Bantuan dari Tim Biru

132 16 16
                                    

Setelah kepergian Solar yang masuk menyusul Halilintar dkk. Sekarang Yaya merasa canggung dan bingung harus apa bersama ketiga pemuda asing di hadapannya ini.

"Ekhem. Nama kamu siapa?" tanya Pemuda berkacamata tiba-tiba membuat Yaya sedikit tersentak kaget mendengar dehamannya yang cukup keras.

"Na-namaku Yaya. Sa-salam kenal, Kak," jawab Yaya gugup dengan menundukan kepala takut sembari memainkan jari tangannya.

"Hahahahh. Kamu tidak perlu takut, Yaya. Kami bukan orang jahat, kok."
Perlahan Yaya mendongak menatap Pemuda yang memegangi akar berduri.

"Namaku Sori. Salam kenal, Yaya." Pemuda bernama Sori itu tersenyum manis, kemudian ia menghilangkan akar berdurinya.

"Aku Gentar, salam kenal." Pemuda yang memegangi palu besar ikut memperkenalkan diri sembari tersenyum lebar dan menghilangkan palunya.

"Dan aku Supra." Akhir pemuda berkacamata memperkenalkan dirinya dengan tersenyum tipis, sangaaatt tipis. Yaya bahkan tidak yakin dia tersenyum.

Yaya hanya membalas mereka dengan tersenyum kikuk. Ternyata ketiga pemuda ini memang baik, walau tatapan awal pertemuan tadi sangat menyeramkan.

"Apa kami boleh mengetahui tujuan kamu bersama temanmu kemari?" tanya Sori.

Yaya menganggukan kepalanya. Ia mulai menceritakan semua kejadian yang terjadi di Desa Hijau secara singkat dan jelas.

"Yaa sudah dari dulu Tim Merah memang licik. Mereka sering sekali memanfaatkan orang-orang yang kalah di permainan kedua," ujar Gentar menghela nafas lelah. Walau semisalnya Yaya tidak menceritakan-nya pun, Ia sudah yakin ini semua ada sangkut pautnya dengan Desa Merah.

"Semoga Kapten membantu kalian, ya," celetuk Sori yang ikut merasa kasihan.

Supra menimpali, "Ya, semoga."

Yaya yang tidak mengerti dengan perkataan Sori dan Supra mengerutkan keningnya. "Memangnya Kepala Desa tidak suka membantu orang, ya?"

Gentar yang berjongkok di bawah pohon sedang asik bermain dengan mengganggu segerombolan semut membawa dedaunan melirik ke arah Yaya.

"Bukan tidak mau membantu. Kapten Kaizo tipikal orang yang tidak suka ikut campur urusan orang lain. Jadi, agak susah kalau diminta bantuan. Apalagi soal pertarungan di permainan ke tiga," jelas Gentar. Ia kembali mengganggu semut dengan meniup-niup daun membuat beberapa semut itu berlarian tidak tentu arah.

"Gabutmu tidak ada gunanya." Supra menatap Gentar jengah. Ia mengambil batu krikil lalu melemparkan ke kepala pemuda itu. Sedangkan orang yang terkena lemparan tidak peduli sama sekali.

Yaya menganggukan kepala mengerti dengan apa yang dikatanya Gentar. Kemudian ia kembali bertanya, "Tapi kenapa tidak mau ikut bertarung? Bukan kah setiap batu kristal yang di dapat berbeda dengan batu kristal sebelumnya? Bahkan nilainya juga tinggi kalau ditukarkan."

Yaya baru ingat. Ia pernah tidak sengaja melihat Gani yang mengobrol dengan KokoCi pada malam hari di teras rumahnya. Pada saat itu, dirinya akan pulang ke rumah yang ditinggali setelah menceritakan dongeng pengantar tidur untuk Shala.

Karena kemampuan Yaya bisa membaca gerakan bibir, dengan jelas ia mengetahui apa yang dibicarakan Gani dan KokoCi walau jarak di antara mereka cukup jauh.
Mereka berdua menceritakan beberapa jenis batu kristal. Mulai dari batu kristal berwarna hijau, pink, merah, dan putih. Dari setiap warna memiliki nilai yang tinggi jika ditukarkan.

KokoCi juga mengatakan, batu kristal terakhir yaitu batu kristal putih memiliki kekuatan yang cukup besar dan kristal itu juga bisa membuat seseorang kembali ke dunia asalnya. Akan tetapi, sayangnya tidak ada seorang pun yang berhasil mendapatkan batu kristal putih tersebut. Sampai mereka semua harus berada di dunia permainan ini untuk selamanya.

Game For Kokotiam 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang