🥀| 02.10

19.7K 1.8K 61
                                    

Play Mulmed if you want..

| Tragedy |


️ ⚠️ WARNING! ⚠️

(Beberapa bagian mengandung unsur dark-blood-psycho, you know? Pasti know. Tidak diharapkan untuk yang memiliki phobia atau takut darah. Mending di skip aje ye. Aing kagak nanggung biaya rumah sakit soalnya, aing aja tanggungan keluarga😄)

(Sungkeman dulu ey💸)

"Tuan Peter!" Liona bergetar.

Ia membuka lalu meninggalkan sepatu heels-nya dan mengambil langkah cepat menuju pintu keluar, berlari kecil di tengah malam yang gelap menuju tempat yang menjadi dapur dari hotel itu.

Liona harus memastikannya, ia sudah menempatkan kepala pelayan di mansion-nya itu berada di tempat yang berlawanan seperti cerita di novelnya. Dan seharusnya hal itu tidak akan menimpa kepala pelayan tersebut.

"Aku harap Tuan Peter mendengarkan ku" mohon Liona dalam hatinya. Perasaannya benar-benar tidak tenang saat ini. Perasaan berkecamuk dengan pikiran kalut yang memenuhi kepalanya.

Beberapa saat yang lalu.

"Dad, bisakah Tuan Peter mengawasi pelayan di sini?" tanya Liona ketika berdansa dengan sang ayah.

"Apa ada yang kurang, dear?" tanya Xander. Liona menggeleng kecil.

"Tidak dad, tapi Liona pikir ada baiknya Tuan Peter ada di sini. Urusan belakang dapur biar pelayan lain yang mengurusnya."

Xander nampaknya menimang sejenak, "baiklah, Dear" putusnya.

Liona tersenyum hangat, "Thank you, dad."

"Anything for you, dear."

Perlahan tapi pasti, Liona sampai di dapur hotel tersebut. Bertepatan dengan lampu yang kembali menyala.

Ia berhenti sejenak, berupaya membiasakan pandangannya dengan cahaya yang tiba-tiba.

Suara yang berteriak kesakitan dari dalam sana sontak membuat Liona membatu sejenak, belum lagi suara binatang menggonggong dan menggeram. Tidak mungkin, ia sudah menempatkan orang itu jauh dari tempat kejadian. Lantas kenapa suara itu mirip dengan kepala pelayan?!

Dengan secepat kilat, Liona membuka pintu dapur.

BRAK!

"Grrr.."

"No-na Muda-" napas Liona tercekat, sontak ia langsung mengambil pisau daging yang tergeletak di merobek ujung gaunnya.

"AAAHHH!"

Dengan satu tebasan, Liona memotong lengan kepala pelayan itu.

Suara anjing yang sesekali menggeram dengan liur berjatuhan dan menikmati makanan-nya.

"A-apa-"

"Bertahanlah, Tuan Peter!" desis Liona dengan bibir yang digigit dari dalam agar tidak bergetar. Manik coklat terang itu kalang kabut namun berusaha fokus. Perlahan memudar, dan manik itu berubah menjadi warna hitam pekat.

𝐃𝐚𝐧𝐝𝐞𝐥𝐢𝐨𝐧𝐬 | 𝐁𝐞𝐜𝐨𝐦𝐞 𝐚𝐧 𝐀𝐧𝐭𝐚𝐠𝐨𝐧𝐢𝐬𝐭 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang