Matahari bersinar cerah melalui ranting-ranting pohon di area terbuka sementara burung-burung bersenandung riang menertawakan para pemuda yang duduk kaku dengan ketegangan di pundaknya. Itu adalah hari musim semi yang hangat dengan hampir tidak ada awan di langit. Semua pangeran berjemur di bawah sinar kehidupan untuk satu tujuan yang sama; memenangkan sebuah kompetisi.
“Pada tahap pertama hari ini, dipilih tiga orang dengan nilai ujian tertinggi untuk lolos ke tahap kedua. Perhatikan baik-baik soalnya,” ucap Paduka Raja disertai anggukan kecil kepada guru besar yang ditugaskan membaca gulungan kertas.
“Pemerintah hendak membuat sebuah tanggul dengan lebar atas enam ja empat chi (≈1.94 meter) dan lebar bawah satu gil lima ja enam chi (≈4.73 meter). Tinggi enam ja (≈1.82 meter) dan panjang tiga ri tujuh puluh bo (≈1.31 km). Setiap pekerja bisa menyelesaikan lima ratus jak (≈0.01 meter kubik) dengan bantuan tiga orang per hari. Dibutuhkan tambahan tenaga seperempat dari keseluruhan pekerja untuk menggali dan menimbun tanah. Berapa jumlah pekerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan itu dalam periode waktu dua belas bulan? Tuliskan jawaban beserta caranya.”
Ketika soal ujian selesai dibacakan terlihat guratan halus menghiasi kening Pangeran Yoona. Tatapan mata yang kosong selaras dengan lembaran kertas berwarna putih bersih.
“Jika sungguh-sungguh memperhatikan pelajaran di kelas aritmatika maka kalian pasti bisa mengerjakan soal ini dengan mudah. Selanjutnya adalah soal literasi.”
“Soalnya ada dua?” bisik Yoona dengan mata melebar.
“Sepertinya begitu,” jawab Sooyoung pasrah.
“Yu, sil dan shin. Gunakan kata-kata ini untuk menjelaskan sikap hidup orang bijak. Kemudian soal berikutnya.”
“Masih ada lagi?” gumam lelaki malang itu dengan nyawa separuh melayang.
Sooyoung mengangguk lemah, “ini lebih buruk daripada ujian terdahulu.”
“Perhatikan soal terakhir. Buatlah dua bulan sabit hanya dengan menggambar satu garis.”
Raja berdiri di tengah menghadap putra-putranya lalu menambahkan, “jangan memikirkan jawaban yang terlalu rumit. Cobalah menjadi lebih kreatif dalam mengembangkan gagasan.”
***
Kertas-kertas berserakan mengotori meja panjang kebanggaan para menteri yang sedang duduk melingkar. Pada hakikatnya mereka adalah pilar utama yang berperan penting untuk pendidikan putra mahkota sehingga tinta merah di ujung kuasnya menjadi tolak ukur dalam hal penilaian.
“Mengapa jawabannya payah begini?” gerutu salah seorang penasihat kerajaan. “Lihat, siapa yang berani menuliskan kesombongan semacam ini seakan-akan dirinya lebih hebat daripada pembuat soal.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The crown has fallen
Fiksi PenggemarPara pangeran di istana kerajaan mulai memperebutkan posisi putra mahkota ketika anak pertama dari permaisuri dinyatakan tewas.