bergengsi. Gaji yang didapat hanya sedikit cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sehingga selama beberapa tahun ia hidup serba kekurangan. Namun, ia tetap berusaha keras untuk menabung seperti kebiasaannya saat masih kuliah.

Sasuke seorang model terkenal dengan Naruto yang hanya seorang guru honorer, apakah pantas?

Naruto sadar diri, karena itu ia memutuskan untuk pergi. Pergi dari hidup Sasuke selamanya meski ia amat sangat mencintai lelaki itu. Dengan berat hati, ia tarik koper besar menjauh dari apartemen tempat mereka saling memadu kasih selama ini. Tempat yang penuh kenangan indah dan kenangan lainnya. Saat pertama kali bertemu dengan Sasuke, pertengkaran mereka bahkan saat Sasuke memeluk erat tubuhnya dan mengatakan kata-kata indah pun masih selalu ia ingat.

Maafkan aku, Sasuke.

Namun, tiba-tiba seseorang menarik tangannya hingga Naruto masuk ke dalam pelukan lelaki tersebut yang tidak lain adalah Sasuke.

“Kumohon jangan pergi, Naru. Aku tidak sanggup hidup tanpamu. Aku rela meninggalkan semua yang ku punya agar kau tetap di sini bersamaku,” mohon Sasuke memeluk Naruto dengan erat, takut jika tidak begitu erat—Naruto akan pergi.

Seketika saja tangisan Naruto pecah. Ia tahu, ia terlalu cengeng untuk ukuran seorang lelaki dewasa bahkan seorang guru pengajar. Ia tidak bisa menahan air mata yang terus memupuk.

“Maafkan aku, Sasuke. Tapi aku harus pergi, aku tidak bisa bersamamu. Maafkan aku, maafkan aku karena kehadiranku di sampingmu membawamu pada kehancuran. Aku tidak mau. Aku tidak mau egois. Maafkan aku, Sasuke. Aku harus pergi. Ku mohon izinkan aku pergi.”

Sasuke masih berusaha keras memeluk Naruto dengan erat tapi dengan berat hati ia melepaskan. Membiarkan Naruto pergi, ia tidak sanggup melihat lelaki itu menangis di hadapannya. Jika memang dengan Naruto lepas dari hidupnya—Naruto akan bahagia, maka Sasuke menyerah untuk mempertahankan Naruto di sisinya.

Cinta terkadang tidak harus memiliki, tapi cinta tetaplah cinta. Entah apa yang akan terjadi pada keduanya, tetapi baik Sasuke maupun Naruto sama-sama patah hati karena keadaan. Cinta sesama jenis masih belum mendapat dukungan dari beberapa masyarakat sehingga memisahkan mereka dalam keadaan. Namun, entah apa yang akan terjadi bila waktu berlalu.

Roommate | SasuNaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang