Part 6

8.6K 472 19
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

---------------------------------
Membuka hati?

Ady saat ini sedang berada di ruangan miliknya. Lelaki yang tengah memakai sebuah kacamata di wajahnya itu kini sedang termenung memikirkan ucapan Alana tadi.

Ady akui kegigihan yang di lakukan oleh Alana agar bisa dekat dirinya. Jujur saja, Ady menganggap upaya yang di lakukan oleh Alana kepada dirinya hanya angin lalu semata. Jahat memang. Tapi, itu semua karena pemikiran dirinya pada gadis itu sebelumnya. Namun, mengingat ucapan Alana tadi, dirinya ingin membuka hatinya untuk gadis itu. Tidak ada salahnya mencoba terlebih dahulu bukan? Lagi pula, menurutnya ucapan Alana tadi terlihat bersungguh-sungguh dan itu membuat hatinya tergetuk untuk memberikan kesempatan kepada gadis yang telah lama mendekati dirinya.

Berbicara mengenai Alana, jujur saja dirinya sempat terpesona melihat penampilan gadis itu dengan seragam sekolahnya. Apalagi rambut panjang hitam legam milik gadis itu yang di biarkan terurai dengan bebasnya, membuat penampilannya semakin cantik di matanya. Dirinya yakin, di sekolahnya gadis itu pasti menjadi incaran para lelaki. Memikirkan itu, entah mengapa membuat hatinya berdecak tidak suka.

"Ck, lebih baik aku mengerjakan laporan ini" decak Ady dan sedikit melonggarkan dasi yang terasa seperti mencekik lehernya.

*****

Di lain tempat, Alana bersama dua sahabatnya yang tak lain Chika dan juga Bima sedang berada di parkiran sekolah untuk pulang.

"Heh, ege. Lo gimana baliknya? Gue nebeng sama si Bima. Lagian juga si Bima kenapa pake bawa motor bebeknya yang sering mogok itu ke sekolah coba" decak Chika.

"Heh, jing! Masih syukur lo ye gue tebengin. Kalau rumah gue kaga deketen ama lo juga, gue ogah nebengin lo" sewot Bima tak terima motor kesayangannya di ejek oleh Chika.

"Gue nebeng juga karena mobil gue lagi di service, kalau gak di service juga gue ogah nebeng sama lo" sahut Chika.

"Ribut banget lo berdua. Untung hari ini gue lagi bahagia" lerai Alana sambil tersenyum cerah.

"Bahagia kenapa lo?" tanya Bima.

"Lah? Kalian belum gue ceritain ya kalau gue pas ke sekolah tadi di anterin sama mas Ady bunny-bunny love" jawab Alana dengan santai.

"SUMPEH LO?"

"BENERAN?"

"Biasa aja muka lo berdua. Gue serius. Gue di anterin sama mas Ady tadi pagi karena mobil gue mogok" ucap Alana kepada dua sahabatnya.

"Bagus dong, Al. Berarti ada kemajuan tuh doi" sahut Chika yang di angguki oleh Bima.

"Pepetin aja terus jangan kasih kendor. Ntar kelama-lamaan juga luluh sama lo" timpal Bima.

"Kalau itu mah suatu keharusan, Bim. Tunggu aja nanti nama gue berubah menjadi Alana Putri Gibson Mahendra. Ngebayanginnya aja bikin gue seneng, apalagi kalau beneran" ucap Alana sambil tersenyum-senyum sendiri.

"Bisa gila kali lo" sahut Chika.

"En---"

"Hai masa depan ku, my love Alana" sapa Ciko.

Alana yang mendengar suara yang sangat menyebalkan itu pun memutar ke dua bola matanya malas. "Ngapain lo?"

Ciko, lelaki tampan yang berbeda kelas dengan Alana itu seketika tersenyum menatap gadis yang di sukainya. "Mau ketemu kamu dong, babe."

Alana langsung memasang wajah ingin muntahnya. "Babe, babe, babe. Gak usah ngomong itu deh lo, gak cocok. Makan pete sama jengkol jugaan, sok-sok an ngomong babe segala."

"Itu kan panggilan kesayangan buat kamu, babe" ucap Ciko.

"Dari pada ngeladenin lo disini, lebih baik gue balik aja" decak Alana.

"Mau balik pake apa lo?" tanya Chika.

"Pakai ojol ajalah" jawab Alana.

"Eh, gak usah pakai ojol. Biar aku aja yang nganterin kamu ke rumah, babe" ucap Ciko cepat.

"Gak u--- aw, sakit anjir" pekik Alana karena Chika mencubit tangannya.

"Ikut Ciko aja lo. Lumayan Al, tumpangan gratis. Dari pada lo pake ojol" bisik Chika pelan di telinga Alana.

Alana yang mendengar perkataan Chika pun membenarkan di dalam hatinya. "Oke deh, gue ikut lo. Ini karena lo paksa ya, Ko."

"Perasaan Ciko mana ada maksa lo" gumam Bima yang langsung di hadiahi pelototan oleh Alana.

"Kalau gitu, aku ngambil motor dulu ya. Kamu tunggu disini dulu" ucap Ciko dengan tersenyum.

Setelah kepergian Ciko, Alana langsung memukul punggung belakang Bima.

"Aw! Sakit bego" pekik Bima.

"Biarin!" acuh Alana.

Tak lama, datanglah Ciko dengan mogenya yang berwarna putih. "Naik, babe."

"Woy, gue duluan" pamit Alana.

"Hati-hati lo" ucap Chika.

"Eh, Ciko. Bae-bae lo ngebonceng sobat gue" timpal Bima.

"Tenang aja. Gue pastiin Alana selamat sampai ke rumahnya" ucap Ciko.

Alana pun menaiki motor Ciko dengan berpegangan di pundak lelaki itu. "Tinggi banget sih tempat duduknya. Awas ya lo ngambil kesempatan."

Ciko yang mendengar gerutuan Alana hanya bisa tersenyum di balik helmnya. Kemudian Ciko pun menjalankan motornya meninggalkan halaman sekolah mereka.

Hampir dua puluh menit di perjalanan, motor Ciko akhirnya berhenti di depan rumah Alana.

"Makasih ya, Cik" ucap Alana tulus.

"Sama-sama, babe" sahut Ciko sambil mengusap puncak kepala gadis di depannya.

"Gak usah sentuh-sentuh gue lo. Sana lo pulang" usir Alana.

"Aku balik ya" pamit Ciko yang di balas deheman oleh Alana.

Disisi lain, Ady yang baru saja memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya, tanpa sengaja melihat Alana yang turun dari motor seorang lelaki.

Entah mengapa, pemandangan itu menjadi menarik perhatiannya. Mata Ady sedikit memicing ketika lelaki yang membonceng Alana dengan berani ngusap-ngusap kepala gadis tersebut. Terbesit rasa tidak suka di hatinya ketika melihat pemandangan itu. Setelah melihat motor lelaki itu pergi, Ady langsung turun dari dalam mobilnya.

"MAS ADY ..."

Ady yang mendengar panggilan Alana pun hanya menatap gadis tersebut sebentar dan masuk ke dalam rumahnya sambil menepis perasaan aneh yang hinggap di dalam hatinya.

Sedangkan Alana yang merasa di acuhkan oleh Ady pun menjadi bingung. Namun, Alana menepis pemikiran aneh di dalam kepalanya dan kemudian masuk ke dalam rumahnya.

-bersambung-

CLBK With Duda (END) | SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang