“Anakku perempuan, kan?” tanya wanita yang tergeletak lemah di atas alas tidur.
“Ya, bayi kecil yang sangat cantik,” balas tabib tengah sibuk keluar masuk kamar, mengambil kain-kain kotor penuh darah kemudian mengelap lantai hingga bersih.
Sooyeon menarik nafas dalam-dalam lalu mengembuskan secara perlahan, tampak lega sekarang. Dia tidak perlu lagi hidup dalam ketakutan dan bersembunyi. Jika anak pertamanya adalah bayi laki-laki maka besar kemungkinan akan memicu gejolak di masa mendatang. Namun, dia melahirkan anak perempuan yang sehat.
“Sepertinya bayi ini sedang kelaparan,” kata wanita lainnya yang ikut bersuara pada ambang pintu. Dia menggendong bayi yang terbungkus rapat oleh balutan kain, kini mulai menangis dan meronta.
“Yang Mulia Ratu.”
“Tetaplah berbaring dan jangan banyak bergerak. Meski aku ingin membiarkan kamu beristirahat dahulu tapi tampaknya si kecil tidak ingin berada jauh darimu.” Permaisuri dengan hati-hati meletakkan tubuh bayi itu menempel di perut ibunya. Kedekatan semacam itu dipercaya dapat memberikan ketenangan tersendiri.
Wanita muda itu mulai melonggarkan ikatan serta meloloskan pakaian dari sebelah pundak. Pada awalnya Sooyeon mengalami sedikit kesulitan tapi setelah kegagalan yang ketiga, bayi itu berhasil menggigit sumber makanan yang masuk ke mulut.
“Aku dengar Pangeran Taeyeon berhasil menjadi Putra Mahkota,” kata Sooyeon sambil menyusui.
“Ya, itu benar.”
“Semoga Putra Mahkota diberikan umur panjang dan menjadi pemimpin yang dicintai rakyatnya. Tolong sampaikan ucapan selamat dariku.”
“Kenapa kamu tidak mengatakan sendiri kepadanya? Aku tidak sengaja bertemu Putra Mahkota saat hendak menyelinap ke luar istana. Kamu tahu sendiri betapa keras kepala sifat anak-anakku terlebih yang kedua. Meski aku melarangnya, dia diam-diam akan tetap mengikutiku. Jadi, jangan terkejut jika Putra Mahkota akan sering datang berkunjung. Apalagi setelah menggendong bayimu, dia terlihat sangat bahagia dan bersikeras ingin tinggal lebih lama di sini tapi aku harus mengusirnya sebelum matahari bersinar.”
Untuk sebuah alasan yang tidak diketahui Permaisuri cukup takjub mendapati suara tangis bayi itu berangsur-angsur mereda ketika tubuhnya berayun dalam pelukan Putra Mahkota. Sementara itu tanpa disadari Taeyeon terus tersenyum lebar memandangi rambut halus yang tumbuh tidak seragam di atas kepala bayi yang tidur terlelap.
Sangat disayangkan kebersamaan mereka berakhir singkat lantaran Putra Mahkota harus kembali jika tidak ingin mendapat masalah karena terlambat melakukan kunjungan pagi di istana Ibu Suri.
“Bertahanlah sedikit lebih lama. Aku akan membawamu kembali ke istana selepas masa pemilihan putri mahkota.”
“Apakah Yang Mulia sudah menemukan kandidat utama?”
“Sangat sulit mencari anak perempuan dengan nilai sempurna. Pandangan kritis, tingkat kecerdasan dan rasa kepedulian; sepertinya hampir mustahil. Bertemu denganmu pada kala itu adalah sebuah keberuntungan. Sayangnya, peruntungan yang sama tidak pernah datang dua kali. Mungkin aku harus menemui keluargamu untuk meminta putri terakhirnya. Namun, Ayahmu bahkan tidak ingin berhubungan denganku setelah mengetahui bahwa aku terlibat dalam penurunan takhta putri mahkota.”
“Terakhir kali aku bertemu Soojung, dia masih gadis manja yang suka menangis. Tapi ya, dia memang pintar.” Sooyeon tersenyum simpul membayangkan masa anak-anak mereka yang dipenuhi canda tawa. Namun, rasanya aneh memikirkan bahwa anak terakhir keluarga Jung ikut dalam pemilihan anggota kerajaan seperti yang dilakukan dirinya beberapa tahun silam. “Kurasa ada perempuan lain yang lebih pantas untuk mendampingi Putra Mahkota.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The crown has fallen
FanficPara pangeran di istana kerajaan mulai memperebutkan posisi putra mahkota ketika anak pertama dari permaisuri dinyatakan tewas.