Sasuke tahu setelah urusan Naruto dengan orang bernama Kiba itu selesai, maka Naruto akan segera angkat kaki dari rumahnya. Seharusnya ia baik-baik saja atau mungkin senang, tapi entah mengapa hatinya merasa tidak nyaman. Ingin sekali ia mendiskusikannya dengan Naruto, memintanya untuk kembali memikirkan ulang meski pasti tidak akan mudah untuk meminta Naruto tidak pergi.
Telah hidup bersama seseorang di rumah, membuat Sasuke terbiasa. Ia akan kesulitan lagi untuk beradaptasi hidup sendiri. Tanpa sadar ia juga sudah terbiasa dengan kehadiran Naruto di rumahnya. Membuat sarapan, membersihkan rumah bahkan mencuci bajunya.
Sepanjang jalan ia menyetir mobil, sesekali ia akan menoleh melihat seseorang yang duduk di sampingnya. Setelah keluar dari pub mereka sama-sama saling diam. Tidak ada yang mencoba memulai untuk berbicara. Perasaan Naruto yang sedang kalut dan Sasuke yang merasa tidak enak jika menganggu Naruto membuat keduanya terdiam.
Helaan napas terdengar, Naruto memalingkan wajahnya menghadap jendela untuk melihat pemandangan malam kota yang indah; gedung-gedung menjulang tinggi dengan lampu yang menyala di tiap sudut kota. Pikirannya menuju pada masa-masa saat pertama kali Kiba mengajaknya berkenalan. Dia adalah teman pertama bagi Naruto, hanya Kiba yang dengan berani mengajaknya berkenalan bahkan mengenalkannya pada orang-orang yang Kiba kenal salah satunya Sakura.
Jika saja Kiba jujur padanya, tidak perlu untuk menipu pasti Naruto akan berusaha membantu. Ia tidak akan kecewa dan Kiba tidak akan merasa bersalah. Namun, nasi telah menjadi bubur bahkan kini Naruto tidak tahu apa yang harus ia lakukan jika bertemu dengan Juna kembali.
“Apa kau menyesal tidak mendapat uangmu kembali?” tanya Sasuke tiba-tiba membuat Naruto berbalik menatap lelaki yang sedang menyetir itu.
“Tidak.”
“Tapi wajahmu terlihat frustasi. Aku paham, sangat paham. Pasti kau bingung harus tinggal di mana, kan?”
Naruto mengerutkan dahinya. “Memang wajahku terlihat seperti itu?”
“Perjanjian kita kalau tidak salah jika kau telah menyelesaikan urusanmu dengan Kiba, kau bisa tinggal sementara di apartemenku—” Belum selesai Sasuke menyelesaikan ucapannya, Naruto telah memotong, “Ya, aku tahu. Aku akan segera pindah secepatnya.”
“Hei! Bukan begitu maksudku.”
“Lalu? Kau ingin aku membayar? Ah jadi seperti itu. Tapi kau, kan tahu aku tidak punya banyak uang. Gajiku bulan ini saja aku belum mendapatkannya.”
Sasuke menepikan mobilnya. Kini ia menghadap wajah Naruto. “Aku belum selesai bicara, jangan memotong ucapanku terlebih dahulu dengarkan baik-baik.” Ada jeda sebentar sampai Sasuke pun kembali melanjutkan, “Sekarang kau boleh tinggal di apartemenku kapan pun sampai kau bisa mencari tempat tinggal yang baru. Tidak peduli seberapa lama pun, aku tidak keberatan. Anggap saja kita hubungan majikan dan pegawai, teman serumah atau bahkan teman sekamar.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Roommate | SasuNaru
FanfictionDalam jangka waktu lima tahun; Naruto telah mengumpulkan uang untuk membeli apartemen yang lebih baik dari tempat tinggalnya saat ini. Semakin beruntung, teman masa kuliah membantu mengurus pembelian apartemen. Namun, saat hari pertama ia pindah...