★ Chapter 4: Peraturan gila

113 14 0
                                    

“Guru macam apa yang terlambat datang ke sekolah?!” tanya kepala sekolah menahan amarah setelah memanggil Naruto yang kedapatan terlambat datang ke sekolah lebih dari satu setengah jam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Guru macam apa yang terlambat datang ke sekolah?!” tanya kepala sekolah menahan amarah setelah memanggil Naruto yang kedapatan terlambat datang ke sekolah lebih dari satu setengah jam. Tidak biasa; Naruto terlambat membuat kepala sekolah marah, biasanya lelaki itu selalu datang tepat waktu bahkan lebih pagi dari guru-guru yang lain.

“Maafkan saya, Pak. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi.”

“Berhubung baru pertama kali ini saja, anda terlambat datang maka saya tidak akan memberi sanksi apapun tapi jika anda melakukan hal yang sama lagi, saya tidak akan segan mendispilankan anda. Meskipun sekolah ini bukanlah sekolah yang bagus dan bergengsi namun kedisiplinan menjadi sesuatu yang dijunjung.”

Naruto mengangguk mengerti. Setelah mendapat kode boleh keluar, ia pun keluar dengan kepala tertunduk. Barulah setelah keluar dari ruangan ia merasa lega. Ini pertama kali baginya mendapat peringatan dari kepala sekolah. Ia terlambat pada dasarnya bukan kesalahannya sendiri tetapi karena seseorang yang terus membuatnya tidak bisa keluar dari rumah.

Setelah sarapan selesai dan mencuci piring, Naruto hendak mandi tapi niatnya dihentikan oleh Sasuke yang justru memberikannya setumpuk cucian di dalam keranjang besar, tidak lupa juga memberikan sapu, alat pel dan juga kemoceng.

“Kau bisa kerjakan sekarang,” ujar Sasuke tersenyum lebar langsung melenggang naik ke atas sofa dan menonton televisi.

Mau tidak mau, Naruto yang sudah sepakat akan bekerja selama sampai ia mendapat tempat tinggal baru tentu saja tidak bisa menolak. Sambil menahan rasa kesal, Naruto terlebih dahulu memasukkan cucian-cucian kotor ke dalam mesin cuci. Menyapu lantai dan membersihkan debu-debu di beberapa lemari baru setelah itu mengepel lantai. Namun, lagi-lagi Sasuke semakin membuat Naruto kesal setengah mati.

Bagaimana tidak? Saat Naruto tengah mengepel, lelaki tinggi yang tengah menonton televisi justru melemparkan satu persatu keripik kentang dalam genggamannya. Sehingga mau tidak mau Naruto hanya tersenyum kecil menahan amarah membersihkan kekacauan yang Sasuke berikan.

“Kenapa?” tanya Sasuke tidak merasa bersalah.

“Tidak apa-apa. Dengan senang hati aku membersihkan semuanya.”

Tidak hanya itu saja, bahkan setelah Naruto telah selesai menjemur pakaian—Sasuke kembali memberikannya pekerjaan; lelaki itu memberikan setumpuk majalah di mana dalam sampul utama majalah tersebut adalah wajah Sasuke. Tentu saja Naruto terkejut dan merasa bingung, ia sempat akan melontarkan pertanyaan tetapi Sasuke telah lebih dulu berkata, “Selama kau tinggal di sini, kau harus tahu apa yang ku suka dan apa yang ku benci. Baca semuanya ya, jika sudah selesai—aku akan memberikanmu aturan rumah yang kemarin ku janjikan.”

Naruto menghela napas, menahan amarah. Mengatupkan rahang ketika duduk dengan terpaksa untuk membaca majalah-majalah yang sama sekali tidak Naruto sukai. Sejujurnya, ia tidak pernah sekalipun membaca majalah fashion toh selama ini ia tidak punya banyak uang untuk berfoya-foya apalagi memikirkan penampilan. Kebutuhan terpenuhi saja adalah hal yang paling melegakan dalam hidupnya selama ini.

Selama Naruto membaca majalah, Sasuke telah memasang sebuah papan tulis dan memajangkannya di ruang televisi. Pada papan tulis tersebut tercantum banyak peraturan-peraturan yang dibuat oleh Sasuke.

“Baca baik-baik aturannya,” kata Naruto.

Naruto membaca poin satu sampai tujuh. Ia menyipitkan matanya dan mengatupkan bibir sebelum akhirnya hanya mampu menghela napas. “Ini tidak salah?” protesnya merasa tidak terima apalagi dengan poin nomor enam dan poin nomor tujuh.

“Tidak salah sama sekali.”

“Tapi ini keterlaluan.”

“Bagian mana yang keterlaluan? Poin satu; siapapun yang bangun pertama kali harus menyiapkan sarapan. Poin dua; tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing. Poin ketiga; Naruto harus mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik dan benar. Poin keempat; tidak menganggu ketentraman Sasuke jika ia tidak ingin diganggu. Poin kelima; tidak diperkenankan membawa orang asing ke dalam rumah. Poin keenam; Naruto harus mematuhi perintah Sasuke dan Poin ketujuh; kapan dan di mana pun, jika Sasuke menghubungi Naruto maka ia wajib mengangkatnya,” jelas Sasuke membaca deretan peraturan yang telah ia buat.

“Aku pikir aku telah salah menilaimu, ternyata kau sangat menyebalkan!” geram Naruto yang memang sudah sedari tadi menahan amarah. Tanpa pikir panjang ia pun pergi memilih untuk segera ke sekolah, tidak peduli jika Sasuke akan mengamuk.

“Hei, kau lupa memberi tahu nomor ponselmu!?” teriak Sasuke. Namun, Naruto sama sekali tidak menoleh dan sudah pergi meninggalkan Sasuke yang telah marah mengacak-ngacak rambutnya.

Begitulah bagaimana Naruto dapat terlambat ke sekolah, jika ia tidak pergi mungkin hari ini ia tidak akan datang ke sekolah karena Sasuke terus menahan-nahannya di rumah. Naruto bertekad untuk menemukan orang-orang yang telah menipunya. Ia tidak bisa hidup bersama dengan seorang model gila yang suka mengatur.

Tidak masalah sejujurnya jika ia harus bekerja sebagai asisten rumah tangga, tetapi Sasuke terlalu menyebalkan sampai membuat Naruto darah tinggi. Lelaki itu benar-benar menguji kesabarannya. Beruntung, setelah masuk ke dalam ruang guru ia dapat duduk dengan tenang. Ia membuka komputer untuk mengecek nilai-nilai para murid yang telah menyelesaikan ujian minggu lalu.

“Naruto sensei, tidak biasanya jam seperti ini baru datang ke sekolah,” ujar seorang guru wanita bernama Ino yang merupakan guru bahasa inggris.

Naruto tersenyum dan menjawab, “Iya begitulah.”

“Sangat disayangkan anda melewatkan kejadian pagi tadi.”

“Kejadian apa?”

“Pagi ini ada murid baru dari kelas 12 IPS 3 yang membuat keributan. Pertama masuk sekolah sudah berkelahi dengan teman satu kelasnya bahkan saat mereka dipisahkan oleh teman-teman lainnya keadaan semakin tambah parah. Benar-benar kacau, mungkin itu pula yang membuat kepala sekolah geram sehingga justru melampiaskannya padamu.”

Naruto terdiam. Pantas saja, kepala sekolah begitu marah padanya seperti sudah menahan amarah dan siap meledak.

“Meskipun murid baru itu bermasalah di hari pertama ia masuk, tapi ia sangat tampan. Banyak siswi perempuan sudah tergila-gila padanya bahkan telah mendirikan klub penggemar. Sangat lucu, bukan?” tambahnya lagi.

Mendengar penuturan guru bahasa inggris itu membuat Naruto penasaran dengan sosok yang disebutkan. Seburuk dan setampan apa dia mengapa sudah jadi 0buah bibir. Apalagi membuat kepala sekolah yang biasa selalu ramah padanya kini memarahinya untuk pertama kali.

—bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—bersambung

Roommate | SasuNaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang