SEMAKIN ERAT

1 1 0
                                    

Suara motor yang sudah sangat familiar itu terhenti di depan rumah, dari dalam terdengar langkah kaki cepat membuka pintu.

"Lohh"

Orang di motor itu hanya melambaikan tangan sambil tersenyum ramah. Pintu kembali di tutup tanpa ada basa-basi lagi. Tak lama keluar dari dalam rumahseseorang dengan pakaian yang sudah rapi berjalan pelan menuju orang yang menunggunya, mereka berdua saling menatap dan sama-sama tersenyum lebar.

"Kenapa gak bilang kalau mau jemput?"

"Masa iya mau jemput bidadari harus bilang-bilang dulu"

Seperti biasa melayang pukulan pelan kearah pundak, sambil tersenyum malau-malu.

"Iyaudah ayo buruan!"

"Naik!" 

"Kok gak jalan?" Tanyanya heran?

"Baca doa dulu sebalum jalan, biar berkah" Kemuadian mereka mengakat tangan selayaknya orang berdoa.

""Barakallahu laka wabaraka 'alaika wajama'a bainakuma fii khoir."

"AMMINN" Serempak mereka berdau mengaminkan.

"Ehh tunggu-tunggu, itu barusan doa apa? Tanya penumpang heran.

"Doa mau menikah"

"Haa"

"Sekarang di hafalin aja dulu doanya, besok-besok pas hari h kan gampang udah hapal"

"Ihh apaan sih kamu" keluar tawa malu saat berkata itu.

"Berangkaattttt" Tanpa ada bicara lagi, motor langsung melaju membuat orang yang di boncengnya kaget dan hampir terjatu. Alhasi yang di belakang marah-marah dan memukul-mukul pundaknya.


Mereka adalah Randi dan Alana, dua orang yang mengaku sahabat tapi sebenarnya keduanya menyimpan rasa yang tak mampu untuk di ucapakan karena takut persahabatan yang mereka bangun selama ini hancur. Tapi tanpa mereka sadari perasaan yang masing-masing mereka miliki semakin besar dan suatu saat nanti pasti akan menjadi bumrang bagi diri mereka sendiri.

Udara kota pagi itu masih terasa sejuk, belum adanya aktifitas yang menimbulkan polusi membuat udara pagi terasa segar. Dari atas motor yang melaju pelan membuat angin sepoi yang berhembus terasa semakin sejuk. Perjalanan dua orang insan yang sama-sama menikmati pagi, di atas motor berdua dengan semesta yang mendukung suasana, mungkin tuhan memang sengaja menciptkan pagi itu khusus untuk mereka berdua.

"Kamu udah sarapan, Al?" Tanya Randi memecah keheningan.

"Belum, tadi aku buru-buru, kan gara-gara kamu juga yang tiba-tiba udah ada di depan rumah"

"Kita sarpan dulu ya! Kamu mau apa?

"Emm apa ya"

"Kalau pagi gini enaknya Lontong sayur, Nasi uduk, Mie rebus, Sup"

"Mie rebus enak kali ya"

"Oke, kalau gitu kita makan Bubur ayam aja"

"Ihh apaan sih, Ran kamu yang nanya tapi kamu yang nentuin sendri" Sahut Alana kesal.

"Tapi kamu mau kan?" Randi hanya tertawa menanggapi.

"MAAAUUUUUU" Sahut Alana kegirangan. 

Randi langsung melaju ke warung Bubur ayam, mereka berdua tertawa lepas.

Warung Bubur ayam yang mereka tuju sudah terlihar ramai pelanggan dari berbagai kalangan. Bagi beberapa orang memulai hari dengan menikmati Bubur ayam adalah hal wajib. Hangat dari nasi lebut yang baru matang, rasa gurih dan rempah yang kental dari kuah serta suiran daging ayam menjadi pelengkap yang sempurna untuk memulai hari. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TANGIS YANG TAK TUNTASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang