🥀| 01.00

32.4K 2.5K 36
                                    

Play mulmed if you want..

| Gerbang |

"Bagaimana keadaannya dok?"

"Tidak ada yang serius, Tuan. Sebentar lagi Nona Muda akan segera sadar"

"Jika anda salah, siap-siap nyawa anda melayang!"

Terdengar suara percakapan yang menganggu kesadaran Elin. Perlahan namun pasti, matanya terbuka. Berusaha menerima cahaya yang seakan menyilaukan.

Bau obat-obatan menyengat penciumannya, dengan cat putih yang pertama kali ia lihat.

"Rumah sakit, ya."

Elin mengernyit, kepalanya berdenyut sakit. Apakah ia gegar otak? Atau karena kepalanya menghantam jalan raya dengan sangat keras?

"Dear, bagaimana perasaanmu?" sebuah suara berat dan wangi maskulin tercium, belum lagi dekapan hangat terasa saat Elin berusaha membangunkan tubuhnya.

Maniknya bertemu dengan manik tajam berwarna biru laut yang siap menenggelamkan apa saja.

Elin terdiam, berusaha mencerna apa yang terjadi.

"Siapa dia?" batinnya bertanya-tanya.

Elin melirik air minum yang ada di atas nakas, seakan peka, pria itu mengambilnya dan membantu Elin minum.

"Ada yang sakit, hm?" tanya pria itu lagi dengan mengusap lembut puncuk kepalanya. Perasaan yang sangat asing bagi Elin, karena biasanya dia yang akan bersikap manis dan hangat kepada adiknya.

Eren, ah, apakah adiknya sudah mengetahui kecelakaan yang menimpanya? Dimana bocah itu sekarang?

"Siapa anda?" tanya Elin menyuarakan pertanyaannya yang sejak tadi sudah menumpuk dipikirannya.

Pria itu mengernyit, lalu menatap tajam ke arah dokter yang masih diam berdiri memperhatikan mereka.

"Apa maksudnya ini, dokter?" desis pria itu tajam.

"Se-seharusnya tidak ada masalah Tuan. Biar saya periksa lagi, Nona Muda" ucap dokter itu cemas.

"Nona Muda?" Elin berkerut.

Dokter itu mengecek kembali keadaan Elin, ditemani tatapan nyalang dari pria yang bersedekap dada di sampingnya.

"Benar tidak ada masalah dengan Nona Muda, Tuan. Benturan di kepalanya seharusnya tidak sampai membuat Nona kehilangan ingatannya" jelas dokter itu.

"Hilang ingatan? Aku?"

"Lalu, kenapa putri saya sendiri mempertanyakan siapa saya?!" desis pria itu geram kepada dokter.

"Pu-tri?" Elin sontak terkejut. Bukannya ia tidak memiliki orang tua. Ia dan Eren adalah yatim piatu sejak umurnya delapan tahun, dan Eren berumur lima tahun.

"Ma-masfkan saya, Tuan. Sungguh, hasil pemeriksaan Nona Reliona tidak ada yang salah" ujar dokter itu berusaha mempertahankan hasil pemeriksaannya, meski terlalu nampak gelagat ketakutannya.

"Reli? Apa tadi? Re? Reliona?" batina Elin merasa tidak asing dengan nama itu.

"Tunggu-tunggu!" Elin memperhatikan kedua lengannya, kemudian menggerak-gerakkan kakinya.

Tidak ada yang sakit! Kecuali kepalanya! Tapi, bagaimana bisa?!

"Jelas-jelas aku tertabrak truk! Harusnya sudah ada banyak luka dimana-mana!" pikirnya berantakan.

𝐃𝐚𝐧𝐝𝐞𝐥𝐢𝐨𝐧𝐬 | 𝐁𝐞𝐜𝐨𝐦𝐞 𝐚𝐧 𝐀𝐧𝐭𝐚𝐠𝐨𝐧𝐢𝐬𝐭 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang