Semua tidak ada yang kebetulan. Sejak dulu Galvin tidak pernah mempercayai apa yang namanya kebetulan. Semua sudah direncanakan. Semua sudah diatur dan disusun dengan begitu hebat.
Semua yang terjadi dalam kehidupannya merupakan sebuah skenario yang ditulis dengan begitu lugasnya. Dengan begitu rapi, sampai Galvin benar-benar menikmati setiap proses kehidupan yang dia jalani.
Kehilangan seorang ibu. Ayahnya yang ternyata memiliki hubungan dengan sekertarisnya sendiri. Memiliki seorang kekasih yang sangat cantik. Namun, sayangnya kekasihnya itu adalah anak dari perempuan yang sangat Galvin benci.
Dan sekarang ??.
Apalagi ini ??.
Disampingnya, ada Ganeeta yang tengah tertidur lelap diatas ranjang dikamarnya, dengan tubuhnya yang semakin meringkuk masuk kedalam dekapannya.
Tunggu !!.
Dengan segera Galvin menyingkap selimut yang menutupi tubuh keduanya.
Hah ..
Akhirnya dia bisa bernafas lega, ketika ternyata mereka berdua masih memakai pakaian dengan lengkap, seperti kemarin.
Galvin kembali mengalihkan tatapannya pada gadis yang masih terlelap disampingnya. Ganeeta putri. Mantan kekasihnya.
Ternyata apa yang gadis itu ucapkan memang benar.
Sheena ..
Adalah anak dari perempuan yang telah merebut kebahagiaan ibunya.
Sheena ..
Sheenanya ..
Mengusap wajah dengan gusar. Perlahan Galvin melepaskan pelukan Ganeeta pada pinggangnya dan segera beranjak dari ranjang. Ia berjalan memasuki kamar mandi dan menatap wajahnya yang masih sedikit sayu.
Memutar kran. Galvin menatap aliran air yang kini tertampung dikedua telapak tangannya. Menatap pada aliran air lain, yang tidak bisa tangannya tampung. Apakah jika dia tetap menggenggam tangan Sheena, rasanya akan sesakit ini ?. Ataukah dengan melepaskan Sheena, dia akan merasa baik-baik saja ?.
Menghela nafas gusar. Galvin membawa tampungan air itu pada wajahnya. Membasuh wajahnya lagi, berulang kali, terus menerus. Seakan berusaha mengenyahkan raut wajahnya yang akhir-akhir ini selalu tampak gelisah.
Dia berjengit kaget ketika tiba-tiba merasakan seseorang memeluk pinggangnya dengan erat dibelakang sana.
" Morning Sweety. "
Ganeeta ..
Perempuan itu semakin mengeratkan pelukannya ketika dia merasakan Galvin tengah berusaha untuk melepaskan pelukannya.
Lihat ??.
Tuhan memang tidak pernah salah untuk menentukan jalan hidupnya.
Semua tersusun rapi. Semua terjadi sesuai rencana-Nya.
Menghela napas. Galvin meraih handuk kecil yang ada disampingnya. Mengusap wajah basahnya secara perlahan, Galvin membiarkan perempuan itu semakin menenggelamkan wajah dipunggung lebarnya. " Lepas Ta !!."
" Gak mau. "
" Jangan kurang ajar kamu !. lepas gak ?!."
" Kamu lupa sama taruhan kita, Vin?. Perlu aku ingatkan ?. Aku yang menang. Itu artinya kamu pahamkan ?. "
Galvin membalik tubuhnya tiba-tiba. Berharap semoga dengan cara itu Ganeeta bisa melepaskannya. Namun ternyata Galvin salah. Perempuan itu kembali memeluknya. Ganeeta mengulas senyum tipis, ia semakin mengeratkan pelukannya ketika merasakan Galvin perlahan mulai membalas pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave Alone
Teen Fiction"Dalam hidup pasti akan selalu ada pilihan. Memilih untuk berlari, atau memilih untuk berhenti" - Sheena Arkani "Segala sesuatu yang diawali dengan keterpaksaan tidak akan pernah berhasil akan hasilnya" - Tirta Galvin