Astaga, aku benci dengan diriku sendiri karena menulis cerita baru di saat banyak cerita lain yang belum tamat. Aku sedang menonton drama Under the Queen’s Umbrella lalu tiba-tiba gagasan ini muncul begitu saja. Friendly reminder, cerita ini mengandung unsur dewasa tapi akan diproteksi sehingga aman untuk pembaca yang lugu-lugu bangsat maupun yang di bawah umur.
Pada umumnya tidak banyak yang tertarik untuk membaca historical story tapi siapa yang peduli. Bahkan jika hanya diriku sendiri yang membaca, aku tetap akan menuliskan keanehan isi pikiranku. Itu adalah jalan untuk mengurangi stress wkwkwk.
Aku berpikir apakah ada cara untuk membuat taenysic dalam satu biduk rumah tangga? Jadi untuk kali ini saja aku mencoba membuat taeny dan taengsic berlayar tanpa mengorbankan salah satu pasangan. Sepertinya latar belakang cerita ini cocok untuk mereka bertiga saling gotong royong menjadi keluarga berencana.
.
.
.
Suara derap langkah kaki yang menginjak permukaan tanah kering berpacu dengan kicau burung yang menyambut semburat jingga di batas cakrawala. Di saat para kasim sibuk mengantre di depan pintu gerbang Jonghak — lembaga pendidikan untuk pangeran dan keluarga kerajaan; seorang wanita mengepalkan tangan erat-erat di dalam tandu kayu yang digotong menuju kawasan di luar istana.
“Di mana berandal itu?” tanya Hyoyeon terus berjalan lurus ketika melihat kasim yang melayani putra bungsunya berdiri di halaman teras.
“I-itu..” jawabnya tergagap mengejar langkah lebar permaisuri melewati pilar-pilar yang berdiri tegak.
Hyoyeon mendobrak pintu kamar dan menemukan pakaian sutra berserakan di lantai. Pemandangan lelaki muda tidur bersebelahan dengan perempuan di balik selimut hangat bukanlah suatu tindakan yang patut dipertontonkan di pagi hari, terlebih tubuh bagian atas pria tersebut ditampilkan begitu terbuka tanpa sehelai benang.
“Bawa dia pergi,” perintah tegas sang ibu selepas melemparkan jubah abu-abu menutupi wajah putranya.
Terlahir sebagai keturunan terakhir dari pemimpin kerajaan tidak lantas membuat Yoona mendapatkan perlakuan khusus. Dia berserta dua saudara yang lebih tua wajib datang mengikuti pembelajaran di Jonghak bersama pangeran lainnya yang berasal dari garis keturunan para selir. Di antara empat anak laki-laki yang terlahir dari rahim permaisuri, satu-satunya orang yang memperoleh hak istimewa adalah anak pertama. Yuri dinobatkan sebagai putra mahkota pada usia dua puluh tiga tahun.
“Kenapa Ibu bisa tega melakukan hal ini? Aku belum sempat berpamitan,” gumam pangeran muda itu membuka jendela dan menatap permaisuri yang berjalan sejajar dengan tempat duduknya di dalam tandu.
“Sudah Ibu wakilkan.”
“Seohyun bukan wanita penghibur. Kami berteman baik.”
“Mana ada teman yang tidur di bawah satu selimut. Lupakan dia.”
Yoona mendesah keras, “bagaimana bisa? Bahkan Ayah mempunyai istri lebih dari sepuluh. Mengapa satu pun aku tak boleh?”
“Kalau begitu jadilah raja,” tukas ibunya dengan kesal dan membanting jendela samping tandu.
Hyoyeon mendorong tubuh Yoona untuk bergegas masuk menempati meja kosong yang tersisa. Dia tersenyum lega saat melihat punggung putra ketiganya duduk di barisan meja tengah. Sooyoung adalah cerminan dari anak tertuanya yang gemar membaca, sementara Taeyeon — demi arwah para leluhur yang berada di atas langit; putra keduanya adalah akar dari permasalahan di hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The crown has fallen
FanfictionPara pangeran di istana kerajaan mulai memperebutkan posisi putra mahkota ketika anak pertama dari permaisuri dinyatakan tewas.