5. Kelinci dan Serigala

2.7K 227 29
                                    

Myra mendudukkan tubuhnya di kursi dan menghangatkan kakinya ke perapian yang menyala di tengah ruangan.

Tubuh Myra menggigil, kedinginan dan putus asa. Mata gadis itu menatap bayang-bayang oranye perapian yang ada di depannya, bertanya-tanya dalam hati. Mana yang lebih parah, mati diterkam serigala atau diseret ke negeri asing oleh seorang pembunuh untuk dijadikan persembahan bagi seorang Raja.

Myra berusaha membayangkan seperti apa Raja Eirik dari Halsar. Seorang raja dari kerajaan sebesar Halsar pasti memiliki banyak budak. Bahkan istana Nedal dipenuhi oleh budak-budak wanita yang didapat oleh Sang Raja dari rumah-rumah lelang atau peperangan. Siangnya mereka bekerja, menuangkan anggur, menyikat lantai, memasak; sementara malamnya, mereka dijadikan penghangat ranjang.

Beberapa yang beruntung hanya perlu melayani pria tertentu, petinggi kerajaan seperti senator, panglima, jenderal, atau bahkan Sang Raja sendiri. Tapi mereka yang kurang beruntung, akan dipaksa untuk melayani beberapa pria dalam satu malam, para prajurit atau tamu-tamu kerajaan.

Membayangkan apa yang harus dilakukannya, membuat bulu kuduk Myra kembali berdiri.

Tidak ingin larut dalam kekhawatiran, Myra mengalihkan pandangannya ke ruangan tempatnya berada. Hanya ada meja pendek dan dua kursi di dalamnya. Sebuah panci berisikan rebusan ikan menggantung di atas perapian yang sedang dipakainya. Membuat Myra kembali teringat akan Dama.

Leon mengatakan bahwa ia membunuh semua orang di ruang lelang, termasuk Arthur Dent. Bagaimana dengan orang-orang yang dikenalnya? Dama? Dan gadis-gadis lain yang tinggal di rumah Arthur bersamanya? Apa yang terjadi pada mereka?

Hati Myra sakit oleh harapan yang mungkin tidak ada. Ia tidak tahu apakah mereka masih hidup, atau apakah ia akan bisa melihat mereka lagi. Hal itu membuat pandangannya mengabur dan air mata pun akhirnya jatuh.

Myra mengusapkan tangannya ke pipi, menahan air matanya agar tidak keluar. Percuma menangis. Air mata tidak akan bisa menyelesaikan masalah. Tangan Myra meraba belati yang ada di balik gaun putihnya. Kekakuan benda itu membuat Myra sedikit tenang.

Mendadak, suara langkah kaki yang berat terdengar melawan lantai kayu beranda rumah.

Myra tersentak berdiri dari kursi bersamaan dengan terbukanya pintu depan dengan satu hentakan.

Seorang pria berjalan masuk. Seorang prajurit lain. Bukan Leon.

Pria itu menurunkan kerudung mantel bertaburan salju yang menutupi kepalanya sambil mengamati sekeliling ruangan sebelum pandangannya berhenti ke arah Myra. Mata gelap pria itu menatap dengan penuh kebengisan yang membuat Myra menelan ludahnya dengan keras.

"Aku mencari Panglima Leon," pria itu berkata dengan suaranya yang menggelegar. "Di mana dia?"

Myra membeku di tempatnya. Matanya menatap tidak berkedip ke arah pria yang baru saja masuk. Ketika Myra belum juga menjawab, pria itu menyipitkan matanya.

"Aku mendengar tentangmu. Kau adalah budak yang diambilnya dari Nedal, huh?"

Benak Myra kini meneriaki dirinya untuk bergerak, tapi seperti biasa, ia tidak mampu.

Pria itu melangkah maju, dan dengan tiba-tiba hingga Myra tidak sempat bereaksi, pria itu mencengkeram pergelangan tangan Myra dan mendorong gadis itu ke arah tembok.

Tubuh Myra terhentak melawan kerasnya dinding kayu. Tanpa memberi Myra kesempatan untuk melawan, pria itu meletakkan dua lengannya ke sisi tubuh Myra lalu mendekatkan wajahnya ke leher Myra. Kemudian, pria itu menarik napasnya dalam-dalam.

"Aku bisa membelimu darinya," sebuah geraman muncul dari bibir pria itu. Tangannya yang lebar menyambar salah satu dada Myra dan meremasnya pelan. Ibu jarinya menyapu ujung payudara Myra. "Atau mungkin, ia bersedia membagimu denganku."

Tawanan Kesatria Serigala [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang