🌺8.🌺

4 1 0
                                    

⚠️Support penulis dengan klik ⭐ ⚠️











Bismillahirrohmaanirrahim..
















Selamat membaca...

















"Ra, jangan! Jangan bikin kegaduhan, kasihan Tante Ririn," tutur Rey membuat langkahku terhenti.

Aku menghela napas kemudian kembali melangkah dengan perasaan kesal. Bahkan aku harus memaksakan telingaku mendengar perkataan kasar mereka tentang Ibanez. Memangnya apa sih yang salah sama anak autis? Mereka juga manusia kali! Huuufft..!

"Bu, saya mau soto dagingnya dua porsi terus rawonnya satu porsi," kataku sesampainya di depan salah satu stan makanan. Aku menoleh ke arah Rey, "kamu mau apa, Rey?" Tanyaku.

Dia malah menatapku bingung, "lah, bukannya tadi kamu udah pesan tiga porsi ya?"

Senyumku mengembang, "dua porsi soto untuk Ibanez, satu porsi rawon untuk aku. Rey mau pesan apa?" Jawabku seraya terkekeh.

"Pantesan badannya besar, makannya porsi Buto begitu!"

"Rey, jangan men-judge saudara sendiri," Cibirku.

"Ibu perinya Ibanez belain nih ceritanya?"

"Udah, buruan pesan sana!"

Pipiku memerah 😌

Setelah sekian menit menunggu kami mendapatkan dua porsi soto daging, satu porsi rawon, dan satu porsi bakso. Untuk minumnya.. Ibanez suka ice cappucino, aku air mineral dingin dan Rey es teh manis rendah gula. Aku membawa nampan yang berisi minuman sedangkan Rey membawa nampan yang berisi makanan.

Beberapa pasang mata menatap kami dengan pandangan yang berbeda-beda. Rey yang tetap berjalan dengan begitu tenangnya, dia mendadak menghentikan langkahnya seraya menghadap ke arahku.

"Kamu mau Ibanez mati kelaparan?" Tanyanya. Reflek aku menggeleng dengan canggung.

"Ya sudah, jalannya yang cepet. Jangan dengerin ucapan mereka!" Titah Rey.

Aku mengangguk mengiyakan.

















8. Apron hitam 🍃

















Tiga bulan telah berlalu, pagi-pagi aku sudah berada di coffe shop bersama Tante Ririn dan juga Ibanez. Kami tengah menunggu kedatangan Rey yang mengurus pengiriman biji kopi ke coffe shop. sedangkan di sisi lain, Ibanez tengah serius bermain dengan rubiknya.

Ervan dan Yajid kini telah resmi menjadi barista bersama Ibanez, sedangkan Vina yang berhasil diterima bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang logistik, dia tak segan membantu kami dengan merangkap menjadi seorang waiter. Sedangkan aku, di samping menjadi seorang manajer aku juga merangkap bekerja sebagai admin di sebuah perusahaan waralaba. Dan tentu saja perusahaan itu milik Pak Arfan, ayah Ibanez.

Meski begitu.. ummi tetap tidak menyukai Ibanez. Padahal keluarganya telah banyak membantu kami. Ummi juga semakin dekat dengan Reyhan. Sesekali sepupu Ibanez itu membantu ummi di pasar bersama kak Irsyad, bahkan mereka menjadi semakin dekat. Dan desakan agar aku menikah saja dengan Rey juga semakin meningkat, ummi masih bertahan dengan keputusannya agar aku menikah dengannya.

Perfect Ibanez--on Going-slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang