"Tumben kamu diem aja, biasanya banyak omong kaya anak ayam yang nyari ibunya," celetuk Athan yang melihat putranya itu hanya diam menatap piring di depannya.
Alora jadi ikut meliriknya. Benar, Arlo lebih diam daripada biasanya. Pasti ada yang tidak beres.
Athan menoel bahu Arlo dsn bertanya untuk memastikan dia baik-baik saja. "Lok, kamu nggak papa kan?"
Jangan heran bila Athan memanggilnya 'Lolok', sebab memang dari Athan sebutan itu muncul yang akhirnya teman-temannya juga ikut memanggil dengan nama itu.
"Udah biarin aja, paling dia lagi mikir cewek mana lagi yang mau dia deketin," ucap Alora santai. Alora tau seberat apapun masalah anaknya itu, pasti tak jauh dari masalah gadis.
Athan hanya mengangguk. Dia mulai memakan makanannya yang sudah disiapkan Alora. Begitu juga Alora, tak menghiraukan Arlo yang masih diam saja.
Sementara itu Arlo takut-takut melihat kedua orangtuanya. Dia menarik napas, dan...
"Arlomaungomongtapikalianjanganmarah."
"HAH?!"
Athan dan Alora sama-sama menghentikan aktivitas makan mereka. Kini tatapan keduanya mengarah pada Arlo. Meminta penjelasan akan kata-kata Arlo yang tidak jelas itu.
"Ngomong tuh yang jelas, kamu tadi ngomong apa nge-rap?"
Tak
Alora meletakkan sendok di sebelah piring. "Coba ngomong yang jelas, pelan-pelan."
Arlo semakin gugup saat kedua orangtuanya menatapnya intens seperti ini.
"Arlo."
"Mau."
"Ngomong."
Athan berdecak. "Ya tinggal ngomong. Tadi ngomong cepet banget, sekarang dipisah-pisah. Yang bener sih kalo ngomong."
"Arlo mau ngomong tapi Mama sama Papa jangan marah, ya," ucap Arlo yang akhirnya dimengerti oleh Athan dan Alora.
Mata Athan memicing. "Kayaknya anak kodok ini serius," lirih Athan di samping telinga Alora.
"Kamu ngehamilin anak orang ya? Ngaku!" tuding Athan blak-blakan.
Arlo pun terkejut bukan main. Kepalanya menggeleng dengan keras. "Ngawur! Arlo mana berani kaya gitu."
"Ya trus apa? Tinggal ngomong aja lama banget."
"Arlo... Udah punya kerja." Akhirnya kata-kata itu keluar juga. Arlo sangat lega ketika sudah mengatakannya.
"Hah?"
Reaksi orangtuanya tak seperti yang diperkirakan Arlo. Dia pikir, dia akan dimarahi. Tapi lihatnya keduanya sekarang, masih terkaget seperti orang bodoh.
"Kamu? Kerja? Nggak percaya Mama," ucap Alora tak mau percaya begitu saja.
"Mana ada yang mau nerima anak kodok kaya kamu."
Arlo menghela napasnya. Berusaha meyakinkan kedua orangtuanya. "Arlo beneran, nggak bohong. Rill suwer nggak bohong," ucapnya dengan dua jari diangkat.
"Emang kamu kerja apa? Jualan bakso? Tukang kebun? Supir angkot?" Alora mencoba menebak pekerjaan apa yang dijalani anaknya.
"Tetot! Salah semua. Arlo jadi bodyguard." Arlo melipat tangannya di depan dada sok bergaya.
Athan dan Alora sedikit terkejut, namun tak lama keduanya tersenyum.
"Alasan kamu mau jadi bodyguard apa?"
Arlo berbinar melihat tak ada penolakan dari Athan dan Alora. "Inget nggak anak baru yang Arlo ceritain itu? Arlo bakal jadi bodyguardnya dia. Itu juga satu-satunya cara biar Arlo deket sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BODYGUARD 2
Teen Fiction"Kita emang nggak pacaran, tapi kamu punya aku." "Langsung nikah aja kalo gitu." ***** Arlo merasa begitu semangat ketika mengetahui ada seorang gadis cantik yang baru saja pindah ke sekolahnya. Arlo yang kerap menggoda para gadis itu pun langsung b...