Chapter 5

72 29 16
                                    

Elvano baru saja memasuki kamar miliknya, tubuhnya langsung Ia hempaskan pada ranjang mewahnya.

Lengan Kanannya Ia gunakan untuk menutupi matanya yang telah terpejam dengan pikiran yang terus berputar pada otaknya.

"Kalau aja gue gak ikut campur masalah Alex dengan pemilik toko bunga itu, pasti gak bakal gini jadinya" Ucapnya, matanya masih terpejam dengan rapat.

"Uhhh" Elvano menghembuskan napasnya, Ia bangkit dari tidurnya, memposisikan duduk dirinya dengan kedua kaki yang di silakan.

"Leonnah, gue diusir sama papa"

"Mulai besok gue gak bisa nyapa pagi-pagi lo kaya pagi-pagi sebelumnya"

"Gue juga gak tau kapan gue bakal balik kesini lagi"

"Lo gak papa ya gue tinggal untuk beberapa minggu kedepan" Ucapnya, matanya fokus menatap pigura besar yang berada di dinding depan ranjangnya.

Elvano bangkit dari duduknya, berjalan menunju walk in closet yang berada dikamarnya, langkahnya terhenti saat melihat ruangan yang biasanya dipenuhi dengan pakaian, sepatu, koleksi jam tangan dan aksesoris dalam walk in closet itu kosong tak menyisahkan satu barang pun.

Matanya mengerjab beberapa kali, kedua tangannya Ia gunakan untuk mengucek-ucek matanya, berharap jika apa yang dilihatnya salah.

Elvano menggeleng-gelengkan kepalanya, masih merasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya, pikirannya coba menepis apa yang terlintas dalam otaknya saat ini.

"Gak, gak mungkin papa setegah ini sama gue"

"Janji gue dua bulan yang lalu gak kaya gini, gue cuman janji kalau gue buat keributan gue bakal pergi dari rumah ini, gue gak bilang kalau papa bakal sita seluruh aset gue" Ucapnya mencoba mengingat perjanjian dua bulan yang lalu.

"Jangan jangan... gak gak mungkin"

Elvano berlari kecil menuju nakas yang berada di samping ranjangnya, membuka dengan brutal laci kecil yang berada pada nakas itu.

Matanya terbelalak bukan main, rasanya jantungnya akan copot saat ini juga, Ia medapati laci pada nakas itu kosong, laci itu, laci tempat dimana Elvano meletakkan black card dan seluruh kartu ATM nya.

"Mati gue!!" Elvano menjambak rambutnya kuat sebelum tangannya merogo saku kemejanya. Ponsel mahalnya telah berada pada genggaman tangannya, mengotak-atik sesuatu disana.

Tring... tringg... tringgg...

Suara ponsel berdering.

Elvano yang melihat jika ada panggilan masuk pada ponselnya langsung mengangkat panggilan itu.

"Papa.. Pa.. " Panggil Elvano tak sabaran, Ia berjalan mondar-mandir didepan ranjangnya dengan sangat frustasi.

"Kenapa Elvano sayang??" Jawab papanya setenang mungkin.

"Pa, maksud papa apa pa, kenapa semua barang-barang didalam kamar Elvano papa sita, papa gak bisa gitu dong pa, papa seriusan mau Elvano papa ini jadi gelandang pinggir jalan??!"

".... "

"Papaaa... "

".... "

"Pa demi apapun pa, Elvano gak keberatan kalau Elvano bakal pergi dari rumah ini, tapi kalau seluruh barang Elvano, terkhusus kartu-kartu Elvano juga papa sita gimana Elvano bakal bertahan hidup pa!!"

"Carilah pekerjaan yang bisa kau kerjakan, hasilkan uang dari pekerjaan mu itu dan cukupilah seluruh keperluanmu"

"Kerja?? Gak pa, Elvano gak bisa. Papa tau kan kalau Elvano masih kuliah, tempat kerja apa yang mau menerima anak yang gak punya ijazah kuliah"

ElvanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang