2. Calon Suami Orang

502 45 1
                                    

"Bagaimana dengan gedung itu ?"

"Pemiliknya menolak menjualnya. Dia minta harga tinggi."

"Harga tinggi hanya untuk gedung usang??  Ini lucu." Kata Chenle sarkastik.

Karamel menghela nafas. Selalu saja seperti ini. Chenle itu orangnya ambisius, pengatur, pemaksa, mulutnya sangat tajam dan mood nya sulit di tebak. Itulah kenapa sebelum Karamel datang, posisi sekertaris Chenle selalu berganti-ganti.

Namun berbeda dengan Karamel, meskipun kadang dia lelah dan emosi menghadapi Chenle, tapi dia memilih bertahan. Apalagi alasannya kalau bukan karena gaji disini sangat tinggi.

"Jadi bapak mau menawar lebih tinggi atau bagaimana?" 

"Ga, cari tau tentang gedung itu dan pemiliknya, kita pakai kelemahan orang itu buat membuat tawaran lagi."

Ahh... Satu lagi yang Karamel lupa jabarkan. Zhong Chenle itu sangat licik.

"Maksudnya bapak mau mengancamnya?"

"Hey, itu terdengar buruk kalau di sebut mengancam. Kita kan cuma mau negosiasi dengan sedikit memojokkannya."

"Cih.. ga ada bedanya." Karamel menggerutu.

"Oh ya... Tentang foto prewedding mu, Nona Yeh Shuhua tidak punya waktu. Dia sedang ada jadwal shooting film." Karamel membuka tablet di tangannya untuk menilik sekali lagi tentang jadwal harian Chenle.

"Gampang, di edit aja fotonya. Lagipula aku malas ketemu dia. "

Chenle bersandar pada kursinya. Menoleh ke samping ke arah jendela kantornya yang mengarah langsung ke jalan raya kota Beijing.

Yeh Shuhua sebenarnya adalah sepupu jauh Chenle.
Chenle tidak tau kenapa kakeknya sangat ingin Chenle menikahinya. Tapi yang jelas mereka sama-sama tidak saling tertarik.

Disamping itu...
Yue sangat tidak menyukai Yeh Shuhua. Gadis itu sangat arogan dan tidak peduli pada anak-anak. Itu sebuah alasan yang masuk akal untuk Chenle menolak keras tentang pernikahan ini.

Tapi yah.... Apa boleh buat.
Kakeknya lah yang paling berkuasa di keluarga Zhong. Dia tak punya pilihan selain menerimanya mentah-mentah.


🌷🌷🌷

"Mel..."

"Ssstt..." Karamel mendesis dengan sedikit emosi.

Chenyue baru saja tidur tapi Chenle sudah tidak sabar dan memanggil namanya terus menerus sejak tadi.

Gadis itu bergerak perlahan, memisahkan tubuhnya dengan tubuh mungil Yue yang baru terlelap. Berharap bocah itu tidak akan terbangun dan mencarinya nanti.

Hari ini Yue sangat rewel. Dia terus menangis dan mencari Karamel sejak pulang sekolah. Semakin hari bocah itu semakin menempel pada Karamel, mungkin orang lain yang tidak kenal mereka akan mengira kalau Yue dan Karamel adalah ibu dan anak.

"Sudah tidur kan?" Chenle berbisik-bisik. Dia terlihat lega ketika Karamel mengangguk.

"Kenapa panggil-panggil?" Karamel menutup pintu kamar Yue perlahan-lahan dan mengikuti Chenle ke dapur.

"Aku lapar."

"Ya makan lah.."

"Kan nungguin kamu."

Alis Karamel bertaut.

"Kenapa gitu?"

Chenle mengedikkan bahu dengan acuh.

"Ga ada alasan lain."

Karamel duduk di salah satu kursi dan menunggu Chenle mengambil piring. Biarlah lelaki itu yang melayaninya hari ini karena saat siang Karamel sudah cukup lelah melayani Chenle.

Suddenly We Got Married | Zhong ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang