Hola👋
Maaf baru up malem, siang-sore tadi nonton voli dan badminton😁
Selamat membaca😍
¤¤¤
"Turun!"
"L-lio.." Azura mencoba menahan tangis. Memberi pikiran positif pada dirinya sendiri bahwa Lioner tidak akan meninggalkannya di sini.
"GUE BILANG TURUN YA TURUN!"
Azura yang terkejut mendengar bentakan Lioner seketika langsung turun dari motor. Setelah itu, Lioner langsung memutar balik motornya ke arah lain. Azura menahan tangan Lioner, "Kamu ninggalin aku disini?"
"Lo pulang sendiri." Jawab Lioner dengan nada datar. Tidak ada sedikitpun kelembutan dan kepedulian di dalam nada bicaranya.
Azura memeluk satu tangan Lioner erat. "T-tapi ini udah malem, dan di sini sepi... Aku takut."
Lioner melepas paksa tangan Azura. Tanpa belas kasih, dia berusaha meninggalkan Azura di sana. Gadis itu kelabakan melihat motor Lioner hendak pergi. "LIO!"
"Lio, aku janji gak akan peluk kamu lagi, tapi jangan tinggalin aku disini." Azura panik. Dia menangkupkan kedua tangannya di depan dada, memohon agar Lioner tidak meninggalkannya.
"L-lio.."
"LIO!"
"LIO, JANGAN PERGI! JANGAN TINGGALIN AKU DISINI!" Teriakan Azura tidak didengarkan. Motor Lioner terus melaju meninggalkan gadis yang kini menangis histeris.
Azura panik. Dia membuka ponselnya dan menghubungi kakaknya. Azura menggigiti kuku-kuku tangan kirinya karena gugup. Matanya tidak berhenti melihat sekeliling, merasa sepi di malam yang gelap ini. Tak ada satupun kendaraan yang lewat membuat Azura ketakutan. Diperparah oleh panggilan darinya yang terus-menerus ditolak oleh Aziel. Dan ini sudah panggilan ke sembilan yang Azura coba, akan tetapi kakak satu-satunya itu selalu menolak panggilannya.
Azura menangis dalam diam. Ibu dan ayahnya tengah berada diluar kota, dia tidak memiliki nomor supir pribadinya. Dan kontaknya hanya ada nama Lioner dan Aziel. Percobaan kesekian Azura dilakukan,
"Apa?" Dapat Azura dengar decakan malas di sana. Meski begitu dia lega, akhirnya Aziel menerima telpon darinya.
"Abang.. Jemput aku.. Lio ninggalin aku dekat halte, di sini sepi aku takut." Dengan suara bergetar Azura mengadu pada Aziel. Jika biasanya dia merengek kepada Aziel untuk mencari perhatiannya, kini Azura melakukan itu karena dia benar-benar merasa takut.
Di sana, Aziel kembali berdecak. "Kenapa Lio bisa ninggalin lo? Pasti lo bikin dia kesel kan? Rasain aja tuh akibatnya."
"Abangg... Jemputtt akuu.."
"Gak."
Tutt
Sambungan diputus tiba-tiba. Azura semakin panik, dia mencoba menghubungi Aziel lagi namun nomornya tidak aktif. Ganti, sekarang dia beralih ke nomor Lioner. Tetapi tidak ada jawaban juga. Mungkin nomor Azura sudah diblokir. Sekarang Azura benar-benar sendirian. Tak ada yang sudi menjemputnya, Azura berjongkok, menutupi wajahnya sambil menahan isakan tangis.
Tiba-tiba, sebuah cahaya mobil bersinar ke arahnya. Azura mengangkat wajahnya dan berdiri untuk melihat siapa yang datang. Seorang laki-laki tinggi memakai topi hitam yang menutupi wajahnya keluar dari mobil tersebut lalu berjalan ke arah Azura. Saat sudah dekat, Azura baru bisa melihat wajah laki-laki itu dengan jelas. Mata sipit, bibir tipis dan wajah manis itu tersenyum. Azura tidak mengenal laki-laki ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anagapesis
Teen Fiction"Di dunia ini gak dijual obat untuk sembuhin penyesalan. Jadi rasa itu akan terus ngebayangin lo sampai mati."