WARNING! : Dimohon untuk tidak melakukan copy atau plagiat untuk menjaga karya asli milik penulis.
•
•
•Aku tidak mengerti sama sekali, benar-benar tidak masuk akal.
Aku melihat sekeliling, semua orang di ruang ini pun kebingungan dengan pikiran yang sama.
Tapi rasa lelah di tubuhku benar-benar mengalahkanku. Aku memutuskan untuk berjalan menuju salah satu kasur tingkat itu, aku duduk di atas kasur empuk itu dan meletakkan ransel yang dari tadi kubawa tepat di sebelahku."Hei, ini tidak buruk!" ucap beberapa orang, mereka juga ikut naik ke kasur masing-masing, bahkan mereka menyukai kasur ini.
"Setidaknya ini lebih baik dibanding tidur di trotoar dingin," sambung yang lain.
"Apa kau gila? Bagaimana mungkin aku tinggal di tempat seperti ini?!"
Aku terkejut oleh suara keras seorang gadis, aku menoleh ke sumber suara. Seorang gadis cantik dengan pakaian bagus yang bermerek. Matanya bulat berwarna biru serta rambut panjang bergelombang yang berwarna cokelat. Di sampingnya, berdiri seorang pria tinggi semampai dengan rambut hitam panjang hingga leher yang ia ikat bagian atasnya, ia sedang berusaha menenangkan si gadis.
"Ah, benar-benar! Hei, kau pikir aku ke sini untuk lelucon macam ini?!"
Gadis itu terus menggerutu, suaranya yang nyaring terdengar jelas di ruang ini.
"Hei, nona, kenapa marah-marah? Masih untung kau diberi tempat tidur, memang apa yang kau harapkan setelah tidak membayar dan dijamu dengan makanan mewah tadi?" ucap seorang pria sambil turun dari kasurnya, ia berjalan menghampiri si gadis.
"Lagipula kenapa kalau kita di ruang yang sama? Apa nona tidak mau akrab dengan kakak?" sambung pria yang sama.
Apa? Dia memanggil dirinya kakak?
"Hei, tutup mulutmu! Memang ya, orang-orang sepertimu mana mungkin tahu apa itu fasilitas yang baik! Dasar norak!" sahut gadis itu sambil tersenyum sinis.
"Apa?! Hei, bedebah ini! Mentang-mentang kau cantik jadi bisa bicara seenaknya? Hei, gadis sepertimu sangat banyak kutemui di bar!"
"Apa?! Bar? Bar yang kau datangi itu bisa kubeli kalau aku mau! Apa mau aku beli juga namamu?"
"Wah perempuan ini benar-benar! Apa uangmu yang banyak itu tidak kau pakai untuk menyekolahkan mulutmu? Cecunguk manja!"
"Apa?! Beraninya kau!"
Kedua orang itu benar-benar terbawa emosi, sepertinya bahkan si pria yang ringan tangan hampir memukul gadis itu.
"Jangan melewati batas," sela pria yang dari tadi terus berada di sebelah gadis itu sambil maju, menghalau agar mereka tidak bertengkar semakin parah.
"Apa kau kacung gadis itu?! Dia duluan yang mulai!"
Kebisingan yang memuakkan menyelimuti seisi ruangan. Sampai seorang pria berteriak dengan suara keras.
"DIAM KALIAN!"
Ruang mendadak hening, bahkan tak ada suara nafas yang kudengar.
"Apa kalian tidak malu bertengkar di hadapan orang banyak?!" bentak seorang pria yang sejak tadi hanya duduk mengamati, di situasi seperti ini, sangat wajar seseorang terpancing emosi.
"Bukan hanya kalian yang kebingungan, semua orang di sini juga sama! Lebih baik gunakan energi kalian untuk mencerna apa yang terjadi sekarang!" sambungnya lagi.
"Hei, apa kau ketua? Tch, memuakkan," sahut gadis cantik tadi, ia segera berjalan menuju pintu keluar disusul pria yang selalu berdiri di sebelahnya. Tapi...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Battleground
Mystery / ThrillerBerlatar dunia masa depan, di mana teknologi telah berkembang begitu pesat. Bahkan robot telah diperjualbelikan secara luas. Livia, seorang gadis yang berjuang hidup di dunia yang kejam sendirian, mendaftarkan diri untuk melanjutkan pendidikannya ke...