PART 14 : LUCAN

263 66 76
                                    

WARNING! : Dimohon untuk tidak melakukan copy atau plagiat untuk menjaga karya asli milik penulis.


Sambil tertatih pria itu menoleh menatapku dan berkata.

"Apa maksudmu?"

"Aku tahu kau menginginkan pedangku," balasku dengan yakin, kemudian kembali berbicara, "mungkin kau lupa, tapi aku satu kelompok denganmu dulu, aku gadis yang diberikan kepada kelompok lain."

Mendengar penjelasanku, ia berpikir sejenak.

"Ah, kau gadis itu, aku tahu kabar itu dari orang-orang di dalam ruangan. Mereka bilang kau diberikan sebagai jaminan kerja sama." Ia nampaknya sudah mengingatku.

Aku mengangguk membalasnya.

"Aku tahu kau selalu memperhatikan pedangku, jika kau bergabung denganku, aku akan berikan ini untukmu."

Aku menyodorkan pedang hitamku padanya.
Sesuai dugaanku, ia nampak tertarik.

"Aku tidak bisa, ada seseorang yang menungguku di sana. Ia tak akan senang jika aku mengambil keputusan sepihak."

Setelah mengatakan hal itu, ia kembali berbalik hendak pergi lagi.

"Apa kau mau orang yang kau tunggu menjadi korban selanjutnya?"

Sekali lagi, ia berhenti karena mendengar celetukanku.

"Orang yang kau tunggu adalah gadis itu kan? Kau yakin bisa menjaganya di kelompok itu? Mereka bahkan tidak akan segan memberikan gadis di kelompoknya sebagai syarat perdamaian, lihatlah aku sekarang."

"Aku akan membunuh mereka jika sampai menyentuh nona."

Sekilas aku melihat ekspresi marah di wajahnya, tentu saja aku tidak akan melewatkan kesempatan ini. Aku kembali berusaha memanfaatkan emosinya.

"Untuk apa mengotori tanganmu? Jika kau sudah tahu arah permainan mereka, untuk apa bertahan di kandang musuh?"

Ia terdiam sesaat, memikirkan sesuatu yang nampak begitu rumit.

"Tidak perlu buru-buru, temui aku kembali di ruang ini pada jam yang sama, datanglah jika kau setuju."

Setelah mendengar ucapanku itu, ia segera berjalan pergi tanpa mengatakan apapun.
Aku mencoba mengatur napasku.

"Dia terlihat cukup bagus, sih, tapi kenapa harus sampai memberikan senjatamu hanya untuk merekrutnya?" Taki bertanya sambil berjalan mendekatiku.

"Tentu saja aku punya alasan lain."

"Alasan lain?"

"Orang itu, namanya ada di papan peringkat."

"Benarkah? Dari mana kau tahu namanya?"

"Aku pernah mendengar namanya saat masih di kelompok yang sama, dia dapat gelar Baron di papan peringkat, Lucan."

"Namanya tidak umum sih, kau yakin dia akan datang besok?"

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan Taki, aku hanya tersenyum seperti biasa tanpa memberikan jawaban.



Tak terasa aku telah berada di ruangan ini selama sehari. Dengan suara raungan dan teriakan minta tolong yang begitu terdengar dari koridor sepanjang hari, aku tak berani untuk membuka secelahpun pintu geser ini.

Aku mencoba untuk tetap waras di neraka ini, sementara Taki sibuk dengan tabletnya sepanjang hari.
Taki bilang, ia menemukan cukup banyak informasi tentang tempat ini bahkan sebelum ia datang ke sini. Namun ia tidak mau memberitahuku apa yang ia lakukan sebelum sampai ke tempat ini.

My Battleground Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang