Langit biru tak pernah membuat haru. Semua yang keliru pasti akan kembali pada apa yang dituju. Jika kamu yang menjadi tujuanku. Aku pastikan, kamu tidak akan pernah merasakan apa yang namanya semu. Karena kamu adalah sumber kehidupanku.
Sheena terseyum kecil ketika membaca pesan singkat yang Galvin kirimkan pagi ini. Menggelikan sekali rasanya. Bagaimana seorang Galvin yang dikenal dengan keseriusannya bisa membuat kalimat yang membuat kedua pipinya merona.
Pada langit biru, aku titipkan pesan padamu. Jika laki-laki ini pun adalah tujuanku. Tolong katakan padanya. Mari cepat kita bertemu. Karena aku, sudah tidak sabar menunggu.
Sheena menggigit pelan pipi bagian dalamnya. Merasa malu dengan pesan balasan yang baru saja dia kirimkan. Netranya berkeliling, menatap kesekeliling kelasnya yang mulai ramai, Sheena tidak bisa menemukan keberadaan Aruni disudut manapun. Tidak hadirkah sahabatnya itu hari ini ?.
Cup ..
Sheena mengerjap, menyentuh pipi kanannya yang tiba-tiba mendapat sebuah kecupan. Menoleh kesamping. Sheena semakin melebarkan senyumnya ketika netranya menemukan Galvin yang tengah tersenyum manis kearahnya.
" Galvin, gak sopan kamu ya. " Sebagai balasan Sheena mencubit kedua pipi Galvin dengan kencang. Membuat kedua pipi laki-laki itu berwarna merah. Sheena semakin mengencangkan cubitannya ketika laki-laki itu malah semakin mendekatkan wajahnya, membuat Galvin mengaduh kesakitan.
" Aw .. Aw .. Sheena, Sheena cukup. Sakit. Oke oke aku salah. Tolong lepasin sayang. "
Melihat Galvin meringis kesakitan. Membuat Sheena sedikit merasa kasihan. Namun, tidak dapat dipungkiri. Galvinnya terlihat sangat menggemaskan. " Kamu ngapain pagi-pagi disini ?. Kamu gak lupa ingatan kan ?. Ini kelas seni Galvin. Bukan kelas jurusan kamu. "
" Dua hari aku gak ketemu kamu, Shee. Aku rindu."Dengan santainya Galvin menyandarkan tubuh tegapnya pada kursi, mencoba menyamankan posisi duduknya. Netranya menatap kearah Sheena yang kini tengah mengeluarkan beberapa buku yang akan dia pelajari dimateri kali ini, tidak lupa dengan kedua pipinya yang sedikit berwarna merah. Ahh ,, gadis cantiknya tengah menahan malu rupanya.
Sheena nya, memang selalu cantik.
Terimakasih pada Tuhan, yang sudah menciptakan perempuan secantik gadisnya.
Sheena yang hari ini mengikat satu rambut panjangnya. Dengan beberapa anak rambut yang menjuntai menutupi sebagian keningnya. Oh tidak lupa juga anak rambut yang menjuntai nakal dekat dengan telinganya. Seakan menyuruh Galvin untuk menyelipkan rambut itu pada belakang telinga gadisnya.
Apa Galvin tidak salah lihat kali ini ?.
Sheenanya semakin terlihat cantik ketika dia mengenakan dress berwarna hijau tosca kesukaannya. Dress tosca dengan sedikit tambahan hiasan mutiara-mutiara kecil di sekeliling pinggangnya. Tidak lupa dengan flatshoes krem nya yang semakin menyempurnakan penampilannya. " Cantik. " Gumamnya.
Sheena menoleh ketika teliganya dapat dengan jelas mendengar gumaman kecil dari kekasihnya itu, membuat Galvin menipiskan bibirnya, menahan malu. " Kamu cantik sekali hari ini Shee." Kepalang basah, Galvin lebih menaikkan volume suaranya.
Lihatlah .. Sekarang kedua pipi gadisnya semakin berwarna merah. Ahhh,, ini bukan kali pertama Galvin memujinya. Namun entah kenapa setiap kali laki-laki itu tengah memuji penampilannya, kerap kali Sheena selalu merasa malu.
" Langitnya sedang bagus Shee. " Sheena menatap kearah luar. Kearah langit yang tengah Galvin tunjuk " Sayang kalau kita langsung pulang. ".
Netranya kembali menatap kearah Sheena. Menatap gadisnya yang masih memperhatikan langit diluar sana. Ahh ,, mengapa Galvin baru menyadari jika Gadisnya memiliki bulu mata yang cukup lentik. Dibingkai dengan alis yang tidak terlalu tebal namun cukup rapi. Hidung mancung dan tidak lupa bibir tipis yang sering dipolesi dengan lipbalm.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave Alone
Teen Fiction"Dalam hidup pasti akan selalu ada pilihan. Memilih untuk berlari, atau memilih untuk berhenti" - Sheena Arkani "Segala sesuatu yang diawali dengan keterpaksaan tidak akan pernah berhasil akan hasilnya" - Tirta Galvin